Pemain: Morgan Oey, Pamela Bowie, Aurelie Moeremans, Jovial da Lopez
Sutradara: Danial Rifky
Penulis: Haqi Ahmad
Dari Novel Best-seller Karya: Winna Effendi
Produksi: Rapi Films
Durasi: 96 menit
Sinopsis:
Gagal move on. Itulah yang dihadapi oleh Laura (Pamela Bowie), penyiar radio yang kini tinggal di Melbourne ketika mendapati, Max (Morgan Oey), cinta pertamanya muncul di hadapannya.
Ingatan masa lalu pun perlahan kembali, membawa setiap rasa cinta, rasa kesal, rasa sakit dan kehilangan. Max bukan hanya sekedar cinta pertama, tapi Max adalah orang yang berhasil membuat Laura pelan-pelan menemukan tujuan hidup.
Max menyusun setiap passion dan cita-cita Laura seperti puzzle, dan akhirnya menjadikan Laura utuh seperti dirinya sekarang. Namun ego masa muda memisahkan mereka. Max harus ke Amerika untuk mewujudkan mimpinya sebagai Lighting Designer. Dan keduanya pun setuju untuk mewujudkan mimpi di jalan masing-masing.
Sayangnya, Max muncul kembali ketika Laura sudah siap melupakan dia dan beralih kepada pria lain, Evan (Jovial da Lopez), Dokter hewan yang juga adalah pacar sahabatnya, Cee (Aurelie Mauremans).
Move on dari cinta pertama lalu jatuh cinta pada pacar sahabat?
Laura kini harus menyusun sendiri puzzle pilihan hidupnya. Dengan menjawab sebuah pertanyaan besar untuk menuntun hidupnya: “apa yang sebenarnya hatiku mau?”.
Sebuah kisah tentang penemuan jati diri dan cinta, di sebuah kota yang memungkinkan apa pun terjadi, MELBOURNE.
***
Bagi gue, cahaya adalah hal terindah di dunia. Setiap kali melihat cahaya, gue akan ingat sama lo, Ra.
Source |
Maximillian Prasetya (Morgan Oey), seorang pemuda yang terobsesi dengan cahaya, bertemu dengan Laura Winardi (Pamela Bowie) pada sebuah momen yang benar-benar tak terduga; Laura kehilangan walkman di kampusnya yang berlokasi di Melbourne, dan karena benda itu adalah barang kesayangan miliknya, Laura mengumumkan ke sepenjuru kampus tentang barangnya yang hilang. Seseorang mengaku barang itu miliknya. Dan setelah dilacak, pemuda itu adalah Max. Laura berhasil mendapatkan fotonya dari Facebook dan mengamati mahasiswa-mahasiswa yang ditemuinya. Akhirnya bertemu juga dirinya dengan Max yang ternyata mengambil walkman tersebut.
Source |
Laura adalah gadis broken home yang orangtuanya bercerai. Ia pergi ke Melbourne bersama dengan sahabatnya, Cee (Aurelie Moeremans). Mereka tinggal bersama dan menjalani kehidupan seperti mahasiswa perantauan lainnya. Laura memiliki trauma terhadap yang namanya kehilangan. Ia kehilangan keutuhan keluarganya. Terlebih lagi, saat sesuatu menimpa sang ayah.
Source |
Hidup Laura berubah saat ia berkenalan lebih jauh dengan Max. Laura yang tidak memiliki tujuan hidup bertemu dengan Max yang sejak awal sudah merencanakan masa depannya dengan meniti karir yang berhubungan dengan impian dan obsesinya terhadap cahaya.
Dari sang Ayah, Laura mendapatkan iPod sebagai ganti walkman-nya yang sudah ketinggalan zaman. Di sana, ia membuat folder khusus yang dinamainya dari orang-orang yang ia cintai: Ayah, Cee, dan Max.
Max mengikuti lomba yang hadiahnya jalan-jalan ke luar negeri dan magang satu tahun di New York. Dan ketika harus menjalani hubungan jarak jauh itulah mereka akhirnya putus. Laura merasa iri sebenarnya dengan pencapaian Max yang sejak awal memang sudah memiliki ambisi dan apa yang ia kejar dan cita-citakan. Sementara, Laura sendiri tidak tahu harus melakukan apa, dan tidak tahu apa yang menjadi ambisi atau apa yang dikejarnya.
Kehidupan Laura kembali terus berjalan sepeningal Max. Suatu saat, ketika Paris kucingnya sedang sakit, Laura dan Cee bertemu dengan dokter Evan (Jovial da Lopez). Laura merasa bahwa ia memiliki banyak sekali persamaan dengan lelaki tersebut: sama-sama suka kucing, memiliki genre musik yang sama, selera makanan yang sama, dan banyak lagi. Itulah yang membuat Laura merasa dekat dengan Evan, dan jatuh cinta kepadanya. Namun, ternyata Evan justru jadian dengan Cee sahabatnya.
Source |
Lantas Max kembali datang ke Melbourne dan masuk kembali dalam hidup Laura. Laura merasa bimbang dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia sudah move on tapi ke pacar sahabatnya sendiri, di sisi lain Max hadir menawarkan cintanya yang ternyata masih ada.
***
Oke, saya ingin cerita sedikit. Jadi, bulan November adalah bulannya bermunculan film-film favorit saya dan sahabat saya Dina. Tapi bedanya, film yang kami tunggu berbeda. Saya selaku Potterhead, tentu saja menunggu Fantastic Beasts and Where to Find Them. Sementara Dina, ternyata lebih tertarik dengan Melbourne Rewind. Dan ternyata FB tayang perdana sehari sebelum film ini. Walhasil, saya mengejar-ngejar Dina untuk nonton premiere-nya FB. Setelah pulang kerja, akhirnya kami berhasil nonton FB di hari pertama, yeay.
Sebagai teman yang baik, saya tentu akan menemani Dina menonton film Melbourne Rewind sebagaimana Dina menemani saya menonton FB. Dan berhubung jadwal padat (dan sayangnya film ini hanya mendapat sedikit jam tayang yang tidak cocok), akhirnya rencana kepingin menonton Kamis harus tertunda jadi Selasa. Pokoknya Selasa ini harus jadi, karena baru enam hari tayang (dihitung dari Kamis) sudah mau tergusur saja :( (sudah ada di studio empat dan cuma ada dua jam tayang). Khawatirnya kami tidak sempat menonton filmnya. Akhirnya si Dina selesai kerja langsung ngebut supaya kita bisa nonton di jam 14.45. Saya sih pas libur hari itu jadi santai-santai saja, syalalala.
Sudah masuk studio, eh ternyata filmnya belum ditayangkan juga bahkan lewat lima belas menit dari jam tayang yang seharusnya. Akhirnya di dalam kita bercerita seputar film-film Indonesia yang sudah tayang. Terlambatnya hampir setengah jam.
Dan untungnya pada akhirnya seisi studio nonton juga. Sebenarnya, saya termasuk yang anti menonton film adaptasi sebelum membaca novelnya. Saya sudah coba cari novel ini di toko buku ternyata tidak ada. Ya sudahlah akhirnya menonton juga. Jadinya, saya tidak berekspektasi apa-apa dengan film ini, bahkan membaca sinopsisnya pun tidak. Sama sekali tidak ada gambaran filmnya akan bagaimana atau casting-nya siapa saja (selain Pamie dan Morgan tentunya yang sudah tahu duluan).
Ini dia review-nya.
Dua kata tentang film ini... autumn-nya keren! Dari awal sampai akhir saya bisa merasakan beranginnya kota Melbourne dengan guguran daun-daun yang sudah menguning dan kecokelatan di sepanjang taman. Pakaian yang dikenakan Pamie benar-benar keren semua, dan cocok dengan karakter dia yang dingin tetapi manis. Pamie berhasil membuat karakter Laura sebegitu kuatnya, dan ini didukung oleh wardrobe dan pengambilan gambar yang keren.
Lalu Morgan sebagai Max. Entah sejak kapan saya lupa kalau Morgan itu ganteng (pernyataan macam apa ini), tapi dari awal kemunculannya di film ini, saya berhasil yang ber... "Aduh Morgan kenapa ganteng yaaa.... Lama nggak fangirling-an Koko-Koko ganteng." Oke lupakan. Anggap saja saya norak. Dan tentunya itu tidak saya lafalkan pakai suara (karena pasti norak banget), tapi saya tulis di twitter di sela-sela lagi nonton, hehehe. Teman saya mengomentari Morgan yang wajahnya ada bekas jerawatnya, dan komentar saya, "Nggak apa-apa Din. Justru itu yang bikin dia terlihat manusiawi." Bijak sekali saya bukan? Dan tolong jangan ditanya soal kemampuan akting Morgan. Sudah terbukti dan teruji bahwa dia berhasil membawakan berbagai karakter bukan? Di sini aktingnya oke.
Satu hal yang kalau boleh disayangkan dari pemilihan aktor dan aktris di film ini adalah... sorry to say, yang jadi dokter Evan kurang ganteng. Maaf sekali harus mengatakan ini, tapi ya, bagaimana ya. Pokoknya begitulah.
Secara umum, plotnya cukup kaya dan nggak mainstream. Berhubung saya belum baca bukunya, jadi sama sekali nggak punya gambaran tentang plot cerita. Namun, yang perlu disesalkan, memang sih, ceritanya cukup sederhana, tapi eksekusinya terlalu dibuat dramatis. Seperti misalnya yang Laura mengejar kereta (dan orang yang naik di atasnya sih sebenarnya). Pakai acara mogok dulu lah, mengayuh sepeda lah. Kenapa nggak telepon aja sih?! Kan lebih simpel. Atau telepon G*Jek. Eh nggak ada ojek di sana ya. Oke deh.
Intinya sih, ceritanya tidak mengecewakan, overall saya suka. Dan saya jadi semakin penasaran untuk membaca novelnya, semoga segera berjodoh ya. Pesan saya, kalau kalian kepingin menonton film yang menyuguhkan keindahan kota Melbourne dan plot yang romantis ini, segera tonton di bioskop ya, karena kemungkinan akan segera turun layar. Persaingan film-film di bioskop akhir-akhir ini agak sedikit kejam.
Ini dia official trailer-nya:
aku sudah membaca novelnya lebih dulu :D sepertinya filmnya menarik, yah. soalnya nggak pernah kecewa sih sama novel winna dan novelnya yang sudah difilmkan (refrain)
ReplyDeleteAku justru belum baca novelnya :D semoga kalau baca nanti ngga mengecewakan, karena filmnya keren....
Delete