Sang Penyihir dari Portobello

Judul : Sang Penyihir dari Portobello
Judul Asli : The Witch of Portobello
Pengarang : Paulo Coelho
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020300146
Tebal : 304 Halaman
Rating : 4 dari 5




"Belajarlah, tapi selalu belajar dengan didampingi orang lain. Jangan sendirian dalam pencarianmu, karena jika kau mengambil langkah yang salah, kau tak akan punya siapa pun untuk membantumu menjadi benar kembali." (Halaman 145)

Athena, atau nama aslinya adalah Sherine Khalil, adalah seorang anak yang diadposi oleh kedua orangtuanya. Ayahnya seorang pengusaha dan ibunya, Samira Khalil, begitu menyayangi Athena. Mereka adalah keluarga Kristen dari Beirut, Lebanon, bersama keluarganya mengungsi ke London saat perang berkecamuk di negaranya. Sewaktu mengadopsinya, mereka sudah diperingatkan bahwa Athena adalah anak dari keturunan kaum gipsi. Namun, sang ibu mengindahkan peringatan tersebut. Mereka pada akhirnya mengangkat Athena sebagai anak. 


Sejak kecil, Athena sudah merasakan ada perbedaan dalam dirinya. Seperti bahwa dia melihat seorang berjubah putih yang mirip dengan Perawan Maria. Atau ketika dia bermimpi melihat darah yang rupanya memberikan tanda bahwa di tanah tempat tinggal mereka, akan terjadi perang yang berlangsung dalam waktu sangat lama.



Athena tumbuh menjadi seorang gadis yang pembangkang. Ia memutuskan untuk menikah di usianya yang sembilan belas tahun. Athena merasa bahwa menjadi seorang ibu adalah misi yang telah lama ditolaknya dan kini harus diterimanya. Dia harus menerima misi itu atau dia akan menjadi gila. Dan misi tersebut dijalankannya. Ia mengenal sosok Lukas Jessen Petersen yang merupakan seniornya di kampus, berusia setahun di atasnya, dari sebuah peristiwa saat terjadi perdebatan antara Athena dengan teman kampusnya, saat temannya itu menghina Timur Tengah. Mereka tidak tahu bahwa sebelumnya, Athena tinggal di sana. Lukas adalah kakak tingkat mereka dan dialah yang melerai pertengkaran tersebut. Sejak saat itu hubungan mereka semakin akrab dan akhirnya terlibat romansa. Athena menginginkan punya anak pada usia 19 tahun, dan akhirnya mereka menikah. Pernikahan itu sangat ditentang keluarga Lukas, tidak mendapat restu dari keluarganya. Meskipun begitu, mereka pun tetap menikah. Lukas dan Athena mempunyai anak lelaki bernama Viorel. Namun setelah Viorel lahir, hubungan keduanya menjadi renggang, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri pernikahan.



Athena berhenti dari kuliahnya. Setelah bercerai, dia pun memutuskan untuk keluar dari rumah mereka. Sebelum menikah, Athena rajin mengunjungi gereja. Pastor Giancarlo Fontana adalah seorang pastor yang menikahkan Athena dan Lukas. Dia juga yang menyaksikan bagaimana perkembangan Athena beberapa saat sebelum ia menikah (tentang keinginan Athena untuk menjadi santa, betapa khidmatnya dia saat memainkan musik di depan patung Perawan Maria), lalu ketika ia meminta untuk dinikahkan. Athena sering mengunjungi gereja meskipun suaminya tidak. Ia juga membawa anaknya meskipun kadang rewel. Namun, pada suatu hari, ketika Athena resmi bercerai dengan suaminya, Pastor Fontana dihadapkan pada sebuah benturan: apakah memilih untuk menghormati institusi (Athena sudah bercerai, menurut institusi gereja, dia tidak boleh mendapatkan berkat roti), ataukah mengikuti nalurinya untuk tetap menerima keadaan Athena, sebagai implementasi dari kata-kata yang menjadi dasar dibangunnya institusi itu. Sang pastor tetap hormat pada peraturan yang dibuat oleh gereja, dia menolak memberkati Athena. Hal ini membuat Athena hancur, hatinya sangat terluka hingga dia bersumpah untuk tidak akan menginjakkan kakinya lagi di tempat itu.



Selepas bercerai, Athena pindah ke sebuah apartemen lantai tiga milik seorang dari Polandia, bernama Pavel Podbielski. Persamaan nasib, yakni sama-sama menjadi korban pengungsian membuat ia menyewakan kamarnya di lantai tiga untuk Athena. Ia sudah mengingatkan bahwa tempatnya tidak cocok bagi penyewa yang memiliki anak. Karena, anak akan ribut di siang hari dan dia akan melakukan keributan dengan "ritual"-nya selama malam hari. Namun justru dari orang inilah Athena belajar tentang ritual menari atau disebutnya sebagai Vertex, ajaran yang dia baca dari buku catatan yang ditinggalkan oleh kakeknya.



Athena bekerja di sebuah bank. Peter Sherney, adalah seorang manajer bank di tempatnya bekerja. Karena ayahnya Athena adalah nasabah bank yang penting, maka Athena diterima kerja di tempat ini, di bagian yang tidak menyenangkan. Dengan harapan, ia akan segera mengundurkan diri dari pekerjaannya karena tidak tahan. Namun justru yang didapatkan adalah, terjadi peningkatan kinerja yang dilakukan oleh Athena. Tidak hanya itu saja, namun Athena menyalurkan semangat dan rahasianya itu kepada pekerja lainnya bahkan pada nasabahnya. Peter sebenarnya tidak suka, namun karena adanya peningkatan kinerja di kantor cabangnya, ia diundang dalam suatu rapat dengan pusat untuk mempresentasikan apa yang menyebabkan itu semua terjadi. Mau tidak mau, akhirnya ia membuka pembicaraan pula dengan Athena untuk memberitahukan bagaimana itu bisa terjadi. Akhirnya Athena dipromosikan untuk bekerja di kantor cabang di Dubai.



Selama di Dubai, selain bekerja di Bank. Tak lama dia berkenalan dengan seorang emir yang menawarkan pekerjaan yang lebih menggiurkan baginya, yakni bekerja sebagai penjual tanah. Tidak hanya itu, berkat pertemuannya dengan seseorang, dia pun memiliki kesibukan baru. Nabil Alaihi adalah seorang dari suku Badui, Muslim, yang mempunyai tenda tempat ia berjualan makanan di Dubai. Suatu hari Athena mengunjungi tempatnya karena keponakannya yang bernama Hamid, yang seorang nasabah Athena, memberitahukan bahwa pamannya adalah seorang bijak. Mereka lantas berdialog tetang bagaimana caranya mendekatkan diri kepada Tuhan. Athena melakukannya dengan tarian, sementara Nabil mengajarkan hal baru dengan menulis kaligrafi. Athena bermaksud untuk belajar melakukan itu, dan menyadari bahwa Athena bukanlah seorang muslim, Nabil pun mengajarkannya dengan menuliskan pepatah Arab. 



Athena menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kekosongan jiwa, yang dengan menari, atau menulis kaligrafi, masih belum dapat mengisinya. Lantas kepada ibunya, ia meminta izin untuk menemukan ibu kandungnya. Dan dalam perjalanan ke Transylvania--perjalanan ini menemukan Athena dengan orang-orang yang akan mengubah hidupnya--ia menemukan ibunya, seorang penjahit dari suku gipsi bernama Liliana. Ibunya menceritakan bagaimana ia dibuang dari sukunya karena memiliki seorang anak dari lelaki di luar kaumnya. Itu juga yang menyebabkan sang ibu membuang Athena ke panti asuhan. Sebelum pulang, ia diajak untuk mengikuti suatu ritual.




Dalam perjalanan, Athena tidak hanya berhasil bertemu dengan ibunya, namun beberapa orang lain yang cukup penting dalam membangun kisah ini. Ada seorang jurnalis bernama Heron Ryan, yang kemudian diketahui jatuh cinta dengan Athena. Lelaki itu bertemu saat di perjalanan ke Transylvania sewaktu Athena mencari ibu kandungnya. Ryan sendiri mengunjungi Transylvania untuk menyelidiki tentang vampire dan drakula. Heron Ryan sebenarnya sudah memiliki kekasih, namun dia menyadari bahwa ia mencintai Athena pula di saat yang bersamaan. Tokoh ini bisa dibilang sebagai tokoh utama yang banyak mengisahkan bagaimana pengalaman dirinya terlibat dengan Athena. Tidak hanya berhenti ketika mereka berada di Transylvania saja, namun berlanjut ketika Athena kembali ke London. Athena menghindari lelaki tersebut dengan mengatakan bahwa dia sudah memiliki kekasih yang bekerja di kepolisian Skotlandia. Namun, menurut Heron, itu hanya akal-akalan Athena saja untuk menghindarinya. Heron selanjutnya bahkan ikut terlibat dalam ritual-ritual (yang sebenarnya hanyalah menari dan beberapa khutbah) yang diselenggarakan Athena.

Tidak hanya Heron Ryan, dia juga bertemu dengan seorang dokter yang kemudian menjadi guru Athena bernama Deidre O'Neill atau kemudian lebih memilih dikenal dengan nama Edda. Dia juga terlibat banyak dalam perkembangan cerita ini, dengan memosisikan sebagai guru, dan Athena adalah muridnya. Dia pada suatu saat menegaskan bahwa Athena perlu memiliki murid, yang kemudian, dia bertemu dengan seorang aktris bernama Andrea McCain. Teman, sekaligus muridnya Athena yang menurut dirinya, pacarnya dirayu sama Athena dengan dalih bagian dari "Ritual Ketiga". Andrea adalah seorang pemain teater, hidupnya didedikasikan untuk bermain seni peran tersebut. Sebenarnya hubungan dirinya dengan Athena tidak bisa disebut sebagai "teman". Athena membencinya dan Andrea pun sama. Tapi atas dasar hubungan guru dan murid di mana mereka mereka merasa saling membutuhkan, maka keduanya tetap melakukan pertemanan ganjil atas dasar ritual spiritual yang mereka lakukan. Pertemanan mereka dimulai ketika kekasihnya, mengenalkan ia dengan Athena karena kekasihnya mengenal Athena dan mengetahui bahwa Athena mengikuti ritual di Transylvania yang menurut sang kekasih berhubungan dengan peran yang akan dibawakannya dalam pementasan bertajuk tentang Gaia, ibu bumi.




***



Kisah Athena disajikan benar-benar memukau. Paulo Coelho menceritakan sosok Athena, atau nama aslinya Sherine Khalil, seorang anak adopsi yang dilahirkan dari seorang ibu kaum gipsi, dan kemudian diadopsi oleh Samira Khalil dan suaminya yang seorang Kristen Lebanon. Masa perang membuat keluarga ini mengungsi ke London. Athena sudah merasa berbeda sejak kecil, dan ketika beranjak dewasa ia mengalami berbagai macam pengalaman spiritualnya hingga pada akhirnya membuat dirinya mendapatkan julukan "Sang Penyihir dari Portobello".



Di sini, kisah Athena disampaikan dari sudut pandang banyak orang. Ada dari orang yang mencintainya, gurunya, muridnya, ibu kandungnya, ibu angkatnya, dan beberapa orang yang secara langsung memengaruhi jalan hidup Athena. Saya suka gaya Paulo dalam menyampaikan makna tersirat dalam novel ini. Banyak sekali petuah hidup yang bisa kita petik di dalamnya. Bagian yang saya suka, tentu saja saat Athena bertemu dengan Nabil Alaihi dan belajar menulis kaligrafi dengannya. Ada juga beberapa cuplikan kalimat yang berkesan dalam kisah ini seperti:



"Apa sebenarnya guru itu? Biar kuberitahu: dia bukanlah orang yang mengajarkan sesuatu, tapi orang yang menginspirasi muridnya untuk mengupayakan yang terbaik demi bisa menguak apa yang sesungguhnya sudah diketahui sang murid." (Halaman 96)



Atau dalam makna pencarian Tuhan (masih dalam dialog antara Athena dengan Nabil Alaihi) di sini:


"Kaligrafi hanyalah salah satu cara yang Allah--terpujilah nama-Nya--letakkan di hadapan kita. Untuk mengajarkan objektivitas dan kesabaran, rasa hormat, dan keanggunan, tapi kita juga bisa mempelajari semua itu...""...lewat tarian," kata Athena."Atau lewat menjual tanah." (Halaman 100)


Di lain kesempatan, ada juga dialog yang saya benar-benar resapi dan seharusnya, kita sebagai makhluk yang percaya dan yakin akan keberadaan Tuhan, dan menganggap doa adalah salah satu penghubung dan dialog dengan Tuhan.


"Saat kau mencuci, berdoalah. Berterima kasih karena masih ada piring yang bisa dicuci, karena kau memberi makan seseorang, karena kau memberikan perhatian pada satu atau lebih orang, karena kau memasak dan menyiapkan meja. Bayangkan jutaan orang yang pada saat ini sama sekali tidak punya apa-apa untuk dicuci dan tidak punya siapa-siapa untuk dilayani." (Halaman 174)


Meskipun, seperempat bagian terakhir novel ini, saat Athena sudah menemukan jalannya, dengan menjadi "guru" dan menemukan sosok Hagia-Sophia (ini apa ya saya menyebutnya, logisnya, Hagia-Sophia adalah alter ego, semacam Ki Jembros yang pernah muncul di novel Petir-nya Dee, atau orang yang diilhamkan kekuatan supranatural, apalah-apalah, semacam Ponari? #heh), saya nggak nyambung lagi dengan itu. Tapi ini kan karya fiksi, jadi ya saya bacanya enjoy-enjoy saja. Dan, twist di ending buku ini mantap juara!



Dan yang saya salut dari seorang Paulo Coelho, di novel ini kan ceritanya disajikan dalam sudut pandang yang banyak dan karakter yang berbeda-beda pula. Paulo berhasil memainkan peran tersebut dengan sangat baik. Saat dia menjadi sudut pandang seorang pastor, benar-benar menjiwai. Bagian ini saya tidak heran, background penulis sendiri kan memang dia banyak mengangkat kisah dari agamanya ini. Tapi, ketika dia menuliskan seorang Nabil Alaihi, Muslim Badui, saya benar-benar merasakan sosok tersebut hidup, dan seperti benar-benar seorang Muslim. Benar-benar salut. Dan kalau membandingkan novel-novel Paulo yang saya baca sebelumnya, memang nggak bisa ditebak akan berada dalam jalur yang mana. Kalau saya pribadi, karena suka banget sama Sang Alkemis, dan nggak begitu masuk ke dalam golongan Brida atau Sebelas Menit, maka novel ini menurut saya lebih dekat ke arah sejenis Sang Alkemis, begitulah. Makanya saya suka. Top.


1 komentar:

  1. Aku suka sama plot dan gaya berceritanya yang beda. Dari sini kita bisa tau kalo Paulo Coelho itu penulis yang suka bereksperimen, enggak terjebak sama gaya bercerita mainstream dan mencoba cara baru dan nyeleneh untuk menyampaikan kisahnya. Meskipun enggak sebagus Sang Alkemis, tapi aku tetap suka dengan novel ini. Ada banyak pesan juga, meskipun beberapa diantaranya aku enggak ngerti, heheheh.

    ReplyDelete

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)