Judul : The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)
Seri The Lockwood & Co.
Penulis : Jonathan Stroud
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 424 Halaman
ISBN : 9786020301365
Rating : 4 dari 5
"Ragukan bintang-bintang menyala, Ragukan mentari mengitarimu, Ragukan kejujuran sebagai dusta, Tapi jangan ragukan cintaku." (Hamlet---W. Shakespeare)
Blurb:
Setelah gelap, bunyikan lonceng dan tunggu di luar garis besi.
Selama lima puluh tahun lebih, wabah hantu menyerang Inggris. Lucy Carlyle, penyelidik paranormal yang masih muda, menginginkan karier cemerlang. Namun, kenyataannya ia bergabung dengan agensi pembasmi hantu paling kecil, paling kumuh di London, dipimpin Anthony Lockwood yang karismatis.
Ketika salah satu kasus mereka berakhir dengan kekacauan fatal, Lockwood & Co. memiliki peluang untuk memperbaiki keadaan. Sayangnya, itu berarti mereka harus menginap di rumah paling berhantu di Inggris.
Cover depannya sih oke. Tapi begitu dibuka... |
***
Lucy Carlyle mengalami kejadian tragis dengan agennya terdahulu, yang menyebabkan dirinya nekat untuk pergi ke London seorang diri dan mencoba untuk melamar pada agensi pemburu hantu (bahasa kerennya: penyelidik paranormal) di sana. Ternyata untuk mendapatkan pekerjaan baru, tidak semudah yang ia bayangkan sebelumnya. Berkali-kali ia ditolak oleh agensi besar karena tidak bisa membuktikan dirinya sebagai seseorang dengan Bakat, karena sertifikatnya ada pada Agen Jacobs penyelia terdahulunya yang ia tinggalkan di desa.
Menghadapi masa-masa nyaris kehabisan uang, Lucy melamar pekerjaan pada Lockwood & Co, di sebuah rumah yang merangkap sebagai kantor yang terlihat kurang mengesankan. Di sana ia bertemu dengan bocah tambun yang juga tidak memberikan kesan pertama yang baik bernama George. Dan juga tentu saja, si pemimpin agensi, pemuda bersemangat yang jauh lebih baik ketimbang George, yakni Anthony Lockwood.
Singkat cerita, akhirnya Lucy bergabung dengan mereka dan mendapatkan tempat di rumah tersebut. Bersama dengan kedua rekannya, mereka melakukan pekerjaan memburu hantu. Meskipun, hantu-hantu yang mereka hadapi rata-rata adalah hantu Tipe Satu.
Saat itu, Anthony dan Lucy mendapatkan klien yang bermasalah dengan rumah hantu mereka. Mr. Hope meninggal di rumah itu. Dan di sana, Lucy dan Anthony rupanya menghadapi hantu Tipe Dua yang cukup berat. Satu kesalahan yang mereka lakukan adalah: yang pertama mereka kurang riset seputar rumah tersebut dan yang kedua, Lockwood lupa membawa rantai besi. Akibatnya fatal, mereka harus menggunakan api yunani untuk menyelamatkan diri dan mengakibatkan rumah tersebut terbakar.
Di dalam sana, Lucy bertemu dengan sesosok hantu yang diketahui bernama Annabel Ward, dan ia bahkan--entah bagaimana ceritanya--mengambil liontin milik hantu tersebut. Dari sinilah kekacauan mulanya terjadi. Tidak hanya itu, Lockwood & Co. juga dituntut untuk membayar kerugian akibat rumah yang terbakar. Karena kejadian ini, mereka harus mendapatkan uang dalam rentang waktu tertentu, sementara itu kasus yang berdatangan pada hilang.
Lockwood mulai memperbaiki keadaan dengan menyelidiki seputar kematian Annabel Ward, guna mendapatkan publisitas bagi agensinya, dan supaya bisa menghasilkan uang untuk membayar ganti rugi. Dan, peluang itu datang. Namun, mereka harus menginap di sebuah bangunan paling berhantu di Inggris.
***
"Berhentilah mencemaskan masa lalu! Masa lalu hanya untuk hantu. Kita semua pernah melakukan hal-hal yang kita sesali. Namun masa depanlah yang terpenting." ---halaman 400
Sambil nunggu pesanan pizza |
Jujur saja, mulanya saya merasa bosan sekali membaca ini bahkan ingin mengganti baca buku lain saja yang untungnya tidak saya lakukan. Di awal cerita, tidak menyuguhkan tentang masa lalu Lucy atau bagaimana ia bergabung dengan Lockwood & Co., tetapi mengenai salah satu misi yang dijalankannya bersama Lockwood. Setelah beberapa halaman, barulah pembaca dibawa flashback untu mengetahui bagaimana cerita itu bermula. Tentang wabah hantu yang sudah melanda Inggris sejak puluhan tahun yang lalu, tentang anak-anak yang mempunyai Bakat yang ditampung oleh agensi-agensi (yang saya membayangkannya mereka seperti polisi cilik yang dihormati, dengan rapier yang terus-terusan dibawa ke mana-mana, pakai seragam ala-ala tokoh pahlawan dalam anime :p).
Karakternya? Keren. Masing-masing karakter utama memiliki kelebihannya masing-masing yang saling melengkapi. Lockwood, cukup baik dalam indra penglihatan, lalu Lucy yang cukup peka terhadap indra perasa, pendengaran, dan juga peraba. Dan George? Meskipun tidak terlalu lihai keduanya, ia mempunyai minat yang besar terhadap perpustakaan. Kemampuannya ini sangat membantu dalam hal riset atau perencanaan dalam melakukan misi. Terlebih lagi si pemimpin mereka, Lockwood, juga memiliki ambisi serta semangat dalam hal perburuan misi mereka.
Sampai di sini, Stroud berhasil membangun sebuah universe yang masuk ke dalam nalar. Apalagi tentang cara menanggulangi hantu dengan besi-besian dan peralatan tempur para agen lainnya. Harus saya akui, informasi-informasi yang disebarkan dalam cerita cukup realistis dan mengalir. Dan ketika sudah sampai pada momen ini, juga kejelasan jalan cerita ini mau di bawa ke mana, membuat saya bertahan untuk membacanya, dan juga tertarik!
Oh, saya tidak akan mengatakan kalau saya tidak tertarik jika saat membacanya, kesan yang timbul begitu nyata. Terlebih lagi jika kau ikut merasakan sensasi seperti ada hantu di dekat kalian hanya dari deskripnya. Inilah yang menyebabkan mengapa saya berhenti membaca buku ini setelah jam sebelas malam, hahaha. (Apalagi saat kamu punya sepupu yang bisa "melihat" dan mengatakan kalau di kolong kasur tempatmu tidur ada "penghuni"-nya. *bye*)
"Itulah masalahnya dengan hantu. Mereka tidak pernah bicara jelas." ---halaman 339
Tapi saya tidak berharap mendengar hantu berbicara jelas, tidak ya =))
Dari awal saya sudah menduga kalau ada kaitan antara satu kasus dengan kasus lainnya. Namun, misteri yang membungkus ceritanya sangat menarik dan dijelaskan dengan detail. Terutama, yang berkaitan dengan tulisan pada liontin milik Annabel Ward.
Tormentum meum laetitia mea.
Awal mulanya juga menduga kalau "undakan menjerit" ini ada di kasus pertama, ternyata bukan. Dan tentang si undakan ini, memang benar-benar bisa membuat menjerit. Stroud mengeksekusi jalannya cerita dengan baik sekali.
Hanya saja, saya masih penasaran satu hal (dan juga sukses dibuat merinding karenanya). Saat Lucy melihat seseorang yang diduga sebagai pembunuh Annabel, si terduga itu bisa melihat dirinya bahkan menyeringai dari balik kaca satu arah. Itu, bagaimana bisa ya? Hiiii. Saya merinding disko saat membacanya, serius. Namun, sampai akhir saya belum menemukan penjelasan tentang itu.
Oke, meskipun awal mulanya agak membosankan dan banyaaaak sekali typo alias kesalahan penulisan di novel ini, tapi lantas tidak membuat saya menurunkan bintangnya dan bertahan di bintang empat. Ada banyak misteri yang belum terkuak misalnya tentang kamar rahasia Lockwood atau tentang keluarganya yang saya harap bisa terjawab di seri-seri selanjutnya. Bravo!
Pesan yang disampaikan untuk Lucy di halaman 403 ini mungkin bisa menjadi pesan untuk kita semua para pembaca:
"Jangan tersinggung. Kematian akan menghampiri kalian semua. Mengapa? Karena semuanya terbalik. Kematian dalam Kehidupan dan Kehidupan dalam Kematian, dan sesuatu yang padat menjadi cair. Dan tidak peduli apa yang kauusahakan, Lucy, kau takkan bisa memutarbalikkan arus."
(Lupakan komentar Misyel yang berkata, "Hore, akhirnya baca Lockwood juga!" Hahaha. Iya, saya memang menunda baca buku-buku Stroud cukup lama. Selain karena tebal, isi dompet juga tidak tebal alias harga bukunya mahal-mahal #numpangcurhat)
(Satu lagi, ada "penangkap-hantu dari Indonesia" di halaman 150 *yeay*)
Hai mba, aku juga salah satu pembaca buku ini. Anehnya halaman 377-378 di buku ku ter double. Sedangkan halaman 379-380 nya tidak ada (pas moment tegang tuh) apakah buku yg mba beli juga sama? Dimana ya saya bisa komplain masalah ini kira2? Thanks
ReplyDeleteSaya beli buku ini dapat yg edisi revisi kk. Diantaranya yg sudah disebutkan kk diatas minim yg sy dapat.
ReplyDeleteCeritanya semakin seru klo sudah mendekati akhir cerita. Sy kadang merasa terngiang ngiang di ceritanya yg dramatis sekali sedihnya. Jadi ikut merasa iba apa yg disampaikan dirasakan dari Lucy dan kawan kawannya.