The Playlist

Judul : The Playlist
Penulis : Erlin Natawiria
Penerbit : Grasindo
Tebal Buku : 244 Halaman
Cetakan Pertama, September 2016 
ISBN : 9786023756728
Rating : 3 dari 5




Blurb:

Musik latar bukan sekadar aksesori bagi Winona. 

Ketika food writer lain memusatkan perhatian pada rasa dan tampilan, Winona akan menajamkan telinganya untuk menilai pilihan lagu di sebuah tempat makan. Baginya, lantunan melodi memberi pengaruh besar terhadap suasana hati pengunjung. Semakin sesuai musik latar dengan hidangan, semakin tinggi penilaian yang akan Winona berikan. 

Hingga kehidupan Winona berubah saat mengunjungi No. 46. Absennya musik latar dan kemisteriusan Aries mengusik benak hingga hatinya. Jerat yang coba dia lepaskan justru menariknya semakin dekat dengan pria yang menyimpan duka dan sepi yang terasa familier baginya. Belum cukup di situ, Winona pun harus berhadapan dengan Ethan—pesona dari masa lalu yang mengisi hidupnya dengan kenangan-kenangan manis. 

Di antara iringan musik latar dan hidangan-hidangan lezat, Winona harus memilih: menghadapi rasa takut yang terus dia hindari atau kembali ke tempat ternyaman yang melengahkan?

***

Winona adalah seorang food writer di YummyFood yang pekerjaannya adalah memberikan ulasan tentang restoran dan kafe yang ada di Bandung. Bersama sahabatnya, Ghina, dia menjajal satu per satu restoran di kota itu, dan memberikan ulasan tentang makanan: baik rasa maupun tampilan, juga suasana di kafe atau restoran tersebut. Karena sebelumnya dia adalah seorang peliput konser musik, Winona menambahkan komentar tentang musik latar restoran pada ulasannya. Menurutnya, itu bisa menjadi ciri khas dalam tulisan maupun ulasan yang dia buat.

Winona punya kisah cinta yang kandas bersama Ethan. Meskipun begitu, keduanya masih berusaha menjalin hubungan dengan baik. Winona masih sering meminta bantuan Ethan. Sementara, Ethan sendiri tampaknya masih ingin berbaikan dan memperbaiki hubungannya dengan gadis itu.

Suatu hari, Winona mendatangi sebuah kafe, namanya No. 46. Winona menikmati sajian yang diberikan di sana yang disajikan oleh chef-nya sendiri, pria misterius bernama Aries. Mereka mengobrol tentang kafe dan makanan. Namun, ada yang kurang dari kafe ini. Winona menyadari kalau tidak ada musik latar di sini. Ketiadaan playlist itu tentu berakibat ketidakberimbangnya ulasan tentang No. 46 di mata Winona. Akhirnya, dia mengalami writer's block, dan menuliskan ulasan dengan tidak sepenuh jiwa.

Rupanya, Aries menyadari bahwa dalam tulisan Winona tentang kafenya itu, tidak ada nyawanya sama sekali. Dan takdir mempertemukan Winona dan Aries kembali. Perlahan-lahan, sesuatu tentang masa lalu menguak satu demi satu, membuat Winona harus memutuskan apa yang akan dilakukannya, atau ke manakah hatinya akan takluk. Pada pria misterius bernama Aries, atau pesona masa lalu yang tidak bisa dilupakan begitu saja, mewujud melalui sosok Ethan.

***

Secara keseluruhan, saya suka aura yang kerasa saat membaca novel ini: ringan dan mengalir. The Playlist, bisa dibilang, mengusung tema yang tidak biasa yakni seputar pekerjaan sebagai food writer, dan konsep musik latar pada restoran atau tempat makan. Hal-hal itu biasanya luput dari pengamatan. Siapa yang tahu bahwa ternyata ada pekerjaan di balik ulasan-ulasan tentang tempat makanan kece dan enak di sebuah kota metropolitan? Dan, siapa sangka premis seputar musik latar bisa menjadi ide utama dari sebuah cerita?

Bisa dibilang, karakter yang ada di novel ini semuanya protagonis. Tidak ada sosok jahat yang benar-benar jahat di sana. Hanya ada pria-pria tampan (atau begitulah kesannya) dan seorang food writer cantik menawan yang tengah melangsungkan pekerjaannya. Dibumbui dengan kisah percintaan yang belum selesai, dan percikan-percikan pesona seorang chef misterius, maka racikan The Playlist dikemas dan dinikmati oleh pembacanya.

Sebenarnya, susah untuk membenci Winona karena tidak ada hal yang bisa membuat pembaca membencinya. Namun, dia tidak terlalu dicintai juga, menurut saya. Biasa-biasa saja. Sehingga, kesan mendalam tentang karakter utamanya bagi saya tidak terlalu kentara. Namun, untuk urusan cowok tampan, rasanya masih didominasi dengan pria setengah bule. Padahal, banyak pria dalam negeri yang ehem, cakep lho. *Lirik Refal Hadi* Dari kedua karakter pria, entah mengapa saya lebih senang dengan Ethan. Porsi Ethan di cerita ini menurut saya lebih banyak, tapi sepertinya yang ditonjolkan di blurb adalah Aries. Menurut saya karakter Aries kurang apa ya..., kurang bumbu. #eh

Sebelum masuk ke bagian yang membuat saya suka dengan novel ini, saya mau mengulas beberapa hal yang menurut saya pribadi kurang suka. Pertama, barangkali ini masalah selera: saya tidak begitu menyukai deskripsi campur Indonesia-Inggris. Kalau di percakapan, sesekali mungkin oke. Namun, kalau di deskrip, rasanya aneh. Pertama, setting-nya di Indonesia, bukan luar negeri. Kedua, barangkali dengan mencampur bahasa seperti itu, berharap mendapatkan kesan memperkuat personality si karakter yang menyampaikan. Tapi rasanya, tanpa mencampur bahasa demikian, kesan berkelas atau pintar itu bisa kok disampaikan.

Lalu, saya merasa janggal dengan plot utamanya, yang tentang "kebohongan". Hmmm, karena khawatir spoiler, mungkin pembahasan saya ini disampaikannya jadi nanggung atau setengah-setengah ya. Tapi, sebisa mungkin saya tidak akan membeberkan plot yang itu. Jadi, ada cerita tentang kebohongan mengenai ulasan Winona yang langsung dibantah oleh pihak ketiga yang merasa dibohongi. Eksekusi yang diberikan penulis untuk membuat ending dari konflik tersebut, menurut saya agak janggal. Kesannya, berlebihan. Seperti..., siapa yang peduli kalau cerita di balik suatu restoran (tentang hubungan personal keluarga yang membuat restoran itu muncul) itu tidak sesuai dengan kenyataannya? Barangkali yang tersinggung hanya orang-orang yang bersinggungan saja. Namun, kenapa harus pakai konferensi pers? Kalau misalnya dia mencuri resep sehingga ada pihak yang dirugikan, atau sesuatu itu berhubungan dengan kebohongan yang dirasakan dampaknya langsung oleh publik, barangkali bisa dieskekusi demikan. Hanya saja, rasanya konflik sesederhana itu tidak pas kalau harus melibatkan konferensi pers.

Terlepas dari kekurangan yang saya sampaikan di atas, saya senang sekali dengan bagaimana cara penulis menyampaikan ceritanya. Saya yakin, riset yang dilakukan penulis pun tidak tanggung-tanggung. Kesan dari satu restoran ke restoran lainnya langsung bisa dirasakan perbedaannya. Tentang ulasan musik-musiknya yang sedikit-banyak disinggung itu pun, juga manis. Apalagi, mengeksekusi hal-hal yang di luar pemikiran itu, rasanya patut diapresiasi. Lagi pula, profesi food writer tidak jauh-jauh dari kegiatan yang dilakukan oleh book blogger. Menikmati, lalu memberikan ulasan. Terlepas dari baik atau ada kurangnya, penulis yang sudah menciptakan karakter Winona selaku reviewer pun, rasanya bisa mengambil sudut pandang yang sama ketika mengulas atau membaca ulasan sebuah buku. Hehe.

Tiga bintang untuk kisah ringannya, dan juga buat Ethan. Ehe.


0 komentar:

Post a Comment

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)