Judul : Sylvia's Letters
Penulis : Miranda Malonka
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 200 Halaman
ISBN : 9786020315256
Rating : 4 dari 5
Rating : 4 dari 5
Blurb:
Ada surat-surat yang takkan pernah dikirim. Ada surat-surat yang telah dikirim dan mungkin tak pernah dibaca penerimanya.
Hidup mengajari Sylvia tentang obsesi. Persahabatan mengajarinya tentang masalah. Dan Sylvia yakin semua orang bisa diselamatkan dari masalah hidup mereka.
Hingga ia bertemu dengan Anggara, yang mengajarinya tentang cinta yang melepaskan ikatan. Dan untuk pertama kalinya Sylvia menyadari bahwa ia tidak bisa menjadi penyelamat semua orang.
Terkadang peraturan keselamatan tidak lagi berlaku ketika berkaitan dengan obsesi dan cinta.
***
Sylvia, seorang gadis kelas 2 SMA, bisa dibilang terlalu dewasa untuk anak seusianya. Pemikirannya begitu kritis saat menghadapi permasalahan yang terjadi di sekelilingnya. Ia tampil untuk membantu teman-temannya memecahkan permasalahan kehidupan yang mendera mereka.
Sementara itu Sylvia sendiri, jatuh cinta dengan seseorang bernama Gara yang mencuri perhatiannya saat sedang melakukan pementasan drama kelasnya. Sejak saat itulah Sylvia sering mengamati anak lelaki itu diam-diam. Bahkan, ia mencurahkan perasaannya dengan menuliskan surat kepada Gara yang berisi tentang curahan hatinya tentang apa saja: baik itu tentang perasaannya yang menggebu-gebu, atau permasalahan yang dialami orang-orang di sekeliling Sylvia. Surat itu tidak akan pernah sampai, begitu kata Sylvia, sehingga ia bebas menuliskan apa saja yang sebenarnya ingin dibagikannya pada Gara.
Surat itu berisi pemikiran Sylvia, tentang permasalahan teman-temannya berkaitan dengan orangtua mereka, atau eksistensi mereka yang tidak dianggap. Sylvia juga menceritakan tentang bagaimana pada akhirnya ia bisa mengobrol dengan Gara dan memulai cerita baru tentang hubungan keduanya.
Selain menghadapi obsesinya pada Gara, Sylvia juga memiliki permasalahan kepercayaan diri yang begitu payah. Dia merasa bahwa dirinya gemuk, meskipun anggapan orang terhadapnya tidak demikian. Sylvia berupaya mati-matian untuk menurunkan berat badannya.
Bagaimana kelanjutan hubungan Sylvia dengan Gara? Apakah Sylvia bisa membantu menyelesaikan permasalahan teman-temannya dan menuntaskan misinya untuk menurunkan berat badan?
***
Harus saya akui bahwa untuk anak seumuran Sylvia, gadis ini terlalu dewasa. Namun, bukan berarti itu tidak mungkin. Becermin pada diri saya sendiri, saya pun merasakan bahwa saat diri saya seusia Sylvia, saya pun sudah mulai memikirkan hal-hal yang tidak dipikirkan oleh anak- anak seumuran saya. Bergabung dengan organisasi yang bergerak dalam bidang pengkaderan dan keumatan membuat masa remaja saya diisi dengan mengurusi permasalahan yang terjadi di sekeliling saya, bukan lagi sekadar mengurusi permasalahan pribadi yang biasa dialami saat beranjak dewasa. Bukan berarti saya kehilangan masa di mana diam-diam naksir orang, trus patah hati, naksir orang lagi, ditaksir orang yang "salah" hahaha. Makanya di usia dewasa, saya musti bayar utang perkembangan sepertinya makanya akhir-akhir ini jadi sering ngebocah, hahaha. Malah jadi curhat.
Tapi di sini yang mau saya sampaikan adalah, bahwa apa yang ada dalam isi kepala Sylvia, segelintir remaja ada yang memikirkannya. Tentang bagaimana Sylvia berpikir tentang kehidupan binatang-binatang yang dalam tanda kutip dieksploitasi manusia, tentang permasalahan remaja saat ini yang kita tidak boleh menutup mata untuk menyadarinya. Tentang hamil di luar nikah, anoreksia, percobaan bunuh diri, kurang perhatian dari orangtua, ah semoga ini bukan termasuk spoiler ya. Untuk berhasil menyelipkan banyak isu-isu ini (sehingga bisa menjadi gambaran dan pelajaran berharga untuk remaja yang barangkali mengalaminya), saya angkat topi untuk penulis.
Tentang gaya penulisan yang lain dari biasanya, saya tidak mempermasalahkannya, bahkan justru ini menjadi poin plus untuk buku ini. Novel pertama yang saya punya dulu (zaman SMP kalau nggak salah) malah bercerita dengan menggunakan diary. Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken bagian pertama bercerita dengan buku surat. Kalau yang seperti ini saya pernah membacanya juga di Surat Panjang Tentang Jarak (apalah itu saya lupa judulnya).
Jadi, buku ini sudah punya dua nilai plus di mata saya, meskipun terkadang masih ada hal-hal yang menurut saya kurang logis seperti misalnya tentang mengapa tidak ada yang menyadari apa yang dilakukan oleh Sylvia dengan obsesinya untuk menurunkan berat badannya. Selebihnya, saya suka, meskipun saya merasa ada kecanggungan di sini tentang apakah gaya menulis di novel ini harus menggunakan bahasa baku (yang kaku atau barangkali supaya menegaskan tentang pemikiran Sylvia yang kelewat dewasa) atau degan menggunakan bahasa sehari-hari yang fleksibel seperti jiwa muda anak SMA.
Jadi ingin baca novel lain karya penulis, apakah dengan cara penyampaian yang seperti kebanyakan (tidak lagi dengan surat) karyanya akan sama memikatnya dengan sekarang.
0 komentar:
Post a Comment