Love in Pompeii

Judul : Love in Pompeii
Penulis : Indah Hanaco 
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 240 Halaman
ISBN : 9786020334523
Edisi Pertama, Oktober 2016
Rating : 4 dari 5




"Tapi, ada banyak hal yang harus kautahu tentangku sebelum membuat keputusan drastis..."
"Nanti saja. Kau punya waktu seumur hidup untuk menceritakannya padaku."


Blurb:

Callum Kincaid, salah satu magnet Formula One, gagal menikah dengan kekasih modelnya. Pria yang sejak remaja sudah dikenal sebagai lady killer dan selalu mengencani gadis catwalk, memutuskan untuk tidak terikat komitmen dengan siapa pun untuk sementara. Tapi, kepindahan ke Hampstead dan ciuman yang terinterupsi, mengubah segalanya. Adalah Gladys Zayna Raviv, perempuan muda dengan pengalaman hidup yang mematangkannya lebih dari semestinya. Selalu menjaga jarak aman dari kaum pria karena terbebani dosa masa lalu. Hingga tiba hari ketika seporsi apple pie membuatnya mengenal pria bermata sangat biru dan wajah berbintik-bintik.

Meski Gladys ingin menjauh dari Callum, semesta tampaknya dengan keras kepala justru melakukan sebaliknya. Ditambah dengan Lulu, si orang ketiga antimainstream yang mementahkan semua upayanya.

Gladys berusaha menyangkal kebenaran yang disuarakan hatinya, hingga perjalanan ke Pompeii meruntuhkan segalanya. Hatinya tak lagi aman dari pesona Callum.

Sayang, kembali ke Hampstead, mereka ditunggu oleh kejutan besar. Masa lalu memang seperti hantu, menuntut untuk digenapi. Bisakah Gladys dan Callum bertahan dan memiliki keberanian untuk mengakui perasaan yang sudah begitu transparan? 

***

Kisah ini adalah mengenai dua tetangga yang memiliki hubungan spesial yang terikat oleh seorang gadis cilik yang begitu menarik perhatian bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Di balik kehidupan yang bertolak belakang, dan dengan masa lalu yang kurang menyenangkan, keduanya menjalani kehidupan bertetangga yang manis. Hubungan itu pun semakin lama kian dekat. Sebuah kisah romantis dibalut dengan background pekerjaan serta upaya untuk menjalani hidup yang telanjur suram akibat kubangan masa lalu yang kelam.

Adalah Gladys tokoh utama kita, yang oleh penulis digambarkan sebagai seorang muslimah yang berjuang menghidupi anaknya di sebuah tempat jauh dari tanah air. Karena kesalahan masa lalunya membuat ia menanggalkan identitas kemuslimahannya di negeri orang. Meskipun, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. 

Gladys adalah seorang single mom dengan anak perempuan kecil berusia lima tahun bernama Lulu. Semenjak kejadian tidak menyenangkan dalam hidupnya enam tahun yang lalu, ia tinggal di Hampstead, London, dan bekerja di salah satu perusahaan fashion milik tantenya berlabel Monarchi. Bersama Herra tantenya yang lain, dan Lulu anaknya, ia menjalani kehidupan yang baru di Hampstead.

Suatu hari, penghuni baru di sebelah rumahnya mengejutkan Gladys dengan adegan ciuman di pagi buta. Karena sebuah tradisi bahwa penghuni baru di tempat ini akan disambut dengan apple pie sebagai salam perjumpaan, Gladys mengetuk pintu rumah tetangga dengan apple pie buatannya, bersama Lulu anaknya. Malang bagi Gladys, si bocah balita yang memang mempunyai kecenderungan menempel dengan pria dewasa, langsung dekat begitu saja dengan orang baru tersebut, yang bernama Callum Kinkaid, seorang pembalap Formula One.

Karena penghuni sebelumnya cukup akrab dengannya dan Lulu, dan gadis cilik itu sering menggunakan kolam renang di halaman belakang mereka, perjumpaan ini pun dihiasi dengan permintaan Lulu untuk berenang di sana. Gladys melayangkan protes, tapi si tetangga baru mengabulkan permintaan gadis kecil itu dan mengabaikan penolakan dari Gladys. 

Kedekatan mereka terus berlanjut, terutama karena Callum telanjur jatuh hati dengan Lulu. Ia sering membawakan hadiah pada anak kecil itu. Di sisi lain, kedekatan anaknya dengan pria itu membuat Gladys resah. Ia merasa sedih karena Lulu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Dan dari kedekatan Callum dengan Lulu, membuat hati Gladys terkoyak. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa mengingat Callum tidak merasa keberatan dengan perlakuannya pada gadis cilik itu.

Sementara itu, Callum yang seorang publik figur sedang dekat dengan seorang model bernama Phoebe. Dengan wanita itu, Callum menjalani hubungan tanpa ikatan. Callum merasa trauma dengan ikatan apa pun mengingat ia pernah gagal membina hubungan saat dikhianati tunangannya jelang menikah. Gladys sendiri, setelah mengalami kejadian menyakitkan di masa lalu, membuatnya menutup hati dan menjaga jarak dengan pria mana pun yang ia temui.

Hubungan keduanya semakin dekat terlebih lagi ketika Callum sedikit memaksa untuk melakukan liburan ke Napoli, bersama Lulu dan Herra. Setelah pada akhirnya mereka sepakat juga untuk pergi bersama. Di reruntuhan kota Pompeii, cerita mereka perlahan-lahan menemukan judul lainnya, meskipun Gladys mengalami perubahan drastis selepas dari sana. Ditambah lagi, banyak kejadian yang mengejutkan setelah kepulangan mereka dari liburan tersebut.

Apakah keduanya pada akhinya berhasil menemukan kebahagiaan dan meruntuhkan jurang perbedaan yang ada?

***

Bisa dikatakan bahwa novel ini mempunyai paket komplit. Selain tagline Around The World With Love yang membuat ekspektasi pembaca terhadap novel ini berkaitan dengan kekuatan setting cerita, ada beberapa hal lain yang menjadi sorotan saat membacanya. Misalnya, chemistry yang melekat pada karakter-karakternya, jalinan plot yang kuat, plot-twist tidak terduga, dan kemampuan penulis dalam mendalami riset sehingga para tokoh ini memiliki latar belakang dan kehidupan yang melekat.

Penulis menggambarkan sosok Gladys yang terpenjara oleh masa lalu, dan bagaimana ia menjalani kehidupan setelah itu. Lalu, ketika ia berkenalan dengan Callum, si pujaan hati banyak wanita, ia mulai membuka diri. Bukan karena ketampanan atau kekayaannya yang melimpah, melainkan kedekatan pria itu dengan anaknya yang berumur lima tahun. Kehadiran Callum membuat warna tersendiri dalam hidup Lulu. Chemistry yang terbangun dari kisah mereka, dialog yang muncul dari keduanya, membuat cerita ini begitu manis.

Penulis membuat sosok Callum yang terkesan too good to be true: tampan, kaya raya, punya prestasi dalam bidang otomotif. Namun, penulis juga merangkainya dalam suatu hubungan sebab-akibat yang logis. Di satu sisi Callum terlihat sempurna, di sisi lain ia punya banyak hal dalam kehidupannya yang tidak sempurna. Hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga membuatnya melarikan diri dalam karir balap yang ia bangun sejak remaja. Meskipun diperhitungkan dalam balapan, namun Callum tidak yang selalu memenangi pertandingan. Maka, sosok Callum benar-benar tampil dengan perjuangannya yang itu berhasil membuat pembaca memiliki simpati padanya. Apalagi, kisah percintaannya yang pernah kandas, kehidupan yang jauh dari bayangan orang-orang terhadap kaum sosialita dan publik figur, membuat sosok ini tidak seperti yang disangka pada awalnya.

Saya angkat topi dengan kemampuan riset yang dimiliki penulis. Ketika penulis menjelaskan tentang dunia balap, lengkap dengan segala macam penjelasan yang disertakannya, membuat pembaca ikut merasakan apa yang sedang dilakukan Callum atas pekerjaannya. Suasana balapan yang kental, kehidupan sirkuit dan istilah-istilah asing bagi yang kurang familiar dengan Formula One dapat dengan mudah dipahami. 

Dari segi setting pun, penulis berhasil membawa pembacanya melanglang buana dari Hampstead menuju Pompeii. Deskripsi setting di Napoli, berikut destinasi wisata yang dijalani oleh tokoh-tokoh ini benar-benar bersesuaian dengan apa yang terjadi saat saya mencari tahu sendiri keadaan negara itu via google. Semuanya pas, dan tidak berlebihan. Ketika Callum dan keluarga Gladys mendapatkan tur singkat di Pompeii, pembaca pun seolah sedang ikut bertualang di sana.

Plot cerita disusun secara apik dengan chemistry sebagai kekuatan utamanya. Setting tempat turut melengkapi dan membangun kisah ini, tidak sekadar menjadi tempelan belaka. Dari sisi religiusitas yang diangkat oleh seri ini, saya mengacungkan jempol pada penulis yang berhasil membangun sebuah cerita dengan sedikit sentuhan religi di sana. 

Saya mempunyai pandangan tersendiri dan standar yang tinggi tentang sebuah cerita religi. Dan kalau boleh jujur, sebenarnya saya cukup menghindari bacaan dengan tema ini (karena standar saya terhadap kisah berbau religi adalah bersandar pada penulis-penulis top yang secara khusus mengambil jalur ini untuk karya mereka). Mengapa? Karena jujur saya sering kecewa dengan novel-novel religi yang "memaksakan" tokohnya untuk tampil secara sempurna dan tanpa cela. Ini membuat sedikit saja tokoh itu melakukan kesalahan, akan dibebankan dengan penilaian yang jauh berbeda dengan apabila kesalahan tersebut menimpa orang lain yang mungkin kadar keshalihannya (menurut pandangan mata orang awam) lebih rendah. Karenanya, dunia novel religi didominasi tokoh yang "dipaksakan" sempurna. Atau, yang membuat kalimat-kalimat nasihat secara tersurat sehingga kesan menggurui begitu kentara saat membacanya.

Namun, penulis membalik kesan itu dengan menampilkan sosok seorang muslimah yang apa adanya. Ia membuat kesalahan yang sangat fatal, bahkan hingga membuatnya berada dalam titik terendah dalam keimanannya dan menanggalkan identitas keislamannya karena kesalahan itu. Tapi ia terus bangkit dan membenahi diri. Ajaran tentang keislaman disampaikan dengan jauh dari kata menggurui. Apalagi, memang kisah ini ber-setting luar negeri di mana tentu saja tantangan dalam bertaat pada Islam jauh lebih berat dibanding dengan di dalam negeri. Kisah ini jauh dari kesan menggurui, justru pembaca dapat becermin dari ceritanya dan bisa mengambil hikmah dari apa yang dialami oleh tokoh-tokohnya.

Dari segi penulisan, gaya bahasa Indah Hanaco begitu mengalir meskipun deskripsi dan dialog menggunakan kalimat baku. Saya mendapatkan banyak kosakata baru dari membaca novel ini, misalnya: glabela, lesi (yang mulanya saya kira typo dari kata "lesu"), dan masih banyak lagi. Dan novel ini benar-benar minim kesalahan penulisan (saya hanya menemukan satu saja). 

Salut dengan penulis yang merampungkan cerita ini hanya dalam waktu satu minggu saja.

Saya melakukan wawancara dengan penulis, yang membahas seputar seluk-beluk penulisan novel Love in Pompeii ini. Untuk mengetahuinya, bisa dilihat di sini.


1 komentar:

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)