Meniti Bianglala

Judul : Meniti Bianglala---The Five People You Meet in Heaven
Penulis : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 208 Halaman
ISBN : 9786020333397
Cetakan kedelapan, September 2016
Rating : 5 dari 5






"Tidak ada kehidupan yang sia-sia. Satu-satunya yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira kita hanya sendirian." ---halaman 55


Blurb:

Eddie bekerja di taman hiburan hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki dan merawat berbagai wahana. Tahun-tahun berlalu, dan Eddie merasa terperangkap dalam pekerjaan yang dirasanya tak berarti. Hari-harinya hanya berupa rutinitas kerja, kesepian, dan penyesalan.

Pada ulang tahunnya yang ke-83, Eddie tewas dalam kecelakaan tragis ketika mencoba menyelamatkan seorang gadis kecil dari wahana yang rusak. Saat menghembuskan napas terakhir, terasa olehnya sepasang tangan kecil menggenggam tangannya. Ketika terjaga, dia mendapati dirinya di alam baka. Dan ternyata Surga bukanlah Taman Eden yang indah, melainkan tempat kehidupan manusia di dunia dijelaskan lima orang yang telah menunggu. Lima orang yang mungkin orang-orang yang kita kasihi, atau bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita selamanya, tanpa kita sadari.

***

Eddie meninggal dunia saat sedang menjalankan tugasnya sebagai kepala maintenance di Ruby Pier. Saat itu sama seperti hari-hari lainnya. Eddie sudah melaksanakan rutinitasnya dengan baik. Namun sesuatu terjadi, sehingga membuat salah satu wahana di tempat itu rusak dan kecelakaan terjadi. Saat dia mencoba untuk menyelamatkan seorang gadis cilik itulah dia kehilangan nyawanya.

Penyebab kematian Eddie tidak disampaikan secara langsung, melainkan dalam bentuk potongan-potongan cerita yang menemani kita membaca kisah ini. Juga ditemani dengan penggalan-penggalan kisah berkesan yang terjadi di ulang tahun Eddie.


Setelah meninggal dunia, bayangan tentang surga berubah seketika karena yang ditemui Eddie adalah bianglala, tempatnya bekerja selama puluhan tahun itu. Di sana, ia bertemu dengan Lelaki Biru, dengan ceritanya yang memilukan. Si Lelaki Biru juga menceritakan sesuatu kepada Eddie. Bahwa sebelum ia bisa melanjutkan perjalanan, ia akan bertemu dengan lima orang yang berpengaruh dalam hidupnya, yang akan mengubah pandangannya terhadap arti kehidupan yang sudah dilaluinya.


Lalu, siapakah Orang Biru yang adalah orang pertama dari lima orang yang akan ditemuinya dan apa hubungannya pria aneh itu dalam kehidupan Eddie?


Pertemuan keduanya adalah dengan sang Kapten, di mana pada masa muda Eddie, dia menjadi seorang tentara dan diutus ke Filipina oleh negara. Di sana ia bertemu dengan Kapten. Kehidupan sebagai seorang tentara di daerah konflik benar-benar tidak menyenangkan. Eddie merasakan penderitaan mental yang dialaminya selama menjalani tugas tersebut. Dan Kapten, adalah salah satu orang yang membuat perubahan besar dalam hidupnya. 


Orang ketiga yang Eddie temui adalah seorang wanita di mana akan diungkapkan sebuah rahasia tentang ayahnya. Menurutnya, ia hidup jauh dari rasa kasih sayang ayahnya. Eddie yang menjalani puluhan tahun sebagai mekanik di Ruby Pier, merasa benci karena dirinya harus terkait dengan ayahnya, karena ia harus menjalani hidup yang dijalani ayahnya sebelum ia tiada. Dan kejutan lainnya menanti Eddie di sana.


Sebelum bertemu dengan orang keempat, Eddie dibawa untuk menyaksikan banyak pernikahan. Bahwa semasa hidupnya ia tidak suka dengan yang namanya pernikahan. Ia juga tidak percaya dengan cinta. Sampai suatu ketika, Eddie bertemu dengan Marguerite. Kehidupannya dengan Marguerite yang sederhana, namun penuh cinta. Hingga ia harus merasakan kehilangan saat sesuatu yang dimilikinya pergi. Pada orang keempat, Eddie belajar tentang bagaimana cinta dan betapa besar pengaruhnya dalam hidup seseorang.


Sekarang, ia sudah sampai pada orang kelima. Seseorang yang tidak terduga hadir dalam kehidupannya, memorakporandakan perasaannya. Terlebih lagi, orang terakhir yang ditemuinya mengajarkan pada Eddie bahwa segala sesuatu dalam hidup manusia, akan berkaitan dengan kehidupan orang lain juga. Bahwa tidak ada satu pun yang hidup di dunia ini tanpa memberikan arti pada kehidupan orang lain. Eddie belajar pada orang terakhir bahwa kehidupannya yang selama ini ia kira biasa saja, justru mempunyai maksud dan tujuan yang besar. Tidak hanya pada diri kita sendiri, melainkan untuk orang lain yang bahkan tidak pernah kita kenal sebelumnya.



***


Novel ini memiliki kesan spiritual yang kuat, berbicara tentang kehidupan setelah kematian. Bagaimana dari sebuah karya fiksi kita bisa memaknai kehidupan yang belum akan kita jalani itu. Membaca Meniti Bianglala, membuat kita mengalami perjalanan spiritual yang indah, tentang makna kehidupan yang sering tidak kita sadari selama ini. Tentang betapa berharganya waktu, kehidupan manusia yang saling berkaitan satu sama lain, tentang cinta, memaafkan, dan banyak lagi makna lain yang luput dari pemahaman kita sehari-hari.

Melalui Eddie, Mitch Albom mengajak pembaca melakukan perjalanan kehidupan, bertemu dengan lima orang tidak terduga, mengambil banyak pelajaran di sana. Perjalanan pertama mengajarkan manusia bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang berkesinambungan. Ketika kehidupan seseorang harus berakhir, sesungguhnya makna keberadaannya diteruskan oleh orang lain, disadari atau tidak.


"Itu karena jiwa manusia tahu, jauh di lubuk hati mereka, bahwa semua kehidupan saling berkaitan. Kematian bukan hanya mengambil seseorang, tapi juga luput dari orang lain, dan di celah kecil antara kena dan nyaris, kehidupan berubah." ---halaman 53

Perjalanan kedua membawa Eddie bertemu dengan sang Kapten, di mana ia mengajarkan tentang makna pengorbanan yang barangkali sering luput dari kacamata pengamatan manusia. Tentang hubungan sebab-akibat yang akan mengikat manusia dalam takdir kehidupannya. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Bahkan sekecil apa pun keputusan yang dibuat dalam sebuah fase kehidupan, adalah sebuah jalan terbaik yang diberikan Tuhan untuk memahami makna kehidupan, makna pengorbanan, dan agar manusia dapat menggali hikmah kehidupan darinya.

Lalu Eddie melanjutkan ke perjalanan ketiga, di mana ia bertemu dengan orang yang sama sekali asing, namun memiliki hubungan kedekatan yang tidak terkira dalam kehidupannya. Tentang sebab-musabab pertalian mereka, dan juga sebagai orang yang akan memahamkannya dengan sebuah pemahaman terbaru tentang kata "memaafkan". Betapa ketika kita memiliki kebencian terhadap seseorang yang menurut kita berkontribusi menghancurkan kehidupan kita, adalah seseungguhnya sebagai tempat pembelajaran bagi kita untuk belajar memberikan maaf.


"Menyimpan rasa marah adalah racun. Menggerogotimu dari dalam. Kita mengira kebencian merupakan senjata untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri kita sendiri." ---halaman 145

Perjalanan keempat menyadarikan Eddie tentang makna cinta. Bahwa cinta tak akan pernah pudar dalam kehidupan manusia, meskipun orang tersebut telah tiada. Tentang betapa sebuah makna pernikahan yang semakin lama usia semakin memudar. Menyadarkan tentang cinta akan tetap ada dan mengokohkan, bahkan ketika kehidupan menghantamnya dengan menciptakan gersang yang menyerang.


Cinta, seperti hujan, bisa menyuburkan dari atas, menghujani pasangan dengan keceriaan. Tapi kadang-kadang, dalam panasnya kehidupan, cinta seolah kering di permukaan dan harus tergantung pada akarnya yang tertanam dalam untuk membuatnya tetap hidup. ---halaman 169

Perjalanan terakhir adalah perjalanan tentang kesadaran, bahwa kehidupan adalah tentang memberi makna, tentang kehidupan yang sesungguhnya. Eddie boleh merasa bahwa hidup baginya terasa stagnan. Ia menghabiskan masa tua dengan memperbaiki dan memastikan bianglala agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Ia tidak menyadari, bahwa upaya sekecil itu adalah untuk kebaikan yang jauh lebih besar, yang tidak pernah disadarinya. Pertemuan dengan orang kelima adalah reuni jiwa dengan jiwa lain yang bahkan tak pernah ditemuinya, yang berhasil memberikan kesadaran bahwa hidup adalah jalinan takdir yang di dalamnya berkaitan dengan pemberian makna.

Sesungguhnya, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan bahwa tak ada sehelai pun daun yang berguguran tanpa izin dari Tuhan. 

Terima kasih atas makna indah tentang kehidupan yang telah disajikan Mitch Albom dalam novel ini.



7 komentar:

  1. Saya puny bukunya, jadi inget belum dibaca. Ternyata menarik juga ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Novel ini bagus sekali... terima kasih sudah mampir ;)

      Delete
  2. Pas baca bagian saat2 terakhir sama Marguirette, eh ada yg play lagunya Krisdayanti 'Dalam Kenangan'. O my God. Air mata langsung bercucuran deras! This novel is awesome. Even better than the fault of our stars sama the notebook. Recommended! Thank you for sharing.

    ReplyDelete
  3. bagus banget novel ini novel karangan mitch albom ga mengecewakan

    harga scania truck

    ReplyDelete
  4. terima kasih utk review singkat ttg novel ini :) saya punya bukunya dan belum sempat baca, setelah mampir di halaman ini saya merasa semangat ingin membacanya :)
    thanks again :)

    ReplyDelete

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)