Bastian dan Jamur Ajaib

Judul : Bastian dan Jamur Ajaib
Pengarang : Ratih Kumala
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020314105
Tebal Buku : 124 Halaman
Rating : 3 dari 5




Ini adalah buku Ratih Kumala yang kedua yang saya baca setelah Gadis Kretek. Bastian dan Jamur Ajaib sendiri adalah sebuah kumpulan cerita pendek yang terdiri dari 13 cerita. Favorit saya adalah Tulah. Nah, saya mau ulas satu per satu kisahnya di sini.


  • Ode untuk Jangkrik
Ode untuk Jangkrik beriksah tentang Aldi dan jangkriknya, di mana seorang anak kecil yang bernama Aldi ini suka mengadu jangkrik. Jangkrik milik Indro adalah jangkrik jagoan yang mengalahkan jangkrik Aldi. Aldi tidak pantang menyerah, ia mencari jangkrik jagoan lainnya demi bisa memenangkan pertarungan.

  • Nonik
Alda dan Nonik berteman baik. Aida seorang mahasiswi yang biasa-biasa saja, sedangkan Nonik adalah orang kaya. Meskipun Aida ternyata tidak tahu-menahu tentang bagaimana kehidupan Nonik yang sebenarnya, atau siapa Opa Pierre yang ditanyakan polisi kepadanya.

  • Nenek Hijau
Ini kisah fenomena mimpi basah yang terjadi pada bocah yang hendak beranjak dewasa.

  • Tulah
Ini favorit saya. Ceritanya tentang Joshua (saya nggak tahu Joshua ini siapa, omong-omong). Namun sebenarnya menceritakan tentang Musa dan Firaun. Mengambil sudut pandang laut belah (bayangkan saja yang bercerita adalah benda mati yaitu laut terbelah yang dibelah oleh Musa dan menjadi mukjizat baginya). Unik, menarik. Dan juga ini karena saya suka dengan kisah zaman Musa.

  • Telepon
Berceita tentang kisah sepasang kekasih hingga menikah (dan selingkuh) dengan telepon sebagai penghubung kisah mereka.

  • Ah Kauw
Ini ceritanya miris. tentang Ah Kauw sang penggali kubur. Ia ditawarkan pekerjaan menggiurkan di Jakarta, pekerjaan yang sama seperti profesinya yaitu menggali kubur, dengan gaji yang jauh lebih besar. Yang dikerjakannya adalah menggali kubur untuk membongkar makam yang akan dijadikan mal. Kehidupannya tidak direstui oleh sang ibu. Istrinya juga tidak bisa memiliki anak, yang di mana ibunya menganggap bahwa pekerjaannya membawa sial dan tidak direstui oleh leluhur. Endingnya, di hari terakhir ia bekerja, Ah Kauw harus menggali kuburan ayahnya sendiri.

  •  Lelaki di Rumah Seberang
Seorang nenek tua, jompo, di panti jompo yang menganggap dirinya bisa berkomunikasi dengan seorang pak tua seusia anaknya di rumah seberang. Si nenek yang hidupnya kesepian, mendadak mendapatkan teman yang juga sama-sama kesepiannya seperti dia, yang menjalani sisa umur di hari tua tanpa kasih sayang dari anak cucu mereka. Suatu hari, dengan bahasa telepati mereka, si bapak tua mengatakan kalau dia akan dibunuh oleh anak menantunya. Nenek Yasmin, membiarkan dirinya mengamati rumah sebelah dan tidak mau dipindahkan untuk membuktikan apakah pembicaraan mereka selama ini betulan, atau hanya sekadar khayalannya semata.

  •  Keretamu Tak Berhenti Lama
Berkisah tentang seorang ibu dengan anaknya, yang harus menafkahi hidup dengan menjual dagangan di stasiun. Suaminya seorang tukang becak penjudi bermulut kasar. Ning nama ibu itu, menyadari kalau dia ditaksir oleh Pak Kasdi seorang masinis kereta. Suatu hari dia berhadapan dengan suaminya yang sedang mabuk dan kalap. Ning melarikan diri dan turut serta ke Solo dengan kereta Pak Kasdi, tapi dia melupakan anaknya yang menangis tertinggal.

  •  Rumah Duka
Bercerita tentang istri sah dari seorang lelaki yang ternyata mempunyai istri simpanan. Sebenarnya sang istri mengetahui kalau suaminya punya selingkuhan, kenal di sebuah kafe, seorang penyanyi jazz. Sang suami yang memang penikmat jazz merasa nyambung dengan penyanyi itu dan akhirnya mereka memiliki hubungan. Suaminya meninggal, di satu sisi sang istri sah mengetahui kalau simpanan suaminya ingin hadir pula di rumah duka. Di sisi lain, si simpanan merasa bahwa ia lebih dicintai sang suami ketimbang istri sahnya, namun dia cukup tahu diri bahwa statusnya adalah istri simpanan.

  • Foto Ibu
Tentang seorang anak yang mentattoo punggungnya dengan foto ibunya, yang bercita-cita masuk surga sekeluarga, tapi ternyata dikhianati si bapak yang menyimpan foto seorang anak di dompetnya yang ternyata foto anaknya dengan perempuan lain.

  • Bau Laut
Tentang Mencar yang menikah dengan putri duyung.

  • Pacar Putri Duyung
Gede yang seorang peselancar pencari ombak yang tiba-tiba mengalami kecelakaan saat turnamen selancar karena bertemu dengan putri duyung.

  • Bastian dan Jamur Ajaib
Bastian yang bertemu dengan seorang gadis bartender yang menawarkan jus jamur ajaib kepadanya, yang bisa menghadirkan bayangan kekasihnya yang telah tiada.



***

Sorry to say kalau ternyata bukunya tidak sesuai dengan ekspektasi saya, tapi untuk buku yang dihabiskan sekali baca atau sekali duduk, buku ini cukup bagus juga. Secara umum kisahnya cukup gampang ditebak, tapi sayang nggak ada plot twist atau sesuatu yang bikin... ooooh yah karena beberapa cerita sudah bisa ditebak akhirnya bagaimana. Seperti misalnya di cerita Nenek Hijau, saya sudah bisa menebak itu nenek hijaunya siapa. Atau di kisah Nonik  (lupa judulnya apa). Cerita-ceritanya memang sederhana, meskipun barangkali mungkin tidak sesederhana yang saya tangkap (tapi memang nggak berhasil saya ketahui makna lain di balik kesederhanaannya. 

Dari segi penulisan, agak terganggu dengan kata "mencintaimu" yang ditulis "menyintaimu". Sepengetahuan saya, KTSP itu meluruh, jadi kalau "cinta" berarti tidak meluruh jadi "nyinta". Entahlah ya.

Dan, cerita yang menurut saya berhasil membuat decak kagum sayangnya cuma satu; Tulah. Bercerita dengan sudut pandang laut belah dalam kisah Firaun dan Musa. (Oh well, tapi saya masih nggak tahu Joshua itu siapa. Yang jelas bukan Joshua Suherman apalagi Joshua G---#heh.) Angkat jempol saya, bagaimana Ratih Kumala bisa kepikiran untuk membuat kisah dari sudut pandang benda seperti laut merah.

Karnak Cafee

Judul : Karnak Cafee
Pengarang : Najib Mahfudz
Penerjemah : Happy Susanto
Penerbit : Alvabet Sastra
ISBN : 9789793064550
Tebal Buku : 180 Halaman
Rating : 3 dari 5




Tokoh utama dalam novel ini, si "aku" bisa dibilang sebagai orang yang baru saja bergabung dengan komunitas Karnah Cafee, dalam satu kunjungan tidak sengajanya ke pasar saat sedang memperbaiki jam. Cafee di sana tidak hanya sekadar tempat minum kopi, tapi lebih dari itu, ada "keluarga" yang terbentuk di mana anggotanya saling mengakrabkan diri dan menceritakan kehidupan yang tengah berlangsung di antara mereka. "Aku" mulai terlibat di sini meskipun dia menikmati perannya sebagai seorang pengamat dan pendengar. 

"Aku" cukup terkejut karena pemilik cafee ini adalah seorang wanita yang masih cantik setelah melewati masa keemasannya sebagai seorang penari terkenal pada zamannya, Qurunfula. Meskipun sudah tua, nampaknya kharisma Qurunfula bisa dikatakan belum padam. Pengagumnya masih ada, bahkan ada yang ia rekrut sebagai pelayan di cafeenya. Ada pula yang bahkan masih mengejar-ngejar dirinya hingga sekarang, seorang direktur humas bernama Zainal Abidin.

Qurunfula menyukai seorang pemuda, Hilmi Hamada yang merupakan anak revolusi. Hilmi Hamada bersama teman-temannya sering mengunjungi tempat ini tidak hanya sekadar untuk minum kopi, melainkan membagi semangat revolusi kepada penghuni lainnya. Tidak hanya Hilmi Hamada, temannya Ismail al-Syekh dan juga Zainab Diyab.

Suatu hari, mereka menghilang dalam waktu yang lama dari Karnak Cafee membuat pelanggan tetap lainnya bertanya-tanya tentang keberadaan mereka. Terutama Qurunfula, yang merasa begitu menderita. Lalu tak lama mereka kembali, akan tetapi mereka tidak pernah menjadi seperti sebelumnya. Peristiwa itu tidak hanya berlangsung sekali saja. Mereka kembali hilang dan muncul untuk beberapa masa, dan suatu saat, Hilmi Hamada tidak ikut kembali kepada mereka karena dikabarkan tewas di dalam penjara karena dituduh komunis.

Tokoh "aku" terlibat pembicaraan dengan Ismail di mana dia menceritakan tentang bagaimana kondisinya selama di penjara. Seseorang bernama Khalid Sofwan yang memimpin pergerakan itu dan menuduh mereka sebagai bagian dari komunis atau Ikhwanul Muslimin. Hilmi Hamada berkhianat kepada mereka, sementara dia bisa memastikan kalau Zainab tidak termasuk bagian dari pengkhianat itu. Pada awalnya, mereka (Ismail dan Zainab) memiliki hubungan lebih dari sekadar pertemanan yang berlangsung sejak kecil. Namun kondisi ini yang membuat mereka menjadi anak-anak Revolusi membuat hubungan itu menjadi rumit. Akhirnya dia pun dipaksa untuk menjadi mata-mata dan memata-matai satu sama lain, termasuk Zainab juga. Tawaran tersebut memang menggiurkan secara materi, namun Zainab dan Ismail merasa bersalah terhadap nurani mereka sendiri.

Dalam kesempatan yang lain, "aku" juga berbicara dan mendengar penuturan Zainab. Zainab menuturkan bagaimana keadaannya saat di penjara apalagi saat mendapatkan pelecehan seksual. Inilah yang membuatnya merasa tidak pantas dan harus berpisah dari Ismail.

Ada kutipan pada dialog antara "aku" dan "Ismail" yang memilukan berikut ini:


"Jadi sudah bubar?"
"Aku kira tidak..."
"Benarkah?"
"Kami berdua sakit. Paling tidak itu terjadi padaku, dan aku tahu alasannya mengapa. Ia juga sakit. Suatu hari cinta kami bakal tumbuh kembali; atau sebaliknya mati untuk kebaikan. Atas dasar itulah, kami masih saling menunggu, dan itu tidak membosankan bagi kami berdua."

Jadi kemudian mereka berdua saling menunggu. Tapi kemudian, siapa yang ditunggu?


***


Saya benar-benar menikmati membaca novel ini, tidak seperti saat membaca novel-novel berlatar sejarah sebelumnya. Penulis benar-benar membuat pembaca merasa nyaman dengan setting dan sudut pandang "orang luar" dalam menyajikan ceritanya. Dan ini sebenarnya bukan buku Naguib Mahfouz, dulu banget sempat baca salah satu karyanya tapi saya lupa.

Karnak Cafee bercerita tentang pergolakan di Mesir pada tahun 60-an di mana pihak komunis dan ikhwanul muslimin (kalau saya nggak salah nangkap isi buku ini). Sudut pandang penceritaan sendiri adalah dari seorang yang tanpa disengaja masuk ke dalam cafee dan berkenalan dengan pemilik dan pelanggan tetap tempat ini. Dari sinilah, sebuah tempat minum kopi, revolusi dibicarakan. Si orang pertama bukanlah lakon utama yang bergerak dalam ranah revolusi, dia hanya seorang pengamat dan pendengar yang baik. Dari hasil mendengarkannya itulah, beragam kisah seputar pemberontakan, situasi dalam penjara, dan beberapa kejadian diceritakan. Meskipun ada beberapa bagian yang saya nggak mudeng (apalagi saya buta sejarah pergolakan Mesir), tapi buku ini nggak terlalu membingungkan. Dan meskipun sebenarnya saya juga buta banget soal ikhwanul muslimin (padahal saya punya bukunya Hasan al Bana lho tapi lupa ditaroh di mana), tapi masih oke kok baca buku ini. Mungkin karena sudut pandang orang luar yang dipakai itu kali yah.

Jadi, novelnya cukup bagus. Ada kemungkinan saya untuk baca kembali di lain waktu.

Ayat-Ayat Cinta 2

Judul : Ayat-Ayat Cinta 2
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika
ISBN : 9786020822150
Tebal Buku : 697 Halaman
Rating : 5 dari 5





Fahri melalui kehidupan di Edinburgh tanpa Aisha. Istrinya secara misterius menghilang dalam kunjungannya ke Palestina. Alicia, teman seperjalanan Aisha dilaporkan tewas tak lama setelah mereka menghilang. Selanjutnya, kisah Fahri diceritakan tentang bagaimana upaya yang dilakukannya untuk menemukan sang istri, dan seperti apa ia melanjutkan hidupnya.

Fahri pindah ke Edinburgh bersama Paman Hulusi, asisten rumah tangga yang begitu dipercayanya. Di kota ini, ia melanjutkan pendidikan sembari melanjutkan riset pendidikannya di kota ini. Oleh Profesor Charlotte, ia juga diminta untuk menggantikan sebagai pengajar di universitas, dan juga pembimbing bagi mahasiswa yang tengah menyelesaikan pendidikannya. 

Di Edinburgh, Fahri tinggal di kawasan bernama Stoneyhill Grove. Di sini ia memiliki tetangga bernama Nyonya Janet yang tinggal dengan kedua anaknya, Keira dan Jason. Lalu ada pula seorang wanita bernama Brenda, dan ada seorang nenek Yahudi bernama Catarina. Keberadaannya sebagai seorang muslim rupanya mengusik tetangga yang tidak senang karena status agamanya. Setiap pagi Fahri kerap menemukan tulisan yang tidak menyenangkan tentang Islam dan muslim yang acapkali dicap sebagai teroris dan monster. Ia tahu bahwa pelaku tersebut adalah tetangganya sendiri. Dan meskipun mendapat perlakukan seperti itu, oleh  Fahri justru perbuatan tersebut dibalas dengan kebaikan. Fahri rela menyelamatkan kehidupan tetangganya; Keira dibiayainya untuk mendapatkan pendidikan musik demi mencapai cita-citanya sebagai pemain biola terkenal, Jason disekolahkan bola. Padahal, Keira amat membenci muslim karena ayahnya meninggal akibat serangan bom yang diduga pelakunya adalah orang Islam.

Tidak hanya itu, Nenek Catarina, seorang Yahudi taat pun tak luput dari bantuan pertolongan Fahri. sang nenek yang terlibat konflik urusan rumah dengan anak tirinya Barus yang mantan tentara yang bertugas di Tel Aviv, mengambil rumah milik almarhum ayahnya dan mengusir ibu tirinya tersebut. Fahri menolong sang nenek dan memberikan tempat tinggal yang layak bagi wanita tua tersebut. Kedermawanan Fahri tidak hanya sampai di situ, ia menampung seorang tunawisma yang sempat mendapatkan perhatian karena masuk ke dalam surat kabar akibat mengemis di pelataran masjid. Menurutnya, sebagai seorang muslim, sudah selayaknya ia membantu wanita tersebut. Orang lain yang tidak seakidah dengannya saja ia bantu, mengapa saudara seiman sendiri tidak ditolongnya? Wanita itu bernama Sabina, seorang perempuan berwajah rusak namun menjaga kehormatannya dengan berjilbab ditampung oleh Fahri di basement rumahnya. Dan sejak saat itu, ia membantu Paman Hulusi untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga di rumah Fahri. Ada pula Misbah, teman Fahri yang tanpa sengaja ditemuinya di Edinburgh dan dibantu keuangan olehnya.

Fahri memang sosok businessman, sejak menikah dengan Aisha ia mulai terbiasa mengelola bisnis keluarga Aisha dan mengembangkannya hingga sekarang. Bersama saudara sepupu Aisha, Ozan, ia mengembangkan butik di Edinburgh dan mengembangkannya dengan membuka cabang di luar kota. Selain itu, Fahri juga memiliki minimarket dan restauran halal tidak jauh dari kediamannya berada.

Kedatangan Syaikh Utsman--guru talaqqi-nya dulu di Mesir--ke Edinburgh, membuka babak baru kehidupan Fahri. Syaikh menasehati Fahri untuk memikirkan menikah lagi dan mulai untuk kehidupan barunya. Fahri juga rupanya memikirkan hal tersebut juga. Bahwa memang ia tidak dapat melupakan Aisha, namun ia sudah berusaha untuk menemukan istrinya itu dengan usaha yang maksimal. Syaikh Utsman menawarkan kepada Fahri untuk menikah dengan cucunya yang bernama Yasmin. Selain itu, kehadiran perempuan-perempuan lain di sekitar Fahri juga sebenarnya sudah seharusnya mendapat perhatian dari Fahri dan pantas untuk dijadikan istri. Misalnya Heba, seorang muslimah yang ayahnya dikenal baik oleh Fahri di Edinburgh. Dan ada pula Hulya, adik Ozan, yang masih berkerabat dengan Aisha. Hulya bisa dikatakan mirip dengan istrinya yang hilang itu. Dari segi posturnya, kemiripan wajah, dan juga kemampuan memainkan biola benar-benar mirip dengan Aisha. Dan memang, sudah selayaknyalah Fahri memikirkan untuk mencari pengganti istrinya.

Selain dihadapkan dengan permasalahan pribadinya sendiri, tantangan juga datang dari pihak luar. Isu islamophobia dan konflik Palestina diangkat ke jalur perdebatan ilmiah. Dua kali Fahri diajak untuk berdebat dan mengemukakan permasalahan ini yang dijadikan tema dalam mimbar debat. Yang pertama, tantangan berasal dari Barus yang notabene adalah seorang Yahudi yang menyebutnya sebagai amalek. Debat yang berlangsung di auditorium kampus tempat Fahri mengajar ini, Fahri menyampaikan pandangannya tentang kaum yang disebut amalek tersebut dengan dalil yang diungkapkan Fahri dengan menggunakan kitab yang diyakini oleh Barus dan kawan-kawannya. Debat kedua, dengan skala lebih luas lagi digelar dengan menghadirkan dua orang pembicara dari kalangan akademisi lainnya. Pembicara pertama mengemukakan pendapatnya bahwa semua agama adalah sama sementara pembicara kedua mengemukakan pandangannya tentang atheis. Fahri tampil dengan memaparkan penjelasannya tentang Islam. 

Bagaimana kelanjutan kisah Fahri? Apakah ia berhasil menemukan istrinya yang hilang atau memutuskan untuk memulai kehidupan baru dengan menikah lagi? Bagaimana pandangan orang-orang tentang stereotip bahwa Islam adalah agama teroris dan masihkah mereka membenci Islam, terutama orang-orang terdekat (tetangga dan lingkungan) Fahri? Bagaimana upaya Fahri untuk memfilter pandangan negatif terhadap Islam yang gencar terjadi di Eropa? Buku ini yang meskipun sangat tebal, amat layak untuk dibaca dan diikuti setiap alurnya. Tidak hanya akan mendapatkan suguhan plotnya yang menarik, namun banyak sekali pelajaran hidup yang bisa diambil dari membacanya.

***

Ayat-Ayat Cinta 2 adalah kelanjutan dari novel fenomenal karya Kang Abik yang sempat booming sepuluh tahun silam. Menceritakan tentang sosok Fahri, seorang muslim Indonesia yang merantau ke Mesir untuk menimba ilmu agama. Di sekuel ini, kehidupan Fahri melang-lang buana jauh ke negeri Eropa yakni Edinburgh guna mencari jejak istrinya yang menghilang begitu saja. Sesuai dengan ciri khas Kang Abik, yang banyak sekali menyelipkan ilmu baik itu fiqih, sejarah, maupun pengetahuan keIslaman di dalam bukunya, di AAC2 ini pun ciri khas tersebut tidak ketinggalan. Kang Abik mengulas tentang bagaimana bersikap dengan tetangga (baik itu terhadap muslim maupun non-muslim), bersikap dermawan, dan banyak lagi. Inilah yang membuat membaca novel karya Kang Abik tidak hanya sekadar membaca sebuah cerita, melainkan menggali ilmu yang langsung begitu saja kita dapatkan sebagai bonus dengan membaca novel-novelnya.

Banyak yang menyebutkan bahwa sosok Fahri sebagai sosok gary-stu, atau tokoh yang diciptakan terlalu sempurna sehingga membuat pembaca berpikir... "yang begini nih di dunia nyata ada nggak ya". Kang Abik sendiri menyebutkan bahwa di luar sana, bahkan di Eropa dan Amerika, banyak sosok-sosok yang lebih baik dari Fahri. Bahkan di kalangan sahabat sendiri, ada nama-nama yang dikenang oleh sejarah karena kedermawanannya. Khadijah ra, Abu Bakar Ash Shiddiq, Abdurrahman bin Auf, adalah nama-nama yang dikenal karena royal dalam mendermakan hartanya untuk bersedekah. Lalu kemudian saya teringat dengan seorang pengusaha di Perancis yang menggelontorkan uangnya untuk membayar denda bagi para muslimah yang bercadar di Paris. Jadi menurut saya, sosok Fahri memang nyata, dan kita memang harus banyak-banyak dikenalkan dengan sosok seperti ini hingga dekat dengan kita. (Jadi, kalau mau memiliki sosok pendamping seperti Fahri, tinggal bagaimana kita memantaskan diri dengan sebaik-baiknya saja. Tapi, tetap ya, niatnya karena Allah, huhuhu, kenapa jadi sedikit curcol.)

Selain itu, setting novel ini begitu kuat, saya sampai bisa membayangkan bagaimana rumah dan lingkungan Fahri tergambar dalam imajinasi saya. Jadi pengin ke sana suatu hari, mudahan diijabah Allah, aamiin.

Hm, terakhir, aduh novel ini bikin baper. Saya sudah bisa menebak jalan ceritanya dan ternyata tebakan saya benar. Dan proses menuju ending itu... bikin pengin nggeremet buku ini saking kesal dan sebalnya. Kesal banget, sedih, aaa... huhuhuhu. Dan bagi penikmat karya Kang Abik, sebenarnya ada bagian penyelesaian cerita yang mirip, seperti di Dalam Mihrab Cinta begitu. (Hayo bagian yang mananya...) Satu yang bikin sedih quotationnya itu di bagian ini:

"Dan kelak di akhirat nanti, jika engkau, juga ayah dan ibu, sudah masuk surga lalu kalian tidak menemukan aku, maka carilah aku. Carilah aku ke neraka, aku khawatir sekali kalau terpeleset ke sana. Lalu mintalah kepada Allah agar memasukkan aku ke dalam surga. Kalian jadilah saksi bahwa aku pernah shalat bersama kalian, pernah membaca Al-Qur'an, dan pernah menyebut nama Allah bersama kalian." (Halaman 660)

Tokoh-tokohnya oke, Paman Hulusi ngeselinnya dapat ya hehehe, kalau tokoh yang lainnya yah nggak usah ditanya lagi. Favorit saya: Sabina. 


Wuthering Heights

Judul : Wuthering Heights
Pengarang : Emily Bronte
Penerjemah : A. Rahartati Bambang Haryo
Penerbit : Qanita
ISBN : 9786021637647
Tebal Buku : 584 Halaman
Rating : 4 dari 5
Warning : Spoiler Alerts!!!





Wuthering Heights adalah sebuah nama tempat, di mana Tuan Heathcliff sebagai pemilik tanah tinggal. Selain Wuthering Heights, Tuan Heathcliff juga memiliki rumah di Thrushcross Grange yang baru saja disewa oleh Tuan Lockwood. Tuan Lockwood, selaku tetangga dan penyewa yang baik, bermaksud untuk bertamu ke Wuthering Heights dan terkejut begitu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari pemilik rumah maupun pengurusnya. Tuan Heatchliff memiliki perangai yang kasar dan tidak segan-segan untuk menunjukkan hal tersebut pada tamunya. Sementara itu, penghuni yang lain, Hareton Earnshaw, seorang pemuda yang sebenarnya adalah pemilik rumah yang sah, namun diperlakukan seperti pembantu oleh Heathcliff. Lalu ada Nyonya Heathcliff yang berusia separuh lebih muda daripada si pemilik rumah. Wanita muda tersebut bukanlah istri Heathcliff, namun mantan istri mendiang anaknya. Ada pula pelayan yang merangkap sebagai pendeta (yang juga berperangai kasar) bernama Joseph. Lalu Zillah, yang juga bekerja di tempat itu.

Karena penasaran dengan kunjungan pertamanya yang kurang menyenangkan, Lockwood kembali ke rumah itu dan mendapatkan perlakuan yang masih sama. Karena badai sedang terjadi di tempat itu dan Tuan Heathcliff tidak ada yang bersedia untuk menunjukkan jalan pulang, maka Lockwood memutuskan untuk menginap di sana. Zillah mengantarkannya untuk tidur di sebuah tempat yang seharusnya terlarang untuk dimasuki siapapun selain Tuan Heathcliff. Di tempat itu, rasa penasaran Lockwood terusik saat membuka buku dan mendapati sepenggal cerita tentang penghuni rumah.

Sesampainya di rumah, Lockwood bertanya pada Nelly (Nyonya Ellen Dean), pelayan rumahnya yang ternyata mengetahui kisah dan tragedi yang menimpa pemilik rumah tersebut. Dari Nelly-lah cerita bergulir seputar apa yang terjadi pada pemilik Wuthering Heights.

Pada mulanya, pemilik rumah tersebut adalah Tuan Earnshaw beserta kedua anaknya, Hindley dan Catherine. Istrinya sudah lama meninggal dunia. Pada suatu hari ketika pulang dari perjalanan bisnis, mereka dikejutkan oleh kedatangan Tuan Earnshaw yang datang dengan membawa seorang pemuda berkulit hitam bernama Heathcliff. Tidak ada yang menyayangi anak tersebut kecuali Tuan Earnshaw. Hindley dan Catherine, bahkan pelayan rumah mereka membenci anak tersebut. Setelah wafatnya Tuan Earnshaw, tidak ada lagi yang menyayangi dia, bahkan perilaku buruk kepada Heathcliff semakin menjadi-jadi. 

Hindley pergi ke luar rumah, lalu kembali dengan membawa seorang istri. Dari istrinya, dilahirkan seorang anak bernama Hareton, dan karena istrinya yang sakit setelah melahirkan anaknya, tak lama meninggal dunia.

Namun diam-diam, Catherine menyimpan rasa suka kepada Heathcliff, meskipun dia merasa, kalau Heathcliff tidak pantas dan layak bersanding dengannya. Lalu ia berekenalan dengan keluarga Linton yang berkediaman di Thrushcross Grange, yang memiliki anak lelaki bernama Edgar dan anak perempuan sakit-sakitan bernama Isabella. Edgar menyukai Catherine dan berminat untuk menikahinya. Pada akhirnya mereka menikah. Heathcliff, yang hancur hatinya membalas dendam dengan berpura-pura mencintai Isabella, dan menikahinya. Isabella yang mati-matian dinasehati oleh Nelly dan Catherine mengenai perangai Heathcliff, merasa dibutakan oleh cinta dan mengabaikan peringatan tersebut. Keduanya menikah, dan memiliki anak bernama Linton Heathcliff. Isabella kabur dari Wuthering Heights, dan melahirkan anaknya di suatu tempat yang cukup jauh dari kediamannya. Edgar dan Catherine pun memiliki anak yang diberi nama Catherine (dan dipanggil Cathy). Saat Catherine melahirkan anaknya, ketika itu pula ia meninggal dunia.

Saat Hindley meninggal dunia, Heathcliff menguasai Wuthering Heights dan juga mengasuh Hareton meskipun dianggap dan diperlakukan sebagai pelayan.

Edgar Linton, yang mengetahui bahwa Isabella meninggal dunia, menjemput Linton dan berniat untuk mengasuhnya. Namun ternyata informasi tersebut sampai ke telinga Heathcliff. Baru semalam Linton (yang kondisi tubuhnya lemah dan sakit-sakitan) berada di Thrushcross Grange, Heathcliff menjemputnya dan bermaksud mengasuh anaknya sendiri. 

Cathy, yang rupanya diam-diam berkorespondensi dengan sepupunya tersebut, jatuh hati pada Linton. Sementara, di lain sisi, Hareton pun diam-diam suka dengan Cathy. Namun dia saat itu merasa tersinggung karena perangai Cathy dan Linton yang suka memperolok-oloknya karena tidak bisa membaca. Karena Heathcliff mengetahi bahwa anaknya dan Cathy saling menyukai, ia mengambil kesempatan dengan menjebak Cathy agar bisa menikah dengan Linton anaknya untuk bisa membalas dendam dan menguasai harta Edgar. Upaya tersebut berhasil, Cathy dan Linton menikah, dan ayahnya Edgar meninggal. Tak lama kemudian, Linton pun meninggal dunia juga. Menyisakan Heathcliff beserta Cathy, dan juga Hareton.

Pada akhirnya, giliran Heathcliff yang meninggal dunia, menyusul kekasihnya yang meninggal dunia dua puluh tahun silam. Dan membiarkan Cathy dan Hareton berbahagia.


***

Akhirnya selesai juga baca novel yang aneh ini =)) T-T =)) T-T

Well, bintang 4 saya berikan karena berhasil membuat saya bertahan baca sampai akhir (meskipun di awal sempat stop sampai halaman 150 dan berpaling ke buku yang lainnya), tapi pada akhirnya selesai juga. Ya ampun ini buku mengerikan. Untung saja endingnya sesuai dengan harapan dan kapal saya berlayar. (Iya, saya emang ngeship Cathy dan Hareton, ternyata benar.)

Paling sedih ya adegan saat Catherine dan Heathcliff (saat-saat sebelum meninggal), dan di ending, ketika Heathcliff meninggal, satu-satunya yang menangisi kepergiannya hanyalah Hareton. Ya ampun, padahal Hareton itu bisa dibilang orang yang paling menderita akibat perbuatan Heathcliff. Mengerikan sekali plotnya, dendam yang mengakar dan merusak banyak kehidupan orang. Nggak bisa sepenuhnya disalahkan juga Heathcliff, tapi ya tidak bisa dibenarkan juga apa yang telah ia lakukan.

Negeri van Oranje

Judul : Negeri van Oranje
Penulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Buku : 576 Halaman
ISBN : 9786022910367
Rating : 4 dari 5



Lima orang ini tanpa sengaja bertemu di sebuah stasiun saat kereta mereka terkena delay karena ada badai. Mereka adalah Banjar, Wicak, Daus, Geri, dan Lintang. Sejak saat itu, dan dengan bantuan media komunikasi online, kelimanya bersahabat dan menjadi dekat, meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Bahkan, di Belanda pun, mereka tidak berasal dari satu kampus dan kota yang sama. Inilah kisah mahasiswa perantauan dari Indonesia yang berjuang di negeri orang.

Banjar adalah seorang pemuda dari Banjarmasin. Nama sebnarnya adalah Iskandar. Orangtuanya bergelut di bidang bawang merah, termasuk pemasok bawang merah di Kalimantan Selatan. Namun, rupanya karir Banjar berbelok ke perusahaan rokok di ibukota dan karirnya menanjak di sana. Atas sebuah tantangan dari temannya, maka Banjar memutuskan untuk kuliah di negeri Belanda dan merasakan hidup sebagai mahasiswa di sana. Banjar kuliah bisnis di salah satu kampus di Rotterdam.


Kalau Wicak, pemuda satu ini memiliki idealisme yang tinggi. Lulusan IPB dan berkecimpung dalam dunia perhutanan Indonesia, dia bergabung dalam sebuah LSM yang berkecimpung dalam dunia per-illegal-logging-an. Wicak bahkan turun ke lapangan, berpura-pura menjadi penambang liar di Berau Kalimantan Timur untuk mendapatkan informasi tentang pembalakan liar tersebut. Namun sayang, keberadaannya terendus oleh cukong kayu yang membuatnya harus kabur demi menyelamatkan dirinya. Oleh LSM-nya, dia "dibuang" ke Belanda dengan kedok untuk melanjutkan sekolah di Wageningen.


Daus memiliki karakter yang lucu, humoris, dan itu juga didukung oleh kisah hidupnya yang unik dan lucu. Dia mempunyai Kong yang bernama Kong Ca'a yang filosifi hidupnya terus digunakan Daus bahkan saat di negeri seberang. Daus adalah mahasiswa hukum yang tenyata kerjanya "nyasar" di Departemen Agama, hanya karena saat mendaftar PNS, dia bertemu dengan seorang gadis keturunan Arab yang cantik. Lantas pada suatu hari, saat ada beasiswa untuk kuliah di luar negeri, Daus kebingungan karena harus mendapatkan rekomendasi dari orang yang berpengaruh. Haji Sanip, salah seorang teman Ngkong-nya, merekomendasikan seorang kyai yang bernama Kyai Durrahman pada Daus yang tentu saja ditolaknya duluan. Dia kan mau pergi ke Belanda, bukan ke Mesir. Dan ternyata, Kyai Durrahman yang dimaksud oleh Ngkong itu adalah... KH Abdurrahman Wahid, Persiden RI. Dengan selembar rekomendasi berstempel istana, maka muluslah perjalanan Daus ke Negeri Belanda tersebut. Daus melanjutkan studinya tentang hukum di Utrecht.


Lalu ada Geri, yang mana kehadiran Geri meruntuhkan segala standar mahasiswa Indonesia dengan segala yang dimilikinya. Ketampanan di atas rata-rata, kaya, dan berkuliah di luar negeri sejak lulus SMA. Orangtuanya sebenarnya hanyalah pengusaha jasa angkutan, namun karena sebuah keberuntungan, seseorang pernah menyarankan pada ayahnya untuk menyimpan dolar, dan sejak saat itu sang ayah banyak sekali menabung dolar. Saat krisis moneter, ketika harga dolar selangit, keluarga Geri menjelma menjadi jutawan baru. Dia tinggal di Den Haag, mempunyai apartemen sendiri beserta segala macam perabotannya yang lengkap. Jadilah sosok Geri diam-diam membuat iri teman-temannya yang lain.


Sementara itu, Lintang, lahir dari keluarga yang nasionalis, namun memiliki impian yang bertolak belakang: mempunyai suami bule. Dan di usianya yang 25 tahun, ibunya memberikan polis asuransi atas nama Lintang untuk digunakan sebagai biaya kuliah di luar negeri. Jadilah Belanda sebagai tempat tujuan Lintang.


Kelima orang ini, sepakat membuat kelompok bernama AAGABAN, yang terus berkomunikasi dan sesekali mengadakan pertemuan di sela-sela kesibukan mereka. Bertemu untuk piknik, menghadiri karnaval, atau sekadar jalan-jalan mengunjungi kota tetangga berlangsung di antara mereka. Maklum saja, karena jarak dan kesibukan yang membentang membuat pertemuan mereka selain di dunia maya terbatas. Dan ternyata, setelah sekian lama kenal, muncullah bunga-bunga cinta yang diam-diam dirasakan oleh mereka. Daus, Banjar, dan Wicak menaruh perhatian pada Lintang. Sementara Lintang, mulanya dia memiliki pacar bule bernama Jeroen, namun putus dan Lintang berpindah hati ke Geri. Nah, Geri sendiri bagaimana? Apakah dia memendam rasa juga kepada Lintang? Atau justru kisah cinta mereka semua ini saling bertepuk sebelah tangan?


***


Setelah sempat bingung mau kasih bintang 3 atau 4, akhirnya saya kasih bintang 4 untuk akhir yang manis.


Buku ini termasuk 2 in 1; bisa dibilang buku bertemakan travelling, tapi yang dibuat dari sudut pandang tokoh fiksi berbalut plot dan kisah yang membangunnya. Tentang persahabatan empat lelaki dengan seorang perempuan yang tanpa sengaja bertemu di stasiun saat ada badai, Lintang, Geri, Banjar, Daus, dan Wicak bercerita kisah mereka masing-masing dan bagaimana serunya persahabatan kelimanya.


Meskipun memiliki latar belakang yang jauh berbeda, bahkan berada di kota dan universitas yang berbeda-beda pula, namun status pelajar perantauan di negeri orang membuat kelimanya menjalin persahabatan. Mereka berkomunikasi via y!m dan saling berbagi cerita. Ada kisah pahit mahasiswa perantauan, ada cerita cinta, dan manisnya persahabatan. 


Seperti yang tadi saya bilang, buku ini seru karena tidak hanya menyuguhkan kisah cerita saja, namun menggambarkan bagaimana keindahan negeri Belanda pada para pembacanya. Banyak tips seputar travelling maupun bagaimana bisa survive di negeri orang. Jadi bagi yang suka baca buku-buku berbau travelling novel ini sangat direkomendasikan. Selain itu, kisahnya yang lucu nggak satu dua kali buat saya ketawa. Apalagi si Banjar (yang nama aslinya adalah Iskandar) ini memang benar-benar orang Banjarmasin yang mana ada dialog-dialog berbahasa Banjar yang lucu sih menurut saya. (Iya, karena saya ngerti hehehehehe.) Selain si Banjar, cerita Daus juga lucu, apalagi yang tentang Kiyai Durrahman =)). Jadi, tokoh favorit saya ya si Banjar ini, sama Daus. Lintang juga suka, Wicak juga (si tipe mapala-mapala gitu). Dan kalau Geri, karena saya nggak suka-suka amat sama tipe prince charming, yah, biasa saja. Nggak kecewa juga kalau ternyata... dia... hehehehe. 


Keren ah. Suka.

Di Tanah Lada

Judul : Di Tanah Lada
Pengarang : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020318967
Tebal : 244 Halaman
Rating : 4 dari 5




"Aku tidak mengerti. Kalau seseorang mencintai seseorang, seharusnya seseorang itu tahu kalau seseorang mencintai mereka. Karena, seseorang yang mencintai seseorang itu, harus menunjukkan kalau seseorang mencintai seseorang. Itu kata Mama."


Ava adalah seorang anak kecil berusia enam tahun. Ava tergolong anak yang memiliki kecerdasan linguistik. Di ulangtahunnya yang ketiga, Kakek Kia memberinya hadiah berupa kamus Bahasa Indonesia. Sejak ia mulai bisa membaca, Ava kerap membaca kamus untuk mencari tahu istilah-istilah yang tidak dipahami oleh anak seusianya. Ava tinggal dalam keluarga broken home. Ayahnya kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tak jarang Ava dan ibunya dipukul oleh sang ayah.

Cerita bermula ketika Ava dan orangtuanya pindah rumah ke Rusun Nero, rusun di mana tidak jauh dari tempatnya berada, terdapat tempat perjudian. Ayahnya gemar berjudi. Saat Kakek Kia meninggal, rumah dan harta dijual untuk keperluan berjudi ayahnya. Di rusun yang sederhana ini, hanya ada satu kamar yang diisi oleh ayah dan ibunya. Lalu Ava tidur di mana?

Saat orangtuanya kembali bertengkar, Ava diberi uang untuk mencari makan. Maka ia pergi ke sebuah warung makan dan bertemu dengan lelaki pengamen bernama P, berusia sepuluh tahun, dan gemar membawa gitar kecil ke manapun dia berjalan. Dari sanalah pertemanan kedua anak kecil ini bermula. Ternyata, P pun memiliki kisah yang sama dengan Ava, bahkan bisa dibilang lebih parah. Ayahnya gemar memukuli P, dan tidak segan memukulnya dengan setrika panas.

Hari pertama tinggal di Rusun Nero, Ava terpaksa harus tidur di dalam kamar mandi. Hari kedua, ia tidur di dalam koper. Saat itulah muncul kemarahan sang ayah yang membuatnya mengusir Ava dan ibunya. Mereka berdua melarikan diri ke hotel.

Di Rusun Nero, P sering bertemu dengan Kak Suri, yang tinggal di lantai empat. Ava dikenalkan juga ke Kak Suri yang sering mengajarkan Bahasa Inggris pada P. Selain itu, P mengenal seorang pemuda yang memberinya gitar dan sering membayarkan makan, yaitu Kak Alri. Ava juga punya om dan tante yang baik meskipun ayahnya jahat. 

Konflik mulai meruncing saat Ava diajak masuk ke rumah P yang ternyata ada di depan rumahnya. Di sana, ternyata Ava tahu bahwa kehidupan P jauh lebih parah ketimbang apa yang menimpa Ava. P tinggal di kamar kardus, yaitu di satu sudut dapur di bawah meja besar yang tertutup kardus. Saat sedang berada di sana, rupanya sang ayah mengetahuinya dan murka. P disiksa dengan menggunakan setrika.

P dilarikan ke rumah sakit oleh Kak Suri. Setelah keluar dari rumah sakit, kedua anak ini memutuskan untuk melarikan diri, dan tempat pelarian diri yang dituju oleh Ava dan P adalah rumah Nenek Isma, nenek Ava yang berada di Bandar Lampung. Mereka menjual handphonenya untuk membiayai perjalanan ke sana. Di malam harinya, keduanya bertemu dengan bapak tukang sate yang berbaik hati mau menampung mereka di rumahnya, dan tetangganya yang juga berbaik hati mau memberikan sepeda bekas keponakannya. Pagi hari, mereka memutuskan melarikan diri karena mendengar kalau mereka akan dilaporkan ke kantor polisi. P dan Ava tidak mau dipenjara, oleh karenanya mereka membuat surat ucapan terima kasih kepada bapak dan ibu tukang sate yang baik hati.

Saat di terminal, ternyata mereka ketemu dengan Kak Alri. Kak Alri sudah menduga kalau akan menemukan P dan Ava di terminal. Dengan berbaik hati, Kak Alri menawarkan untuk mengantar mereka ke rumah Nenek Isma. Mereka pergi ke Bandar Lampung dengan menggunakan mobil Kak Alri.

Apakah cerita ini akan berakhir dengan bahagia? Saya rasa, bahagia pun memiliki sudut pandangnya masing-masing. Dan alangkah lebih menyenangkan kalau dibaca sendiri bukunya. Kita akan terhanyut oleh pemikiran anak kecil dan bagaimana serunya isi kepala mereka, yang mengajarkan banyak hal pada orang-orang dewasa. Sebuah pelajaran berharga tentang cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan.

***

Sangat menarik membaca cerita dengan sudut pandang anak kecil berusia enam tahun. Ini mengingatkan saya bahwa betapa berisiknya isi kepala anak kecil yang dipenuhi oleh rasa keingintahuan mereka terhadap segala sesuatu. Anak kecil yang benar-benar polos, memahami permasalahan pelik yang menimpanya dengan cara mereka sendiri. Saya jadi pengin kembali ke masa itu di mana kekhawatiran dan ketakutan yang membebani hidup tidak dimiliki oleh anak-anak tesebut. Bagaimana mereka memandang segala permasalahan orang dewasa dalam sudut pandang mereka sendiri. 

Saya berkali-kali terenyuh oleh kisah ini. Ternyata memang benar, bahwa anak kecil mengajarkan kepada orang dewasa banyak sekali pelajaran yang terlupa. Entah itu karena banyaknya permasalahan yang melingkupi kehidupan orang dewasa, maupun banyaknya beban hidup yang harus orang dewasa tanggung. Padahal, anak kecil hanyalah membutuhkan ribuan kasih sayang setiap saatnya, dan di usia keemasan otaknya itu perlu diisi dengan hal-hal baik lainnya. Yang membuat saya sedih membaca novel ini adalah... apakah saya akan sanggup menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak saya kelak nantinya? Sanggup memberikan rumah yang nyaman untuk mereka, keluarga yang hangat dan harmonis, sehingga tidak perlu merasakan bagaimana peliknya kehidupan Ava dan P. Yah memang, pada akhirnya, segala yang terjadi pada kehidupan anak kecil memang kembali berasal dari perlakuan orang dewasa kepada mereka.

Kepalaku Ditembak Hanya untuk Bisa Sekolah

Judul : Kepalaku Ditembak Hanya untuk Bisa Seolah
Penulis : Hendri F. Isnaeni
Penerbit : Zaytuna
ISBN: 9786021835197
Tebal : 100 Halaman
Rating : 4 dari 5



”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan.” (Al Hadits)


Buku ini menceritakan tentang sosok Malala, seorang anak gadis yang ditembak kepalanya untuk bisa sekolah. Barangkali kisah ini sudah cukup familiar oleh kita, terlebih lagi saat kejadian tersebut berlangsung, di mana pada akhir tahun 2012, Malala yang tinggal di daerah konflik di Paksitan, pada suatu hari ditembak kepalanya oleh Taliban ketika berada di dalam bus. Seketika itu juga dunia mengutuk serangan tersebut. Bagaimana bisa seorang anak perempuan ditembak kepalanya hanya karena ingin bersekolah?

Dalam buku ini, kita dikenalkan dengan siapa sebenarnya sosok Malala. Mengapa Taliban mengincar kematiannya dan bagaimana kisahnya memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan?

Semua sepakat bahwa Malala bukanlah sosok anak remaja biasa. Hidup di daerah yang rawan konflik membuat ia menjadi seorang gadis luar biasa. Ayahnya pun bukan seperti kebanyakan pria di tanahnya. Ziauddin adalah seorang guru dan kepala sekolah, penyair dan juga aktivis. Sampai di sini, saya tentu meyakini bahwa orangtua memiliki pengaruh besar dalam tumbuh dan kembang anak. Malala bisa menjadi sosok inspirasional seperti itu karena ia memiliki orangtua yang hebat. 

Akhir 2008, kepala BBC bahasa Urdu ingin meliput tentang pengaruh Taliban di Swat (tempat tinggal Malala) dari sudut pandang anak sekolah. Ia menyarankan untuk mencari anak sekolah untuk menulis blog anonim tentang kehidupan mereka di sana. Mereka menghubungi Ziauddin Yousafzai untuk mencari siswinya. Awalnya seorang siswi bersedia menuliskan ceritanya, tapi orangtuanya melarang karena takut akan pembalasan Taliban. Akhirnya Ziauddin menawarkan putrinya sebagai koresponden. Maka, terbitlah buku harian tersebut dengan nama samaran (demi keamanan Malala sendiri, ia menggunakan nama samaran untuk penerbitan kisahnya) Gul Makai, yang dalam bahasa Urdu artinya "Bunga Jagung".

Meskipun pihak BBC mengkawatirkan keselamatan Malala dari kemungkinan Taliban mengetahui jati dirinya, namun tidak dapat mengendalikan tindakan ayah Malala yang membawa gadis itu ke acara klub media lokal di Peshawar. Di sana, Malala memberikan pidato "Beraninya Taliban mengambil hak dasarku untuk memperoleh pendidikan?" yang disiarkan secara luas oleh media di seluruh Pakistan.

Pada Desember 2009, karir politik Malala telah dimulai saat ia menjadi pimpinan majelis yang dipenuh anak-anak, yakni di Majelis Anak Distrik Swat. Majelis ini didirikan oleh Yayasan Khpal Kor dengan dukungan Unicef (PBB) untuk memberikan kesempatan unik kepada anak-anak muda untuk menyuarakan keprihatinan mereka tentang su hak-hak anak dan untuk menyajikan solusi mengatasi masalah itu. Sejak saat itu, Malala kemudian dikenal, bahkan hingga dunia internasional.

Bagi Taliban, Malala adalah sebuah ancaman. "Dia masih muda tapi dia mempromosikan budaya Barat di daerah Pashtun. Dia pro-Barat, dia bersuara melawan Taliban, dan dia menyebut Presiden Obama adalah idolanya." Begitu kata juru bicara Taliban sehari setelah insiden penembakan tersebut. Sedikit saya mau menjelaskan bahwa Taliban di Pakistan sebenarnya bukan Taliban yang diperangi oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Afghanistan. Mereka mengadopsi nama Taliban karena memang dekat dengan kelompok tersebut. Mereka menggunakan taktik seperti Taliban, dan menganggap mereka adalah sekutu. Target utama Taliban yang ini adalah Pakistan karena mereka membenci kedekatan Pakistan dengan Barat. Pada Mei 2009 pasukan pemerintah kembali bentrok dengan Pakistan. Pemberontakan seperti ini kerap terjadi, dan tentu saja korbannya adalah masyarakat sipil. Mereka tidak dapat hidup dengan damai karena dirongrong oleh peperangan dan masalah keamanan. Taliban pun mengecam kesetaraan pendidikan, sehingga membuat diskriminasi pendidikan terjadi. Anak perempuan tidak berhak untuk mengenyam bangku sekolah. Namun tidak hanya sampai di situ juga, bahkan sekolah menjadi sasaran penyerangan kelompok ekstrimis tersebut.

Penembakan Malala membuat mata dunia tertuju padanya. Membuka mata dan menjadikan mata rantai perjuangan Malala yang merupakan simbolisasi perlawanan terhadap diskriminasi pendidikan, peperangan, dan apa yang terjadi pada tempat tinggalnya menjadi sorotan dunia. Bahwa peperangan--bahkan yang beratasnamakan agama--tetaplah menjadi sebuah peperangan. Tidak ada yang lebih dikorbankan selain warga sipil yang merindukan perdamaian, hidup tenang, mengenyam bangku pendidikan dengan aman tanpa ada rasa ketakutan. Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamiin, rahmat bagi seluruh semesta alam. Islam agama yang cinta damai. Bahkan dalam Islam, menuntut ilmu adalah sebuah perkara wajib, tidak hanya bagi kaum laki-laki, juga bagi perempuan. Barangkali memang ada kepentingan, atau konspirasi apapun di balik segala peperangan yang terjadi di muka bumi, adalah sebuah kesalahan besar menyalahkan agama dalam konflik maupun peperangan yang terjadi. 

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)