(Never) Looking Back

Judul : (Never) Looking Back
Penulis : Elvira Natali
Penerbit : GagasMedia
Tebal Buku : 288 Halaman
ISBN : 9789797808679
Rating : 4 dari 5



Andai semua kehidupan menyakitkan, hati kecilmu akan percaya bahwa di luar sana pastilah masih ada sepotong kebahagiaan. Bagian yang menyenangkan... Awalnya, kau tak tahu apa itu, karena pengetahuanmu terbatas. Tapi seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan kebahagiaan itu. ---halaman 196

***

Blurb:

"Aku ingin melihatmu bahagia, tetapi bersamaku. Hanya bersamaku."

Casta selalu yakin, seterjal apa pun jalannya, impian harus bisa dicapai. Karena itulah, ia meninggalkan Jakarta, meninggalkan cinta, untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang desainer di Paris. Ia terbiasa hidup seorang diri, ta terlalu meemdulikan jika hatinya sepi.

Namun, pertemuan tak sengaja dengan Philip Bouvier, seorang seniman pasir, membuatnya sadar bahwa ia tak bisa selamanya sendiri. Kepada Casta, laki-laki yang pernah kehilangan itu menemukan kembali kepercayaan akan cinta. Mereka saling mengisi kekosongan yang lama menggelayut di hati.

Ternyata, cinta tak selalu seperti dongeng. Orang dari masa lalu Casta hadir kembali dan meninggalkan jejak yang tak mungkin terhapus. Casta tak ingin melepaskan genggaman Philip. Namun, ia juga tahu, ketidaksempurnaannya telah meninggalkan luka mendalam bagi lelaki itu. sama sepertimu, Casta dan Philip juga membutuhkan seseorang yang mendekap hatinya. Keduanya tak pernah bisa menerka akhir mana yang terbaik untuk mereka.

***

Setelah ayah dan ibunya mengalami kecelakaan tragis, Casta berupaya untuk menggapai mimpinya dalam dunia fashion dengan mendatangi pusat fashion dunia yakni Paris. Setelah bertahun-tahun berkutat dengan usahanya, ia mendapatkan apa yang diimpikannya, yaitu pengakuan dunia internasional dalam bidang fashion.

Saat diwawancarai seputar muse dalam karyanya, ia harus mengakui bahwa orang yang menginspirasinya itu adalah seorang teman dari masa kecilnya di Indonesia, seorang misterius yang sama-sama berupaya meraih mimpi dengan melalui jalan berbeda darinya. 

Suatu hari saat sedang kehabisan ide untuk menyelesaikan rancangannya, Casta memutuskan untuk bepergian ke London. Di sana, ia mendapatkan sebuah masalah, kantung belanjaannya tertukar saat sedang membeli suvenir di sebuah toko. Beruntung kata pemilik toko, orang yang diduga membawa barang belanjaannya--di sana ada paspor Casta, makanya gadis itu begitu panik ketika mengetahui bahwa katung belanjaan itu hilang--adalah seseorang yang menjadi langganan tempat itu. Dari sanalah ia mendapatkan sebuah alamat. Ternyata orang itu adalah pria bernama Philip Bouvier.

Philip adalah seorang seniman pasir. Sama seperti Casta, dirinya mengalami kehilangan yang mendalam terhadap keluarganya yang sudah tiada karena kecelakaan tragis pula. Dengan kesamaan nasib ini, membuat Philip dan Casta menjadi dekat; keduanya merasa senasib sepenanggungan, dengan berjuang hidup sendirian dan tengah menanjaki karir dalam dunia mereka masing-masing. Casta yang mandiri menjadi bergantung pada Philip, sementara Philip mulai membuka dirinya, bahkan karena Casta-lah ia berani untuk bersahabat dengan masa lalunya yang menyedihkan.

"Awalnya, aku merasa dunia begitu kejam, tapi lambat laun aku mengerti. Di dunia ini kita tidak bisa menghindari apa pun, termasuk masalah dan duka. Ketika itu terjadi, kita hanya perlu menerima. Karena hal-hal tersebutlah yang akhirnya mendewasakan pribadi setiap manusia. Jadi, tak perlu sedih dan menyesal berlarut-larut. Yang sudah terjadi, biarlah menjadi pelajaran berharga." ---halaman 97

Keduanya menjadi semakin dekat, bahkan menumbuhkan benih-benih cinta yang tumbuh subur. Namun sesuatu terjadi, yang melibatkan seseorang di masa lalu Casta, yakni Kevin Ivander. Kehadiran pria itu dalam hidupnya, serta kesalahan yang diperbuat Casta menjadi bumerang bagi kehidupan cintanya bersama sang pria yang kini dicintainya, Philip Bouvier.


***

Karena pasir abadi, sementara manusia bisa menghilang kapan saja. ---halaman 183

Saya tidak memiliki ekspektasi apa pun saat membaca kisah ini. Namun, di awal cerita, saat saya mengetahui bahwa kisah ini ber-setting kota Paris, seolah keinginan saya terkabul. Karena, saya memang sedang ingin membaca novel bertema romantis dengan setting luar negeri. 

Lalu, kisah pertemuan Casta dan Philip, serta perkembangan hubungan mereka disajikan dengan romantis. Casta yang lembut dan loveable, dan Philip yang bak Prince Charming. Keduanya benar-benar pasangan yang serasi. Penulis menggambarkan kisah pertemuan Casta dan Philip dalam momen-momen seru; saat ke pameran seni Philip, mengunjungi studio Philip, dan ketika bersama-sama menghadiri undangan pernikahan orang penting di sana. Saya senang banget sewaktu Casta menemukan lukisan tulip lalu ia menjelaskan filosofi bunga itu pada Philip:

"Aku paling suka tulip biru. Karena jika kau memberi tulip biru pada seseorang, itu bisa diartikan sebagai lambang kepercayaan dan kesetiaan cinta." ---halaman 92

Karakter Philip ini benar-benar bisa membuat meleleh. Sudah tampan (pokoknya Philip dalam benak saya cakep banget; bermata biru, tinggi, seperti freezer kalau kata Casta), baik pula. Dengan senang hati mau direpotin oleh Casta, bahkan rela menerima Casta apa adanya. Philip benar-benar jatuh cinta padanya.

Karena suatu hari bersamamu jauh lebih baik daripada seribu hari di tempat lain. ---halaman 103

Banyak kalimat yang quoteable di dalam novel ini, pembaca benar-benar dimanjakan dengan kata-kata yang manis. Misalnya yang ini:

"Manusia bisa memilih. Tapi kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan?" ---halaman 195

Namun, ada beberapa hal yang menjadi catatan saya di sini. Yang pertama, masih ada banyak kesalahan penulisan terutama tanda baca, misalnya kurang tanda petik pada kalimat langsung. Lalu, ada beberapa yang missed di sini. Seperti misalnya penyebab kecelakaan orangtua Casta: di halaman 26 dikatakan bahwa kecelakaan kereta, tapi di halaman 97 korban tabrak lari. Namun meskipun berbeda, tidak mengurangi kesan yang ditimbulkan dari membaca novel ini. (Bahkan saya kesal dengan kejadian "perfect mistake" yang ada di cerita ini. Gemaaas sekali >_<)

Untuk kisah Casta dan Philip yang manis, saya berikan bintang empat bagi novel ini.



P.S.: Sebenarnya saya mau foto pakai tulip biru, namun apa daya tidak ada tulip biru, adanya bunga matahari :D Tapi cukup serasi kok dengan covernya.

P.P.S.: Ada giveaway satu buah novel (Never) Looking Back yang bisa kalian dapatkan di sini.


29 komentar:

  1. Masa lalu emang kadang suka menghancurkan masa depan ya.. salut sama casta yang tegar dalam menjalani kehidupan. Tapi gedek juga pas casta sama philip lagi bener bener deket eh masa lalunya casta malah dateng lagi. Casta nya seakan tidak ditakdirkan untuk bahagia gitu huhu..

    Btw nice review mbak 😄

    ReplyDelete
  2. Sebuah cerita yg indah, Si Casta yang berhasil dalam dunia fashion. Semoga bisa baca buku ini.

    ReplyDelete
  3. Terhanyut ama kesan Philip yg digambarkan sama kak nisa. Jarang ya orang yg full gantengnya+ baiknya. Casta beruntung banget bisa punya seorang Philip, mudah2an ngga akan menukar kebahagiannya sekarang oleh bayang semu masa lalu.

    ReplyDelete
  4. Jadi penasaran sama kisah philip dan casta, nggak sabar pengen baca. Semoga kisahnya nggak biasa dan unik.

    ReplyDelete
  5. terkadang pertemuan dengan masa lalu itu tidak pernah terduga, seperti casta yang memulai pertemuan dengan masa lalu melalui sekantong belanja yang tertukar.

    ReplyDelete
  6. Kadang masa lalu itu emang suka kayak hantu, menggerogoti dengan bayang ketakutan yang sebenarnya berasal dari diri sendiri bukan rupa hantu itu

    ReplyDelete
  7. Salut dengan Casta yang berani mengejar mimpinya. Apalagi sampai mengorbankan cinta.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. "Manusia bisa memilih. Tapi kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan?"

    quotenya ngena banget. fav deh. penasaran dg pesan yg ingin disampaikan kpd pembaca..

    ReplyDelete
  10. Penasaran setelah baca review iniiiii...

    ReplyDelete
  11. Masa lalu, selalu ada cerita untuk dituliskan dan selalu berimbas pada masa depan. Masa lalu biasanya selalu jadi bayang-bayang.

    Dari awal baca review-nya aku merasa akan ada konflik pekat di dalamnya, aku ada satu praduga "perfect mistake" yang dilakukan oleh Casta dan sepertinya *tuingtuingtuing. Jadi penasaran nih, pengen baca secara langsung.

    Mau pesen satu dong Philip nya, huhu :D

    ReplyDelete
  12. Kayaknya ini buku berat, soalnya berhubungan dgn masa lalu. meski begitu, aku suka adanya seni lukis pasirnya. hm hm. berhubung aku suka seni (padahal musik), dan yeah gak apa-apa kan mampir di tetangganya yg seni lukis, ? hehe

    ReplyDelete
  13. Aduh jadi pingin punya bukunya, quotenya asyik-asyik!

    ReplyDelete
  14. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  15. Orang bilang kita harus mengubur masa lalu, tapi terkadang masa lalu yg menghampiri masa kini kita dan, sering kali bisa mempengaruhi masa depan.

    ReplyDelete
  16. lumayan ini buku buat nambah koleksi. kyknya ceritanya seru. tentang masa lalu. ya meskipun masih umur 21, tapi kan udah melalui banyak kisah. gitu kan ya mba wkwkw

    ReplyDelete
  17. Sudah banyak baca ceritw perfect mistake yg alurnya tentunya bikin gemees... Semoga crita ini memiliki perbedaan mungkin latar dan karakter tokoh yg menarik... Semoga saya beruntung

    ReplyDelete
  18. Dibalik satu kesalahan percayalah ada banyak hikma yang bisa kita ambil dari kesalahan itu. Setelah baca Reviewnya Saya penasaran mau baca full novel ini, didalam ceritanya ada banyak pembelajaran yang bisa kita ambil, penasaran juga kisah pahit manisnya hubungan mereka.

    ReplyDelete
  19. Wow bidang fashion ! Jadi semakin tertarik untuk baca.

    ReplyDelete
  20. hmm ceritanya kelihatan menarik. aku jadi penasaran kesalahan apa sih yang dilakukan Casta di masa lalu. kayaknya gak ada spoilernya sama sekali. berhubung gak ada spoiler jadi pengin baca langsung aja hehe :p

    ReplyDelete
  21. Casta, kau mungkin akan mengingatkanku pada masa laluku. Kuharap cerita kita tidak sama. Meski gue ga tau endingnya seperti apa, tapi gue berharap Casta bahagia bersama Philip. Begitupun gue bahagia dengan pasangan gue yang sekarang. Dan masa lalu, tolong menghilang dari muka bumi ini!!!

    ReplyDelete
  22. Buku yg mnceritakan tntg seseorng yg bljar untuk brdmai dgn masa lalu sungguh mnarik untuk dibaca. Terutama bagi orang2 yg susah sekali untuk move on dari hal apappun kaya saya.
    Dan memang, untuk bisa bangkit itu memerlukan seseorng juga untuk menguatkan usaha kita agar tidak goyah. Melalui sosok Casta, semoga saya bisa diberikan kesmptan mngmbil pelajran dari kisah hidupnya.

    ReplyDelete
  23. Ad bxk hal yg menarik dalam buku ini

    ReplyDelete
  24. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  25. Pengen menggenggam bukunya, supaya bisa belajar dari Casta bagaimana cara mengubah kesalahn menjadi pelajaran yang sangat berarti

    ReplyDelete
  26. uhh penasaran sama melelehnya gara2 philip:v

    ReplyDelete
  27. Yampun blurbnyaaaaa~ dikemas sangat cantik. Kuyakin ceritanya sangat mempesona, 4 bintang loh. Btw, itu quotesnya bagus-bagus. Philip aku sakuin ah :v

    ReplyDelete
  28. Berarti kisahnya lebih fokus ke Casta dan Philip ya.. si orang ketiga sebagai penguji aja. ehehehe

    ReplyDelete
  29. Philip!
    Seniman pasir ganteng. Duuh, seumur-umur belum pernah denger seniman pasir selain yang melukis dengan media pasir sih hehe.. Aku jadi ngebayangin gimana cowok berperawakan tinggi, bermata biru, khas Eropa banget deh :D
    Selagi nunggu sekuelnya Two Souls, boleh deh baca ini dulu. Suka sama premisnya, nyangkut impian dan masa lalu *eh

    ReplyDelete

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)