Judul : Purple Eyes
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Inari
Tebal Buku : 76 Halaman
ISBN : 9786027432208
Rating : 5 dari 5
Blurb:
"Karena terkadang, tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi."
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
Sekarang dia dipanggil Lyre, 24 tahun, asisten Hades. Setelah 120 tahun kematiannya, Hades mempunyai tugas baru untuk dirinya, yakni menemani Hades ke dunia manusia untuk menuntaskan misi pembunuhan yang meresahkan di Trondheim, Norwegia. Orang-orang mati dibunuh secara sadis, lalu diambil levernya.
Lyre berubah nama menjadi Solveig, asisten Tuan Halstein yang tak lain adalah Hades sendiri. Halstein menarget Ivarr Amundsen sebagai bagian dari misinya, maka mereka datang ke rumah pria itu sebagai orang yang ingin memesan boneka troll untuk suvenir acara pagelaran teater. Ivarr Amundsen adalah saudara dari salah satu korban kekejian pembunuh itu. Adiknya Nikolai Amundsen meninggal dunia dan pemberitaan tentangnya diliput oleh media.
Semenjak adiknya meninggal, hidup Ivarr tidak lagi sama. Pemuda itu hidup tanpa hati, seperti kehilangan emosi apa pun dalam dirinya. Ia tidak menangis, tidak pula bersedih atas kematian tragis adiknya. Ia seperti patung lilin yang hidup tanpa nyawa. Hades memiliki rencana yang melibatkan Ivarr. Namun, demi keberhasilan rencana itu, ia tidak memberitahukannya pada Solveig. Gadis itu hanya diminta oleh Hades untuk terus mendekat dan menemui sang pria. Singkat cerita, Hades ingin agar Ivarr jatuh cinta pada Solveig.
Dan yang terjadi adalah... Solveig yang justru jatuh hati pada Ivarr.
Lalu ketika mereka diam-diam saling menyimpan rasa, Hades menjalankan skenarionya yang cukup kejam, tanpa melupakan jati dirinya yang sebenarnya bahwa dia adalah sang Dewa Kematian.
Quick review:
Fantasi, mitologi, Norwegia, ada "Harry Potter" dan "Jostein Gaarder" disinggung dikit di sana, Inggris era Victoria, surat yang ditulis dengan segel lilin, plot twist yang menawan, cerita yang indah, nyaris bersih dari typo dan kesalahan penulisan, ditulis oleh penulis lokal yang rasanya seperti membaca novel terjemahan.... Apa yang bisa menghalangiku untuk tidak memberikan bintang lima?
Setelah tertunda sekian lamanya (karena ternyata bukunya nyelip di dalam lemari pakaian), akhirnya saya berhasil membuat review yang lebih panjang.
Purple Eyes adalah novel fantasi yang dingin, sedingin atmosfer kota Trondheim yang menjadi setting cerita ini. Memadukan antara fantasi—dunia mitologi yang benar-benar kental, apalagi Nowegia adalah tuan rumahnya mitologi Nodik—berbalut roman, dan juga sedikit thriller menjadi bumbu yang pas. Tentang Hades yang menjalankan peran di sebuah tempat antara kehidupan dan kematian, dengan asistennya Lyre—atau yang di dunia manusia memilih nama Solveig—yang meninggal di era Victoria, menjalani sebuah misi menyelesaikan pembunuhan mengerikan di sebuah tempat yang biasanya tenang. Skenario dibuat, tapi ternyata romansa menjadi sedikit kendala dalam menjalankan rencana.
Setting tempat ini begitu kuat, saya bisa merasakan aura musim dingin dan juga beberapa latar yang diambil dalam kisah ini, menambah kesan kuat romantisme yang ingin dibangun. Karakter yang kuat: sosok Ivarr yang dingin bagai mayat hidup tanpa ekspresi yang indra perasanya mati suri, Solveig yang polos dan kuno (aduh, kenapa dia mau ke bumi nggak riset dulu sih, ngaku dari Inggris tapi nggak kenal Harry Potter? Siapa yang nggak curiga coba =))), dan Hades yang unik tapi sayang sekali, bagi saya Hades-nya kurang kejam. Plot twist-nya, benar-benar tak diduga, namun cukup masuk akal dan pas.
Tentang pesan tersiratnya mengenai kematian... dalam banget. Terima kasih karena sudah diingatkan tanpa kerasa digurui.
Salut banget sama Kak Prisca yang bisa membuat mitologi semanis novel-novel romantis tanpa melupakan kesan fantasinya. :)
Lyre berubah nama menjadi Solveig, asisten Tuan Halstein yang tak lain adalah Hades sendiri. Halstein menarget Ivarr Amundsen sebagai bagian dari misinya, maka mereka datang ke rumah pria itu sebagai orang yang ingin memesan boneka troll untuk suvenir acara pagelaran teater. Ivarr Amundsen adalah saudara dari salah satu korban kekejian pembunuh itu. Adiknya Nikolai Amundsen meninggal dunia dan pemberitaan tentangnya diliput oleh media.
Pemuda di depan Solveig ini, sebaliknya, mirip sekali dengan patung lilin. Dipahat dengan sangat indah, halus di setiap inci tubuhnya. Namun tanpa rasa. ---halaman 38
Semenjak adiknya meninggal, hidup Ivarr tidak lagi sama. Pemuda itu hidup tanpa hati, seperti kehilangan emosi apa pun dalam dirinya. Ia tidak menangis, tidak pula bersedih atas kematian tragis adiknya. Ia seperti patung lilin yang hidup tanpa nyawa. Hades memiliki rencana yang melibatkan Ivarr. Namun, demi keberhasilan rencana itu, ia tidak memberitahukannya pada Solveig. Gadis itu hanya diminta oleh Hades untuk terus mendekat dan menemui sang pria. Singkat cerita, Hades ingin agar Ivarr jatuh cinta pada Solveig.
Dan yang terjadi adalah... Solveig yang justru jatuh hati pada Ivarr.
"Kau kesal padanya. Kenapa membuat puisi tentangnya?" ---halaman 42
Lalu ketika mereka diam-diam saling menyimpan rasa, Hades menjalankan skenarionya yang cukup kejam, tanpa melupakan jati dirinya yang sebenarnya bahwa dia adalah sang Dewa Kematian.
***
Membenci itu sangat melelahkan, bahkan lebih menguras emosi daripada merasa sedih. ---halaman 117
Quick review:
Fantasi, mitologi, Norwegia, ada "Harry Potter" dan "Jostein Gaarder" disinggung dikit di sana, Inggris era Victoria, surat yang ditulis dengan segel lilin, plot twist yang menawan, cerita yang indah, nyaris bersih dari typo dan kesalahan penulisan, ditulis oleh penulis lokal yang rasanya seperti membaca novel terjemahan.... Apa yang bisa menghalangiku untuk tidak memberikan bintang lima?
Setelah tertunda sekian lamanya (karena ternyata bukunya nyelip di dalam lemari pakaian), akhirnya saya berhasil membuat review yang lebih panjang.
Purple Eyes adalah novel fantasi yang dingin, sedingin atmosfer kota Trondheim yang menjadi setting cerita ini. Memadukan antara fantasi—dunia mitologi yang benar-benar kental, apalagi Nowegia adalah tuan rumahnya mitologi Nodik—berbalut roman, dan juga sedikit thriller menjadi bumbu yang pas. Tentang Hades yang menjalankan peran di sebuah tempat antara kehidupan dan kematian, dengan asistennya Lyre—atau yang di dunia manusia memilih nama Solveig—yang meninggal di era Victoria, menjalani sebuah misi menyelesaikan pembunuhan mengerikan di sebuah tempat yang biasanya tenang. Skenario dibuat, tapi ternyata romansa menjadi sedikit kendala dalam menjalankan rencana.
Setting tempat ini begitu kuat, saya bisa merasakan aura musim dingin dan juga beberapa latar yang diambil dalam kisah ini, menambah kesan kuat romantisme yang ingin dibangun. Karakter yang kuat: sosok Ivarr yang dingin bagai mayat hidup tanpa ekspresi yang indra perasanya mati suri, Solveig yang polos dan kuno (aduh, kenapa dia mau ke bumi nggak riset dulu sih, ngaku dari Inggris tapi nggak kenal Harry Potter? Siapa yang nggak curiga coba =))), dan Hades yang unik tapi sayang sekali, bagi saya Hades-nya kurang kejam. Plot twist-nya, benar-benar tak diduga, namun cukup masuk akal dan pas.
Tentang pesan tersiratnya mengenai kematian... dalam banget. Terima kasih karena sudah diingatkan tanpa kerasa digurui.
“Umur 22 tahun atau 200 tahun tidak ada bedanya. Kalau kau sudah meraih semua yang kau inginkan, yang tersisa bagimu hanyalah beristirahat dengan tenang. Dan menjalani kehidupan yang lebih baik setelah kematian.” ---halaman 124
Salut banget sama Kak Prisca yang bisa membuat mitologi semanis novel-novel romantis tanpa melupakan kesan fantasinya. :)
Ini wishlissstt! Salah satu buku dari Prisca Pm yang sangaat ingin aku baca. Ditambah Bu Niss ngasih buku ini 5 bintang, jadi lebih pengin lagi buat bacanya. Sayang, bukunya belum ada huhuu... Lempar ke sini dong Bu Niss, aku pinjeemmm wkwkwk
ReplyDeleteSini Bin, pindah sekolah di tempatku wkwkwk. Bagi penyuka fantasi, mitologi, wajib baca buku ini. Bukunya manis banget. Nyaris tak bercela.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBaru kenalan dengan Mbak Prisca melalui novel Kastil Es dan Air Mancur Yang Berdansa, dan karyanya memang menghanyutkan. Saya menyukai apa yang ditulisnya. Termasuk novel ini yang saya tahu dari blogwalking beberapa blogger buku yang pernah membaca bukunya. Entah kapan bisa memiliki ini, namun akan diusahakan.
ReplyDeleteSaya malah belum baca yang kastil itu =) ini buku kedua Kak Prisca yg saya baca, sebelumnya Evergreen dan saya suka, setting Jepang dengan plot twist tak terduga... Kak Prisca emang jago buat novel dengan plot twist yang jagoan. Bagus ini Kak Adin, recommended. Termasuk novela karena tipis, dan harganya juga murah (saya lupa tapi yang jelas di bawah 50k harga Samarinda).
DeletePurple Eyes!
ReplyDeleteSaat si ungu ini sering muncul di timelin, dan bikin gatel tanganku untuk bisa ku pegang-- nggak perlu waktu lama-- aku langsung masukin dia ke dalam wishlist bacaanku.
Sejak kenal tulisannya kak Prisca lewat evergreen dan French Pink, aku langsung jadi tertarik baca bukunya selanjutnya. Niatnya sih mau ngumpulin novel karyanya kak Prisca, semoga kali ini aku bisa berjodoh!
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePurple Eyes karya kak Prisca sukses bikin saya gigit jari. tampilan cover dan cerita yg disuguhkan benar2 membuat saya ingin memilikinya utk dibaca.
ReplyDeleterasa penasaran saya gak cukup kalo cuman baca blurb atau reviewnya. semoga bisa segera memilikinya
Weeww.. 5 dari 5! Fantastis sih memang :)
ReplyDeleteUdah lama ngincer ini. Belum kesampaian tapi huhuu..
Selalu suka sama karya mbak Prisca yang semacam ini. Romance rada fantasy dan dark gitu. tipis tapi berkualitas!