[Giveaway] Novel Filsafat Karya Jostein Gaarder



Hallo, assalamulaiakum semuanya.

Sesuai janji saya, bahwa setelah selesai baca novel Misteri Soliter karya Jostein Gaarder, saya akan mengadakan giveaway untuk para pembaca blog saya. Kenapa saya mau bikin giveaway? Sederhana saja, sedekah buku akan mendapatkan buku juga (aamiin).

Giveway ini juga dalam rangka syukuran rumah baru. Beberapa hari yang lalu lagi ganti skin blog, ya anggap saja peresmian yang nggak resmi gitu =)) Pokoknya banyak yang dirayakan, jadi tidak ada salahnya berbagi, bukan? Sekalian saya mau terima kasih sama Kak Orin yang udah berbaik hati mau buatkan kartun lucu yang saya pakai di header blog ini ;)

Ada satu buah buku yang akan saya berikan kepada yang tepilih (kalau misalnya partisipan lebih dari 50 orang, saya akan pilih dua orang yang masing-masing orang akan mendapatkan satu buku, semoga yang ikutan banyak ya, aamiin.). Tapi, berhubung giveaway ini ada kaitannya dengan event baca buku bareng bulan Maret yang diadakan oleh Blogger Buku Indonesia (BBI), dan yang saya baca adalah buku Misteri Soliter karya Jostein Gaarder, maka hadiahnya adalah berupa satu buah buku karya Jostein Gaarder, bukunya bisa dipilih sendiri di antara buku-buku ini:


Syaratnya? Mudah sekali, cek ketentuannya di bawah ini ya:


  1. Giveaway ini hanya untuk kalian yang berdomisili di Indonesia.
  2. Follow blog saya melalui akun Google Friend Connect yang ada di sidebar blog ini.
  3. Share giveaway ini di akun twitter kalian. Jangan lupa mention saya di @niesya_bilqis yaaa. (Nggak wajib follow twitter saya, tapi kalau mau follow, silakan. Soalnya saya akan menginformasikan giveaway lainnya di sana.)
  4. Pilih buku yang kalian inginkan. Caranya? Pergi ke tautan review saya (linknya ada di atas), silakan meninggalkan jejak di sana (boleh berupa komentar atau sekadar numpang ninggalin jejak, asal bukan spamming ya.) Kalau komentar kalian lebih di satu review-an (atau kalian minat di lebih dari satu judul buku), hadiahnya akan saya pilihkan. 
  5. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menyertakan: nama, akun twitter, domisili, dan link share giveaway (link komentar tidak usah karena nanti akan saya cek langsung).
  6. Giveaway ini akan berlangsung selama satu minggu dari tanggal 31 Maret hingga 7 April 2016. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan satu hari setelahnya yaitu 8 April 2016.

Pertanyaannya adalah:
Kalau mendengar kata "filsafat", sebutkan satu kata yang langsung terlintas dalam benak kalian.

Ditunggu partisipasinya ya.




Misteri Soliter

Judul : Misteri Soliter
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Raharti Bambang
Penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN: 9789794339039
Tebal : 484 halaman
Rating : 5 dari 5




Blurb:

Hans Thomas, 12 tahun, bersama sang ayah melakukan perjalanan ke Yunani untuk mencari sang ibu. Perjalanan panjang itu diwarnai kejadian-kejadian aneh. Seorang kurcaci memberi Hans Thomas sebuah kaca pembesar, seorang tukang roti memberikan sekerat roti berisi buku mini yang berkisah tentang pelaut yang terdampar di sebuah pulau; setumpuk kartu remi yang tiba-tiba hidup, dan seorang Joker yang nyaris tahu segala.

Siapakah mereka? Dan ke manakah mereka akan membawa Hans Thomas? Misteri Soliter adalah bacaan yang ditulis khusus bagi mereka yang ingin belajar filsafat tanpa harus berkerut kening. Kisah di dalam kisah, karakter yang mungkin nyata, mungkin pula tidak, masa lalu dan masa depan. Sebuah kisah yang menyajikan teka-teki dan eksplorasi kehidupan yang memukau.


***


Tidak seperti perjalanan berlibur biasa yang dilakukan seorang ayah dengan anaknya, namun kali ini Hans melakukan perjalanan untuk mencari sang ibu yang telah delapan tahun meninggalkan mereka. Mereka berniat untuk membawa pulang ibu mereka yang sedang mencari jati diri, yang terjatuh dalam pusaran dunia pupularitas di Yunani; Anita, ibu Hans, adalah seorang model terkenal di tanah para filsuf itu.

Saranku untuk semua orang yang berusaha menemukan jati diri adalah: tetaplah tinggal di tempatmu sekarang. Kalau tidak, kau dalam bahaya besar kehilangan dirimu selamanya. --- halaman 26

Karena ada peraturan tidak tertulis di antara keduanya, bahwa Pa dilarang untuk merokok di dalam mobil, dan Hans dilarang untuk mengeluh sepanjang perjalanan, maka disepakati bahwa mereka akan sering berhenti untuk istirahat dan membiarkan Pa untuk merokok.

Saat dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pria pendek (seukuran kurcaci) yang mengarahkan mereka untuk melewati Dorf. Di sana, Hans dan Pa bertemu dengan seorang tukang roti yang memberikan Hans empat buah roti kadet (buat yang penasaran dengan roti kadet, rotinya seperti ini). Kata si tukang roti, Hans boleh membaginya dengan Pa, namun yang terbesar harus dimakannya sendiri. Hans juga bertemu dengan kurcaci yang memberinya kaca pembesar. Rupanya, ada misteri di balik itu semua yang harus dirahasiakan Hans dari Pa:ada sebuah buku mini yang dipanggang dalam roti kadet miliknya. Kaca pembesar itu, adalah alat bantu bagi Hans untuk menguak misterinya.

Sepanjang perjalanan, dalam momen-momen berhenti itu, Pa mengajarkan banyak hal seputar kehidupan pada anaknya. Pa sendiri adalah seorang anak haram, bahkan menyedihkan dari itu, ayahnya seorang tentara Jerman yang menyerang Norwegia. Kisah ini membuat Pa menjadi anak yang terbuang. Pa memutuskan untuk menjadi seorang pelaut. Pa juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan filosofis kepada anak dua belas tahunnya.

Yang paling membuatku terkesan, bahwa segalanya berasal dari satu sel. Berjuta-juta tahun lalu sebutir biji kecil muncul, lalu terbelah dua, dan seiring waktu, biji kecil muncul, lalu terbelah dua, dan seiring waktu, biji kecil ini berubah menjadi gajah dan pohon apel, raspberry dan orang utan. Kau memahami jalan pikiranku Hans Thomas? --- halaman 130

Hans Thomas mendapatkan buku dalam roti kadet. Di dalamnya, terdapat kisah yang menceritakan tentang petualangan seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau aneh. Di sana pemuda itu bertemu dengan kurcaci-kurcaci yang merupakan simbolisasi kartu remi. Pemuda itu bertemu dengan Forde (yang berukuran manusia normal) yang menceritakan tentang asal-muasal bagaimana para kurcaci itu berada di sini, dan bagaimana pula Forde bisa sampai di pulau misterius ini.

Yang membuat Hans terheran-heran adalah, banyak kesamaan yang terjadi dalam kehidupannya dengan cerita tentang kehidupannya di dunia nyata. Namun, Hans tetap menjaga misteri tentang buku tersebut dari Pa. Dengan membaca buku tersebut, membuat Hans juga memiliki kosakata filosofis untuk mengimbangi kisah yang dipaparkan ayahnya.

Semakin dekat perjalanan mereka ke Athena, semakin membuat mereka khawatir, apakah perjalanan ini akan berakhir dengan sia-sia, atau mereka pada akhirnya dapat membawa kembali Mama dan menariknya dari jebakan menemukan jati diri di sana.


***


Kehidupan adalah satu undian besar di mana hanya tiket-tiket pemenangnya yang tampak. 

Berbicara tentang filsafat, kita tidak akan luput dari pertanyaan-pertanyaan penting seputar kehidupan yang terkadang, lupa untuk terpikir oleh kita. Padahal, pertanyaan-pertanyaan tersebut begitu fundamental bagi kehidupan manusia. Pernahkah kita bertanya, dari mana kita berasal? Apa tujuan kita hidup di dunia? Ke manakah kita akan pergi sesudah meninggal nanti? Pa menyinggung ini dalam suatu obrolan saat mereka tengah beristirahat dalam perjalanan mereka menuju ke Athena untuk membawa pulang Mama.

Menurutku merupakan misteri bagaimana orang-orang di bumi bisa menjelajahi dunia begitu saja tanpa mengajukan pertanyaan, lagi dan lagi, tentang siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Bagaimana kehidupan di planet ini bisa menjadi sesuatu yang kauabaikan atau kausepelekan begitu saja?

Bagi saya, pertanyaan itu sudah menggaung sebegitu lama, karena saya mengenal tema ini bahkan ketika beranjak dewasa sekitar, hmmm, dua belas tahun yang lalu (tua juga ya sekarang, hahaha). Ternyata perkenalan saya dengan filsafat selama itu, meskipun tidak secara sadar saya mengeahuinya. Pertanyaan besar tersebut rupanya bagi banyak orang masih menjadi misteri. Sebegitu misterinya jawaban dari pertanyaan tersebut, bahkan orang-orang yang berpikir tentang itu hanyalah segelintir orang saja. Percakapan antara Pa dan Hans Thomas menjadi pengingat kembali bagi para pembaca untuk menekuri asal muasal dirinya dalam belantara kehidupan dunia.

Sementara itu, cerita dalam buku roti kadet membuat kita berpikir dalam. Gaarder menyajikan realitas dengan fiksi secara bersamaan dan membenturkannya untuk membuat pembaca bertanya-tanya: di mana batas antara ilusi dan kenyataan, lalu dijelaskan dengan penjelasan yang rasional (meskipun tentu saja, celah besar tentang apakah ini nyata itu maya masih terbuka dengan lebar). Yang membuat saya bertanya-tanya adalah tentang Joker (Joker ini mirip dengan lelaki dalam khayalan Petter dalam Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng). Bagi saya, Joker merupakan misteri terbesar yang belum terpecahkan, tidak hanya di dalam dunia buku ini saja. Mungkin juga dalam dunia ini. Mungkin saya adalah Joker? Hahaha, bisa jadi saya memang Joker dalam wujud manusia.

Selain tentang itu, kisah kartu-kartu tersebut begitu menarik. Yang saya suka adalah tentang penanggalan kartu berdasarkan jumlah kartu remi, dan yang mengejutkan: Hari Joker. Dalam kisah filosofis yang diceritakan Pa, saya juga senang saat Pa menceritakan tentang mitologi Yunani, dan juga cerita tentang filsuf di masa lalu. Yang saya suka, tentu saja saat Pa menyinggung soal Socrates.

Socrates tanpa ragu berkata pada diri sendiri bahwa dia hanya tahu satu hal--yaitu bahwa dia tidak tahu apa-apa. 

Saya akhiri review ini dengan sebuah kutipan antara Pa dan Hans yang benar-benar menyentuh hati:

"Kalau begitu, berarti ada dunia lain?" Pa mengangguk sembunyi-sembunyi. "Dunia lain adalah jiwa kita sebelum menyarangkan diri di tubuh, dan akan kembali ke sana bila tubuh itu mati akibat kerusakan waktu."

"Mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan planet ini sebelum mengetahui lebih banyak tentang siapa diri kita dan dari mana kita berasal."


Membaca novel ini membuat saya memandang kartu remi dengan cara yang lain.

***

Novel ini dibaca dalam rangka even BBI (Blog Buku Indonesia) di bulan Maret, yaitu baca bareng sama followers twitter. Rekapan baca bareng saya ada di sini.

Ada giveaway untuk buku ini dan karya-karya Jostein Gaarder lainnya di sini.



Pengumuman Giveaway Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah





Assalamualaikum, selamat sore.

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua yang sudah mengikui giveaway Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah yang diadakan di blog saya ini. Ini merupakan blogtour dan giveaway pertama yang saya moderasi, dan kesannya, saya sangat senang sekali karena bisa berbagi dengan teman-teman dan mendengar cerita yang sudah kalian tuliskan di sana.

Terkadang jalan hidup kita memang tidak semulus yang kita kira. Ada kalanya kita dihadapkan dengan sebuah pilihan yang harus kita pilih dari dua atau bahkan lebih dari percabangan. Entah itu saat hendak memilih baju, membeli buku, memutuskan akan makan apa, atau apabila pilihan-pilihan itu yang akan menentukan jalan hidup kita ke depan. Bisa tentang jurusan di sekolah, kuliah, pekerjaan, atau bahkan memilih pasangan hidup. Seringkali kita dipaksa untuk memilih sesuatu yang tidak menyenangkan hati sehingga kita menjalaninya tidak sepenuh hati. Seperti yang teman-teman sudah ceritakan, saya pun juga yakin bahwa setiap jalan hidup yang Tuhan pilihkan kepada kita, tersimpan harta karun kebajikan dan kebaikan yang terlihat di depan mata. Kalau pun itu tidak tampak, maka kita perlu menggalinya hingga menemukan banyak sekali hikmah dari perjalanan yang bercabang dan pilihan yang ditempuh.

Intermezo-nya panjang juga ya, hehehe. Baiklah langsung saja saya umumkan pemenangnya, yang mendapatkan satu buah novel Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah adalah....


"Asep Nanang"


Buat yang lain, jangan berkecil hati. Kalian bisa mengikuti giveaway lagi di pemberhentian blogtour selanjutnya di sini.


Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken

Judul : Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
Penulis : Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
Penerjemah : Ridwana Saleh
Penerbit : Mizan
Tebal Buku : 284 Halaman
ISBN : 9789794334157
Rating : 4 dari 5 




"Jika aku membaca sebuah buku yang kusukai, rasanya apa yang kubaca membawa pikiranku terbang melayang keluar dari buku itu. Buku kan bukan hanya terdiri dari kata-kata atau gambar di atas kertas belaka, melainkan juga semua yang aku bayangkan saat membacanya." --- halaman 42


Blurb:



Dua saudara sepupu, Berit dan Nils, tinggal di kota yang berbeda. Untuk berhubungan, kedua remaja ini membuat sebuah buku-surat yang mereka tulisi dan saling kirimkan di antara mereka. Anehnya, ada seorang wanita misterius, Bibbi Bokken, yang mengincar buku-surat itu. Bersama komplotannya, tampaknya Bibbi menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dalam dunia perbukuan. Berit dan Nils tidak gentar, bahkan bertekad mengungkap misteri ini dan menemukan Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. 





***


Berit dan Nils baru saja menghabiskan liburan bersama. Saat mereka tengah berlibur itulah keduanya membeli sebuah buku dan memutuskan untuk membuat buku surat yang akan dikirimkan bolak-balik Fjærland ke Oslo. Pada mulanya, buku mereka diisi dengan cerita-cerita menarik seputar liburan mereka, seperti misalnya ketika mereka mengunjungi Pondok Flatbre  dan menuliskan buku tamu di sana dengan selarik puisi:


Dalam keriangan musim panas ini,

Segelas Coca-Cola kami nikmati,
Nils dan Berit, itulah kami,
Menghabiskan liburan kami di sini.
Sangat indah di atas sini,
Sampai kami tak ingin pergi.

Lalu, surat-surat selanjutnya diisi dengan menggosipkan seseorang yang dianggap aneh oleh mereka yakni Bibbi Bokken. Siapakah sosok Bibbi Bokken ini? Ternyata dia adalah seorang wanita misterius yang memiliki ketertarikan dengan buku dan perpustakaan. Selama melakukan korespondensi, Berit dan Nils merasakan kejanggalan yang tiba-tiba terjadi dalam kehidupan mereka, misalnya tiba-tiba ada orang yang mengikuti mereka, atau tentang kecurigaan bahwa Bibbi Bokken adalah anggota sindikat perdagangan buku langka internasional.

Kejadian langka tersebut bermula ketika Berit menemukan surat yang terjatuh dari tas wanita itu, dari Sirri si Campo dei Fiori yang mengatakan bahwa tahun depan akan diterbitkan sebuah buku misterius dan juga cerita tentang perpustakaan ajaib. Nils juga merasa diikuti oleh seseorang bernama Mr Smiley yang dicurigai mengincar buku surat mereka berdua. Bahkan, guru sekolahnya pun ikut penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Nils ketika ia dalam tugas karangannya menggunakan nama Bibbi Bokken sebagai tokoh utamanya.



Ketika Nils menceritakan kepada Berit bahwa dia akan pergi ke Roma karena Ibunya memenangkan sayembara penulisan cerita pendek, Nils pun memeberitahukan kepada sepupunya itu tentang kejadian aneh yang menimpanya, seolah Bibbi Bokken (atau Mr Smiley?) adalah dalang di balik kejadian ganjil ini semua.


***


Dunia perpustakaan menjadi tema dalam novel anak-remaja ini. Tokoh utamanya adalah anak-anak kelas enam sekolah dasar yang beranjak dewasa, diliputi banyak rasa ingin tahu yang tinggi, juga berjiwa petualang yang membuat karakter tokohnya keluar dan bersesuaian dengan tema yang diangkat. Meskipun, tema yang diusung cukup berat seputar dunia perbukuan yang bahkan pembaca usia dewasa saja tidak terlalu paham dengannya. Istilah bibliografi, incabula, Guttenberg, Dewey, disajikan dalam sudut pandang keingintahuan anak-anak sehingga kesan 'berat' tidak tinggal dalam benak pembaca. Bahkan apabila dibaca oleh anak seusia karakternya.

Buku yang menarik tentang buku, perpustakaan, dan minat baca tulis bagi anak-anak usia remaja.



"Siapa pun yang membaca buku, punya mata di berbagai tempat yang unik." --- halaman 247

Mulanya saya mengira novel ini akan berpola mirip dengan Dunia Sophie. Jadi, hal-hal absurd yang terjadi di bagian awal (mungkin untuk yang nggak sabar menyimak cerita ini akan bosan dan malas melanjutkan) saya terima saja sambil menebak-nebak maksud cerita. Tapi, saya kok kayaknya yakin penulis memiliki twist yang sama dengan si Sophie itu. Eh ternyata tebakan saya salah besar. Di bagian kedua, saya mulai menikmati alur cerita, apalagi informasi seputar buku, misalnya tentang Klasifikasi Dewey (membuat saya iseng cek buku perpus dan lihat di tabelnya), lalu hal-hal yang berhubungan dengan perbukuan dan perpustakaan menambah informasi. Yang paling saya suka adalah kisah yang berhubungan dengan Gutenberg dan huruf bongkar pasangnya. Dan lagi, karena novel ini ditujukan untuk semua usia, saya jadi seolah-olah ikut kembali ke masa anak-anak menuju remaja itu, hehehe.



Meskipun tidak secanggih karya Gaarder lainnya, saya tetap suka membacanya.

Jadi, sama seperti atom dan molekul bisa menjadi seekor beruang, huruf-huruf tersebut pun dapat menjadi kisah Pooh si Beruang --- halaman 218 


[Master Post] Proyek Baca Buku Perpustakaan 2016




Assalamualaikum....

Saya mau ikut proyek baca buku perpustakaan yang di-host oleh Ira di blognya yang ada di sini. Reading challenge-nya pas sekali karena saya lagi suka berburu buku ke perpustakaan. Selain karena demi penghematan budget beli buku, saya juga lagi sering ketemu sama anak-anak les saya di sana untuk belajar ;) sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui kan ya. Lagi pula, setelah berpetualang di sana, saya menemukan banyak sekali buku-buku incaran yang sudah jarang ada di toko buku, dan ternyata ada pula buku-buku baru. Jadi, upaya penghematan juga bisa terlaksana.

Perpustakaan daerah di kota saya, letaknya ada di Jalan Juanda No 4 Samarinda, pas di perempatan. Karena di depannya lagi dibangung fly over jadinya perjalanan ke sana butuh perjuangan ekstra menghadapi macet dan harus putar arah :D 




Nah kembali ke tema, di sini saya akan membuat master post untuk men-track buku-buku yang saya baca (dan karena tahu projectnya telat, ada buku yang sudah dikembalikan tanpa sempat difoto label perpustakaannya, nanti saya akan kembali untuk mendokumentasikan barang bukti hihihi).

Syarat mengikuti challenge-nya tidak susah kok:

  1. Daftarkan diri kalian di (bukan di sini ya, hehe) langsung saja cek ke tekape dengan format: NAMA – LINK AKUN MEDIA SOSIAL (Facebook/Twitter/Instagram) YANG MASIH AKTIF DAN BISA DIHUBUNGI. Kalian bisa mendaftar kapan saja selama periode proyek ini yang berlangsung dari tanggal 1 Januari – 30 Desember 2016. Yang punya blog, dipersilakan membuat master post-nya juga.
  2. Pinjam dan baca buku dari perpustakaan di kota kalian.
  3. Share foto buku + kesan singkat kalian setelah membaca buku tersebut atau link review (kalau kalian mereview bukunya) di akun media sosial yang kalian daftarkan. Pastikan label buatan perpustakaannya terlihat di foto sebagai bukti kalau buku tersebut memang dipinjam dari perpustakaan. Jangan lupa mention saya dengan hashtag #pbbp di akun FB: Ira Mustika, akun Twitter: @irabooklover atau akun Instagram: @irabooklover.
  4. Setiap link mention yang memenuhi syarat (ingat harus ada foto buku dan kesan pendek atau reviewnya) yang masuk di akun medsos Ira akan dipilih secara acak di akhir periode. Akan ada hadiah untuk 1 link terpilih berupa buku pilihan sendiri senilai maksimal Rp100.000. Cuma 1 ? Jangan khawatir, Ira kemungkinan akan menambah jumlah link terpilih kalau pesertanya banyak ;) Seberapa banyak? Well, kita lihat saja nanti.
  5. Kalian boleh memention Ira berkali-kali untuk satu buku yang sama, tapi link yang dimasukkan ke dalam daftar undian hanya 1 link untuk setiap buku. Jadi semakin banyak kalian membaca buku perpustakaan, semakin besar kesempatan untuk terpilih ^_^
  6. Pemenang akan diumumkan diakhir periode saat membuat Wrap Up Post tanggal 31 Desember 2016 sekalian menghitung seberapa banyak buku yang sudah saya pinjam dan baca dari perpustakaan. Silakan laporkan hasil kalian juga di kolom komentar Wrap Up post Ira nanti.
Mudah bukan? Ayo ikutan, dan ramaikan perpustakaan \^^/


***

READ:

Ziarah

Judul : Ziarah
Judul Asli : The Pilgrimage
Penulis : Paulo Coelho
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 264 Halaman
ISBN : 9786020300320
Rating : 2 dari 5 




Blurb:

Dalam novel ini, yang terbit sebelum The Alchemist––Sang Alkemis, Paulo menempuh perjalanan untuk mencapai pengetahuan diri, kebijaksanaan, dan penguasaan spiritual.

Dipandu oleh teman seperjalanannya yang misterius bernama Petrus, Paulo menyusuri jalan ke Santiago yang suci, melalui serangkaian cobaan dan ujian sepanjang jalan––bahkan bertatap muka dengan seseorang yang mungkin sang iblis sendiri. Kenapa jalan menuju hidup sederhana ternyata sangat sulit? Apakah Paulo akan menjadi cukup kuat untuk menggenapkan perjalanan menuju kerendahan hati, kepercayaan, dan keyakinan?

Paulo Coelho adalah pencerita yang memukau, menginspirasi orang di seluruh penjuru dunia untuk melihat lebih dari hal yang biasa menuju hal yang menakjubkan.


***

Bagi saya, membaca buku Paulo Coelho adalah sebuah perjudian, apakah buku yang saya baca akan saya sukai (sesuai dengan selera saya) atau tidak. Sebutlah Sang Alkemis, Sang Penyihir dari Portobello, Zahir atau Aleph, adalah buku-buku yang saya sukai. Namun terkadang ketika membaca buku Paulo yang lain seperti Brida, atau Sebelas Menit, yang membuat saya kecewa karena tidak berhasil menangkap apa yang dimaksudkan dalam ceritanya. Meskipun sebenarnya, saya dapat menemukan benang merah dari cerita-cerita Paulo Coelho yang saya baca: yakni tentang perjalanan dan ritual-ritual aneh. Di novel-novelnya yang lain, perjalanan dan ritual itu tidak menjadi tema besar yang diangkat, namun di sini, perjalanan itulah yang menjadi plot utama. 

Paulo menyusuri jalan Santiago, bersama Petrus sang pemandu yang memandunya menyusuri jalan itu untuk menemukan pedangnya yang diambil yang merupakan tujuan utama Paulo melaksanakan ritual perjalanannya. Di sepanjang jalan, mereka bertemu dengan hal-hal yang langsung dikaitkan dengan ritual. RAM beberapa kali muncul namun saya tidak mengerti RAM itu apa. Di cerita juga menjelaskan tentang ajaran Kristiani (yang saya tidak bisa menangkap maknanya). Mungkin ada penjelasan spiritual atau apapun, tapi saya tidak mampu memahami itu. Entah karena bahasanya yang berat atau terlalu tinggi.

Ada ritual-ritual yang barangkali bisa diterapkan dalam kehidupan seperti latihan benih, latihan kecepatan, laihan kekejaman, latihan bayangan, dan lain-lain meskipun ada juga yang tidak direkomendasikan seperti latihan mengubur diri hidup-hidup (soalnya seram, tapi kita bisa mengingat kematian dengan cara yang lain kok selain ini, tapi kalau mau coba juga silakan). Di edisi terjemahan bahasa Indonesia ini, dalam daftar isi ada ditunjukkan halaman-halaman meuju ke latihan itu. Sementara, dalam plot cerita, latihan dilakukan dalam perjalanan pada momen-momen tertentu.


Sama seperti ketika membaca The Old Man and The Sea, saya merasa bosan dengan buku ini sehingga nyaris beberapa kali mau menyerah dan menyudahinya saja. Mungkin karena faktor cerita yang monoton, karena plot utama dalam kisah ini adalah tentang perjalanan dan upaya mencari pedang. Meskipun di dalam perjalanannya ditemukan rintangan dan beberapa peristiwa, namun itu tidak cukup menarik dan cenderung membuat bosan.


Sudah saya prediksi sebelumnya bahwa buku Paulo tidak akan jauh-jauh dari ritual aneh, di sini pun ada. Entah apakah ini bagian dari ritual ordo kristen atau bagaimana, tapi membacanya membuat saya tidak memahami dan biasa saja sih. Tidak ada yang istimewa.  


Semoga saya tidak kapok memabca buku Paulo Coelho yang lainnya. 





Terima kasih kepada perpusda yang sudah meminjamkan bukunya kepada saya (bahkan sampai perpanjangan sekali karena sayang untuk tidak menyelesaikannya). :)



Inteligensi Embun Pagi


Judul : Inteligensi Embun Pagi
Penulis : Dewi Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Buku : 724 Halaman
ISBN : 9786022911319
Rating : 3 dari 5 





Dewi Lestari adalah satu dari sekian penulis yang saya kagumi. Saya mengikuti semua cerita Dee, mulai dari serial Supernova, lalu Perahu Kertas, kumpulan cerita di Filosofi Kopi, Madre, dan Rectoverso. Memang tajuk tulisan ini adalah tentang Inteligensi Embun Pagi, si bungsu Supernova yang lagi hits karena penjualannya via pre-order yang super fantastis. Tapi, berbicara tentang IEP, tentu tidak bisa tidak menceritakan serial yang lain dan bahkan menyandingkannya dengan karya Dee lainnya.

Sepertinya ini akan panjang dan personal sekali =))) #ceilah

Saya mengenal seri Supernova saat sedang ramai peluncuran Partikel, delapan tahun setelah vakum lama dari terbitnya Petir. Dulu, barangkali karena faktor masih belum punya uang sendiri untuk beli buku, kebiasaan membaca saya belum terfasilitasi. Tapi setelah kerja, seolah rasa haus saya tentang buku-buku berkualitas langsung terobati. Jadi, saya mulai menjadi pembaca Dee. Pertemuan pertama adalah dengan novel Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh.

Jujur saya akui, menikmati KPBJ saat membacanya pertama kali, terasa berbeda sensasinya ketika saya membacanya ulang. Dulu saya termasuk orang yang saklek terhadap bacaan. Sesuatu yang tidak sesuai dengan kerangka baik-tidak baik, benar-tidak benar, (versi yang saya yakini) masih mengungkung saya. Dan begitu membaca KPBJ yang notabene menyinggung soal perilaku gay dan pelacuran, saya kaget. Di satu sisi, pengin segera menutup buku itu namun di sisi lain, rasa penasaran dan suguhan napas intelektual yang diberikan penulis membuat ruang imajinasi saya serta ruang ilmu pengetahuan dipuaskan dalam sekali duduk. Saya pun berkenalan dengan endorfin, serotonin, kucing Schrödinger, titik bifurkasi, dan ilmu tentang fisika modern lainnya. Apalagi, plot dan penyajian cerita yang membuat penasaran, mengikat saya untuk terus membacanya dan mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan yang disajikan begitu ilmiah. 

Setelah selesai membacanya, saya langsung mengelompokkan novel ini ke rak bagian "novel yang tidak hanya memberikan ruang pada cerita fiksi saja, tapi juga menyuguhkan informasi". Kalau orang-orang menganggap KPBJ adalah masterpiece, saya menganggapnya sebagai awal yang manis.

Lalu ke Akar. Bisa dibilang lagi-lagi saya tidak sepaham dengan banyak orang yang menganggap Akar penuh dengan muatan spiritual. Lagi-lagi mungkin karena proses spiritual saya melalui jalur yang berbeda, sehingga saya tidak menemukannya pada tato, ladang ranjau, ladang ganja, maupun kehidupan anak punk. Jadi, saya hanya menikmatinya sebagai bagian dari Supernova secara keseluruhan. Perkenalan saya dengan Bodhi tidak seintim seperti ketika saya bersinggungan dengan Elektra ataupun Zarah (bahkan Diva). Namun cerita tentang Khmer Merah, Kell (oh saya lebih suka Kell daripada Bodhi!) dan ratusan tato yang terajah di badannya, bahkan Epona lebih memikat hati saya. Apalagi Ishtar yang kemunculannya begitu memesona. Saya yakin Ishtar akan menempati posisi penting dalam jalan cerita ini, karakternya begitu kuat.

Sebelum ke Petir, saya iseng mengintip ulasan yang membahas buku ini. Yang saya ingat, ada tulisan yang membahas kalau buku ini kuat unsur komedinya, tapi jenis komedi yang berbeda dengan serial Lupus. Oke, saya penasaran. Ketika membaca buku ini, benar sekali bahwa kisahnya kocak. Lagi-lagi Dewi Lestari berhasil menampilkan sosok Elektra yang renyah, hidup, dan... lucu. Miris tapi lucu, bego tapi nggak bodoh, nah lho, bingung kan? Yang jelas, saya sudah jatuh hati dengan karakter Elektra yang konsisten, beda dengan karakter serius yang muncul sebelumnya. Kisah Etra-Mpret membuat novel ini renyah, seru. Seru khas Elektra. Dee pun tak ketinggalan dengan sisipan tema yang lagi-lagi diangkatnya; yang pertama adalah tentang pengobatan alternatif menggunakan listrik (ayah saya sempat mempelajari tentang ini jadi saya cukup familiar dengannya), dan yang kedua tentang industri warnet yang mulai menanjak dan berada dalam fase kejayaannya.

Jika tiga serial sebelumnya digolongkan sebagai Supernova pra vakum, maka tiga selanjutnya adalah Supernova pasca vakum. Memang ada perbedaan yang terasa karena gap yang begitu lama. Sebagai pembaca Supernova golongan pasca hiatus lama, tentu berbeda rasanya dengan yang mengikuti dari awal. Tapi, Partikel berhasil mencuri hati saya hingga membuat saya blending berkepanjangan setelah membacanya. Alasan yang membuat Partikel begitu melekat di hati yaitu: 1) Karakter Zarah yang keturunan Arab (ini alasan pribadi). 2) Cerita yang mengambil tema ayah-anak selalu punya tempat spesial di hati saya. 3) Tentang cara Firas mendidik Zarah, menginspirasi saya. 4) Teori konspirasi alien selalu menarik perhatian saya. Dan masih banyak lagi... itulah yang membuat saya menempatkan Partikel di atas serial yang lainnya, begitu pun Zarah. Dan kisah kemunculan kamera di ulang tahun ketujuh belas Zarah, dieksekusi dengan penjelasan serasional mungkin oleh Dee. Besar harapan saya hilangnya Firas pun memiliki penjelasan yang rasional pula (entah benar teori tentang alien itu, atau apakah sosok Firas akan muncul dari dunia-entah-mana yang berhubungan dengan jejamurannya).

Lalu muncullah Gelombang menyerang.

Separuh buku ini, saya masih percaya bahwa Gelombang bukan kisah fiksi-fantasi. Menyuguhkan cerita tentang perjuangan seorang anak negeri yang berjuang meraih mimpi di luar negeri. Di sisi lain, Alfa, si tokoh utama yang merepresentasikan Gelombang, memiliki permasalahan dengan tidurnya. Petualangannya membawa Alfa ke Tibet untuk bertemu dengan seseorang yang bisa membantu masalahnya. Lalu muncullah infiltran, sarvara, peretas... membuat kabut fantasi yang selama ini masih diumpetin sama Dee tersingkap sudah. Kecewa? Sedikit. Saya tidak alergi dengan novel fiksi-fantasi (lirik status sebagai Potterhead), namun kesan fantasi yang ditutup-tutupi dengan bingkai science-fiction, jadi membuat saya kecewa, sedikit. Karena, saya harus membanting setir persepsi awal serial ini. Tapi karena saya terlanjur jatuh hati dengan tulisan Dewi Lestari, istilah you jump i jump akhirnya membuat saya kecemplung dalam dunia fantasi Supernova dan melupakan unsur sains yang selalu diselipkan dalan serial sebelumnya, dan juga antusias meununggu-nunggu si Embun yang menjadi puncak Supernova.

Panjang ya, dan Embun belum terbahas =))

Saya mengikuti berita dan tulisan orang-orang tentang Supernova. Dan ini menyadarkan saya sesuatu: Dee menulis tentang tema-tema yang melampaui zamannya. Di KPBJ, isu LGBT tidaklah sesemarak sekarang, namun tokoh Dee sudah tampil di depan. Di novel yang sama juga mengangkat tema sains fiksi, di mana (sepertinya) adalah tema yang jarang diangkat pada saat itu. Lalu Akar, di mana saat itu belum marak menyentuh cerita travelling, backpacker, Bodhi sudah memunculkan diri dengan pengalaman itu meskipun memang tema besar yang diusung Akar tidak tentang itu. Di Petir, konsep Elektra Pop muncul di tengah booming-nya internet di Indonesia. Dan untungnya, di Partikel, kesan melampaui zaman itu masih terasa dengan cerita-cerita seputar alien dan jamurnya. Sayang sekali, bagi saya, Gelombang terseok-seok berperang antara mengikuti timeline jauh sebelum Supernova hiatus dengan waktu sekarang. Jadinya, buku Dee yang biasanya melampaui zaman sudah tidak lagi terasa di buku ini, bahkan Dee mengikuti arus tren buku populer Indonesia yang mengangkat tema from nothing to something. (Kita ambil contoh tertralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata atau Mimpi Sejuta Dolar karya Merry Riana.)

Jadi, sebelum ke Inteligensi Embun Pagi, mari kita sama-sama menerima konsep peretas-infiltran-sarvara agar bisa mengikuti novelnya dengan hati yang lapang, hahaha. Jujur, sejak awal saya termasuk satu dari ribuan orang yang excited dengan kehadiran si bungsu. Saya ikut pre-order bahkan ketar-ketir saat yang lain dapat novelnya dan punya saya belum datang. Saya juga menahan diri untuk tidak membaca resensi orang supaya bisa objektif. Setelah beberapa hari, akhirnya selesai juga. (Ini live tweet saya beserta ekspresinya https://twitter.com/niesya_bilqis/status/705686864678653956 hahaha).

Jadi kesimpulannya... bingung saya menyimpulkannya.

Dari kekurangannya dulu kali ya:
  1. Karena bertemunya semua karakter utama di buku ini, jadi susah untuk menentukan siapa yang dominan dimainkan di laga pamungkas ini. Apalagi, masing-masing pembaca punya karakter favoritnya.
  2. Contohnya, Bodhi, Zarah. Justru Alfa yang baru muncul belakangan mendapat porsi besar di sini.
  3. Diva di sini hanya jadi figuran, padahal di awal kemunculan seolah dialah sang Supernova dan pembuat jejaring yang memunculkan semuanya.
  4. Saya tahu kekuatan Dee dalam membuat karakternya. Di IEP, saya rasa yang karakternya konstan adalah Elektra. Zarah, kesan petualangnya tereduksi jauh. Saya tidak mengenal gadis petualang yang cantik dan tegar di sini. Lalu Bodhi, yang merupakan tokoh dengan karakter (dan fans yang banyak) kuat, saya kira akan mempunyai porsi besar, namun ternyata karakternya tidak terlalu signifikan.
  5. Kemunculan Gio saya sudah prediksi karena Dee sudah mulai memunculkan Gio di antara plot utama di sebaran serial Supernova. Tapi Mpret, ini benar-benar di luar prediksi. Apakah ini jelek? Hmmm, tidak juga, saya suka Mpret. Tapi kemunculan dia yang tiba-tiba seolah tidak ada petunjuk sebelumnya kalau dia akan mendapatkan posisi yang strategis. Tentu saja bikin kaget.
  6. Ekspresi saya di halaman 498: T-T T-T T-T T-T T-T T-T Apalagi di sini ceritanya tentang Zarah dan Firas. Terus, ternyata, saya baca buku ini sampai habis, tidak ada impact apa-apa plot di halaman ini dengan kelanjutan cerita. Saya langsung yang... waduh, kemarin blending percuma dong. Jadi, bagaimana nasib Firas? Bagaimana pula cerita Bong? Diva? Rana?
  7. Apakah Dee sedang memperkenalkan ajaran Buddha dalam bentuk novelnya, hmmm? Bagi saya ini bukan masalah besar, tapi apa ya....
  8. Jadi menurut saya, IEP yang setebal ini kurang bisa mendeskripsikan plotnya. Mungkin karena perubahan plot dari tengah menuju akhir yang begitu cepat membuat saya agak kelimpungan. Seperti menikmati Harry Potter sebelum membaca bukunya, banyak hole yang tidak terjawab di sana.
Jadi soal kentalnya unsur Buddhist dalam novel ini, saya rasa tersebar sepenjuru halaman. Apalagi konsep reinkarnasinya. Saya tidak paham tentang reinkarnasi dalam ajaran Buddha, namun di halaman 469 kesan itu terlalu kuat terekam dalam indera saya. Tentang dialog semut mati, dan ada kata "daur ulang" di sana. Benar kan itu yang dimaksudkan adalah reinkarnasi? Saya setuju tentang energi yang tidak musnah saat tubuh mati, karena yang mengalami kematian adalah jasadnya saja, sementara energi manusia tersebut (roh) akan tetap ada. Saya percaya energi tersebut tidak mengalami proses reinkarnasi melainkan berada di alam lain yang berbeda dimensi dengan manusia. Semua manusia yang meninggal akan menunggu dan menerima balasan perbuatan mereka selama di dunia. Oke, ini balik ke keyakinan masing-masing dan tidak ada perdebatan sampai di sini :)) saya hanya mengungkapkan persepsi saya tentang ini. Perkara benar atau salah, well, bukankah kita semua sama-sama menunggu? Tapi meskipun tidak meyakini reinkarnasi atau konsep surga-neraka  dalam keyakinan lain (selain Islam), saya sih senang saja baca-baca tentang itu.

Tapi... dari semua alasan itu mengapa saya bertahan di tiga bintang? Saya menyukai Dee dan kekayaan intelektualnya. Saya suka Dee mengangkat cerita yang tidak biasa menjadi luar biasa. Lihat saja seri Supernova sebelum Gelombang. Jangan lupa juga Madre (yang inspirasinya dari biang roti), atau tentang seorang ABK dan kisah cintanya dalam Rectoverso (yang juga diangkat jadi lagu Malaikat Juga Tahu). Yeah, memang ini tentang si Embun, tapi membahas Embun, saya jadi mengaitkan dengan Dee dan karyanya secara keseluruhan.

Selain itu, saya selalu tertarik untuk mengintip dapur di balik novel-novel Dee. Kalau saja Dee mau membocorkan sumber literasi novel-novelnya ya... hahaha. Dan yang menarik dari si Embun adalah, tentang Foniks. Oh ternyata di balik Mpret ada nama seorang Hacker ternama di Indonesia yang namanya mendunia. Kerja seorang Dee tidak bisa dipandang sebelah mata, ia selalu total dalam melahirkan anak-anaknya. Di Supernova sebelumnya juga saya senang mencari informasi yang berkaitan dengan tema besar yang lagi diangkat, misalnya saat di Partikel dijelaskan tentang konsep Adam-Hawa dari berbagai sumber, saya ikut mencari literatur serupa menurut Islam. Jadi, yaaah, buku yang menambah pengetahuan dan membuat pembacanya berpikir adalah buku yang bagus dan berkesan bagi saya. (Tuh kan nggak fokus ke IEP lagi kan.)

Karena Supernova sudah membuka selendang yang menutupi bahwa ia adalah sebuah buku fantasi, jadi saya mau menyinggung soal genre fantasi dan segala macam yang membangunnya. Saya acungi jempol untuk upaya Dee dalam membuat sebuah novel fantasi. Unsur pertama yang menjadi perhatian khusus bagi novel fantasi adalah universe-nya; bisa dikatakan ini bagian yang sulit. Harry Potter tentang dunia sihirnya, A Game of Thrones atau Lord of The Rings yang mengambil setting di dunia antah berantah yang jauh dari jangkauan manusia modern. Atau justru The Hunger Games yang mengambil cerita jauh dari masa depan. Membangun universe tidaklah mudah, apalagi jika setting cerita ada di masa kini dan di negeri sendiri. Kalau Harry Potter bisa diterima karena jauh dari jangkauan geografis dengan pembaca Indonesia (eh tapi bahkan di Inggris pun novel ini amat sangat diterima ya), menurut saya pribadi, kalau kisahnya dekat dengan kita, rasanya susah untuk menerima realitas antara batas fantasi dan nyata, meskipun keduanya dibungkus dalam bingkai cerita fiksi. Jadi saya sepertinya bisa paham jika ada pembaca yang menolak menerima kalau ini adalah novel fantasi. Nah, balik ke persoalan universe itu tadi, saya rasa Dee sudah mengemas cerita ini dengan baik. Ada banyak remah roti yang disebarkan dari cerita pertama hingga puncaknya. Entah mungkin pembaca tidak menyadarinya karena masih denial dan menolak percaya. Saya awalnya termasuk yang menolak percaya ini, hehehehe. Jadi, apakah Dee sudah berhasil menciptakan universe-nya sendiri dalam Supernova? Jawaban saya, ya. Ini menjadi angin segar yang bagus untuk perkembangan fiksi-fantasi di Indonesia, menurut saya.

Apapun itu, saya sangat mengapresiasi kerja Dee selama lima belas tahun untuk merampungkan novelnya ini. Saya tidak berkeberatan untuk menunggu kehadiran Permata dalam bingkainya yang lain. (Dan mengetahui nasib karakter lain yang belum selesai dan belum "tamat" di sini.)

[Blogtour+Giveaway] Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah



Judul : Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah
Penulis : Sisimaya
Penerbit : Diva Press
Tebal Buku : 264 Halaman
ISBN : 9786023910809
Rating : 4 dari 5 

*Ikuti Giveaway di akhir rewiew ini*








Sejak awal kami tahu, ini tidak akan pernah mudah. Bagi Agus, perkenalannya dengan gula jawa begitu mendalam. Ayahnya meninggal saat menyadap nira yang merupakan bahan baku gula jawa. Ibunya juga telah tiada, tepat setelah melahirkan dirinya ke dunia. Kehidupannya penuh dengan perjuangan; untuk hidup, dan bangkit dari kemiskinan yang melilit keluarganya. Jika orang lain yang mengenal gula jawa hanya dari sisi manisnya saja, namun bagi Agus, ia telah mengecap pahitnya juga. Ayahnya mengajarkan banyak hal kepadanya, tentang makna kehidupan. Tapi kini Ayah yang menjadi tumpuan hidup Agus telah tiada.


 "Kalau kamu selalu ingat bahwa asalmu itu hanya dari setetes air, kamu tidak akan pernah merasa sombong." --- halaman 17

Selepas meninggalnya sang Ayah, Agus dingkat anak oleh Pak Lurah. Bersama Bayu dan Ratna--kedua saudara angkatnya--ia menghabiskan sisa masa kanak-kanak mereka hingga beranjak dewasa. Menjadi bagian dari keluarga Pak Lurah lantas tidak membuatnya terlena, Agus tahu persis dirinya siapa dan tidak ingin menjadi beban bagi keluarga yang telah menampungnya.

Agus lantas berjuang dengan keringat sendiri untuk menyelesaikan kuliahnya. Pencapaian posisinya yang sekarang ditempuh dengan jalan menanjak yang sukar. Namun ia sudah berada di puncak. Bahkan sudah dikatakan sejajar dengan kaum urban lainnya. Karir cemerlang, gaji besar, ia juga sudah memiliki seseorang di hatinya bernama Anggi. 

Suatu hari, kehidupannya diuji dengan sebuah permintaan dari Bayu, kakak angkatnya, yang meminta Agus untuk membantunya mewujudkan mimpi untuk memberikan kehidupan yang layak bagi warga desanya. Bayu dan rencana besarnya meminta Agus untuk terlibat bersama mereka. Merancang sebuah pabrik gula jawa, yang apabila berhasil akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Manggar Wangi, desa kelahirannya, lebih baik dari sebelumnya. Segalanya dipertaruhkan di sini. Pertaruhan terjadi dengan kehidupan Agus yang dapat dibilang mapan, juga jalinan kisah cintanya bersama Anggi.

Agus memilih jalan itu, jalan yang ujungnya masih berkabut, tidak tahu akan berakhir ke mana. Perjanjiannya dengan Anggi bahwa ia akan kembali dalam waktu dua tahun selepas membantu mewujudkan impian Mas Bayu, menjadi penanda hubungan jarak jauh Jakarta-Manggar Wangi bagi keduanya. Bersama dengan kakaknya itulah petualangan menapaki mimpi besar dari nol kembali dimuali. 

Agus bertemu kembali dengan adik angkatnya Ratna, seorang gadis yang memiliki ketidaksempurnaan. Gadis itu terkena polio saat kecil yang menyebabkan kakinya mengecil dan harus menggunakan alat bantu untuk berjalan. Namun semangatnya membuat Agus kagum dan takjub, bahkan Ratna memiliki segudang aktivitas yang tidak pernah surut atau terhenti hanya karena kondisi yang ada pada dirinya.

"Yang penting bukan bagaimana orang lain menerima kita, melainkan seberapa besar kita bisa menerima diri kita sendiri dengan segala kekurangannya dan berdamai dengan itu." --- halaman 96

Pemuda ini menyadari, bahkan sejak awal, bahwa segalanya tidak akan pernah mudah. Dibutuhkan lebih dari sekadar kerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang bersemayam di kepala, menyelaraskan rencana besar dengan kebutuhan pribadi. Mengorbankan banyak hal, termasuk menguji ketahanan cinta. Apakah Agus akan menemukan kebahagiaannya sendiri setelah melakukan semua ini?


***


Saya jatuh cinta dengan novel ini sejak dari kalimat pertamanya: tentang bagaimana seorang anak bernama Agus yang harus kehilangan Ibunya; gula jawa menjadi analoginya. Lalu setelah itu, pembaca akan digiring dengan kisah pilu lainnya di mana Agus, tidak hanya kehilangan seorang Ibu namun juga harus melepaskan kepergian ayahnya, satu-satunya orang tersisa yang ia miliki di dunia ini.

Namun perjalanan takdirnya membawa Agus kecil menjadi anak Pak Lurah. Tidak hanya karena alasan kemanusiaan yang menggerakkan hati tokoh desa tersebut melainkan tentang pembayaran balas budi atas kebaikan Ayah Agus semasa hidupnya dulu. Di sini, pembaca tidak hanya mendapat suguhan alur cerita melainkan juga pelajaran hidup. Betapa sebuah kebaikan yang pernah kita lakukan di masa lampau, meskipun kita sendiri sudah melupakannya, namun orang lain mungkin tak akan pernah lupa. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan waktunya, perbuatan itu akan mendapat balasan yang bahkan dapat mengubah jalan hidup seseorang.

Buku ini juga tidak hanya bercerita tentang jalan terjal yang ditempuh Agus hingga titik tertingginya: seorang anak desa yang berhasil menjajal Jakarta dengan kesuksesan karirnya. Namun di sini, ada kisah Bayu yang mengubur kemapanannya untuk mewujudkan sebuah impian yang akan menaikkan taraf hidup warga desanya. Kita juga dikenalkan dengan Ratna, seorang gadis yang tidak berkecil hati atas kekurangan yang ia miliki. 

Salah satu ucapan Ratna yang membekas dalam ingatan saya adalah:

"Sebab tidak ada yang lebih menyedihkan daripada tak tahu apa manfaatnya kita diciptakan, bukan?" --- halaman 108

Selain dapat banyak pelajaran hidup dari membaca novel ini, pembaca juga akan disuguhkan sekelumit informasi tentang gula jawa dan proses pembuatannya. Bagus karena pembaca akan dapat bonus tambahan, tidak hanya sekadar menikmati jalannya cerita yang mengalir dan mudah dipahami maksudnya. Saya tidak butuh lama untuk menyelesaikan novel ini :). Tiga bintang untuk kisahnya, ditambah satu lagi spesial untuk covernya. (Ya, saya pencinta pink dan amat suka warna covernya :p pinkish namun nggak girly sama sekali, sangat bersesuaian dengan jalan cerita.)


***




Hai hai, kalian sudah tiba pada saat yang ditunggu.... Saya akan memberikan satu buah novel Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah kepada satu orang yang terpilih. Caranya? Mudah sekali, yuk simak ketentuan berikut:

  1. Giveaway ini hanya untuk kalian yang berdomisili di Indonesia.
  2. Follow blog saya melalui akun Google Friend Connect yang ada di sidebar blog ini.
  3. Follow akun twitter @divapress01 atau like FB “Penerbit DIVA Press”, kemudian share giveaway ini di akun twitter kalian. Jangan lupa mention twitter @divapress01 dan juga mention saya di @niesya_bilqis yaaa.
  4. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menyertakan: nama, akun twitter, domisili, dan link share. Pertanyaannya: "Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"
  5. Giveaway ini akan berlangsung selama satu minggu dari tanggal 7 hingga 13 Maret 2016. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan satu hari setelahnya yaitu 14 Maret 2016.
  6. Bagi yang sudah mengikuti kuis di blog sebelumnya dan belum berhasil, boleh mengikuti kembali di sini.
Semoga beruntung ya!! :)



Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)