Judul : Where Rainbows End
(Love, Rosie)
Penulis : Cecelia Ahern
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 632 Halaman
ISBN : 9789792297898
Rating : 5 dari 5
Blurb:
Mulai dari anak-anak nakal sampai menjelma remaja pemberontak, Rosie dan Alex selalu bersama. Sayangnya, di tengah-tengah serunya masa remaja, mereka harus berpisah. Alex dan keluarganya pindah ke Amerika.
Rosie benar-benar tersesat tanpa Alex. Namun, pada malam sebelum dia berangkat untuk bersama kembali dengan Alex, Rosie mendapat kabar yang akan mengubah hidupnya selamanya, dan menahannya di tanah kelahirannya, Irlandia.
Meski demikian, ikatan batin mereka terbukti sanggup melewati suka-duka kehidupan masing-masing. Tetapi, keduanya tidak siap menghadapi perubahan lain yang terjadi di antara mereka: Cinta.
***
***
Bagi penikmat film Love, Rosie, membaca novel aslinya benar-benar menguras emosi. Apalagi, saya keburu nonton filmnya duluan baru baca novel ini. Ya ampun, astaga, ceritanya begitu complicated, teramat-sangat-jauh lebih kompleks ketimbang filmnya yang sudah benar-benar kompleks dan bikin baper.
Ini kisah persahabatan sejak kecil, tentang saling mengingkari perasaan masing-masing, takut bahwa fakta keduanya saling jatuh cinta akan merusak persahabatan itu. Ada saja halangan yang merintang, banyak sekali kejadian tak terduga yang membelokkan cerita hidup antara Alex dan Rosie. Mulai dari saat di mana Rosie akan melanjutkan langkah baru dalam kehidupan perkuliahannya, dia mendapatkan sebuah fakta bahwa Rosie hamil. Impian akan pergi ke Boston untuk melanjutkan kuliah harus berhenti di tengah jalan, dan dia harus merelakan Alex untuk kuliah di kota itu tanpa dirinya. Sementara Rosie, harus melewati kehidupan barunya sendirian, bersama Katie, anak perempuannya.
"Justru di saat kau merasa semuanya berjalan lancar, di saat kau akhirnya mulai merencanakan sesuatu, bersemangat menyongsong sesuatu, dan merasa kau tahu ke mana akan arah yang kautuju, tiba-tiba saja jalan itu berubah, tanda-tanda berbalik, angin berubah arah, utara mendadak jadi selatan, timur jadi barat, dan kau pun tersesat. Begitu mudah kehilangan arah, kehilangan petunjuk." --- Halaman 63
Sebagai seseorang yang pernah merasakan bagaimana mempunyai sahabat laki-laki yang begitu akrab (meskipun tidak selama cerita Alex dan Rosie), membaca kisah ini membuat saya merasakan nostalgia sekaligus merasakan perasaan getir di waktu yang bersamaan. Bagaimana dalam kurun waktu tertentu kisah persahabatan Alex-Rosie ini harus menghadapi masa-masa di mana komunikasi hanya dilakukan seformal mungkin, padahal biasanya begitu akrab hingga apa saja diceritakan dan dibagi. Astaga, jadi teringat masa lalu wakakaka. (Dan saya sedikit cemburu saat Alex dan Rosie baikan lagi sementara saya dan mantan sahabat itu masih belum lepas dari kecanggungan ini hahahaha =)) T_T)
"Sekarang Alex sudah menikah, Rosie. Lupakan dia dan bahagiakan dirimu!" --- Halaman 155
Gaya bercerita yang unik, menjadikan ini nilai plus plus plus plus bagi novel ini. Well, ini novel Cecelia Ahern kedua yang saya baca setelah sebelumnya saya berhasil terpikat dengan One Hundred Names. Saya heran, bagaimana penulis bisa mengaduk-aduk perasaan pembaca hanya dengan penggalan-penggalan percakapan yang terjadi antartokohnya. Semua kalimat langsung, tidak pakai narasi, kecuali bagian epilog. Bagaimana plot terjalin tanpa ada hole karena kisah ini berdasarkan korespondensi via surat, chat, email, kartu, dan berbagai media penulisan lainnya, membuat saya berdecak kagum. Mungkin penulis Sylvia's Letters mendapat inspirasi dari novel ini? Hehehe, mungkin saja lho ya.
Jalan ceritanya? Ini jauh lebih rumit ketimbang film Love, Rosie (oh tadi saya sudah sampaikan yang ini). Yang jelas, usia tokohnya pada ending cerita ini milyaran tahun lebih lama dari ending di filmnya (bercanda). Jadi, bisa dibayangkan bahwa kisah ini jauh lebih rumit ketimbang versi film. Saya sedih kenapa harus nonton filmnya dulu baru baca novelnya karena, seharusnya saya baca dulu kisah rumitnya baru dengan bahagia menikmati "versi simpel" dari cerita ini di filmnya. Eh, tapi nggak sedih-sedih banget sih karena sepanjang baca cerita ini jadi bayangin Lily Collins dan senyum manis dan lesung pipinya Sam Claflin.
Mungkin orang akan menganggap cerita ini menye-menye, atau apalah-apalah. Tapi, jauh daripada kesan itu, saya menangkap ada kisah perjuangan untuk menghadapi kehidupan yang gagal, kisah cinta yang gagal, lalu berusaha bangkit dan menata ulang kehidupan meskipun tanpa cinta dan cita-cita di sana. Sebagai seseorang yang pernah gagal, membaca dan menonton kisah ini, membuat saya menemukan secercah harapan untuk memandang segala sesuatunya jadi lebih baik lagi, dengan cara yang unik.
"Kau membutuhkan seseorang yang bisa membantumu meraih semua impian, yang bisa melindungimu dari rasa takut. Kau membutuhkan seseorang yang akan memperlakukanmu dengan penuh hormat, mencintai setiap hal dalam dirimu, terutama kekurangan-kekuranganmu. Seharusnya kau berpasangan dengan orang yang bisa membuatmu bahagia, sangat bahagia, luar biasa bahagia." --- Halaman 200
Terima kasih untuk kesannya yang begitu mendalam pada kisah ini. Rosie, saya, dan juga semua orang yang tengah berjuang untuk menghadapi ujian kehidupannya masing-masing, hanya tinggal menunggu waktu kapan kebahagiaan itu akan datang menghampiri. :)
Beli bukunya dimana yaaa
ReplyDelete