Penulis : Wiwid Prasetyo
Penerbit : Safirah (Diva Press)
ISBN : 9786027640115
Tebal Buku : 470 Halaman
Rating : 5 dari 5
Satu kata tentang novel ini: SUBHANALLAH....
Penulis menceritakan tentang riwayat Nabi Musa As dengan lengkap dan mendetail. Cerita sejarah yang disajikan dalam bentuk novel ini berhasil membuat pembacanya larut dalam ceritanya. Jarang-jarang saya bisa merasakan emosi yang coba disuguhkan pembaca tentang isi cerita dan di novel ini, saya dapatkan semuanya. Kesatuan cerita yang utuh, dari sejarah Firaun sebelum Ramses, sampai ke zaman Ramses (Firaun yang kita kenal tenggelam di Laut Merah) dan cerita tentang Nabi Musa yang biasanya diceritakan sepotong-sepotong.
Oh iya, review saya mengandung spoiler (tapi ya, pasti sudah pada tahu kan bagaimana cerita Nabi Musa, hehehe). Diceritakan tentang Nabi Musa As dari dalam kandungan, kemudian lahir, dilarutkan ke sungai Nil, dijadikan anak dan berada dalam pengasuhan Isinofre (Siti Asiyah), kemudian besar dan keluar dari istana. Belum selesai sampai di situ, Moses kembali ke pangkuan ibundanya, bekerja di bawah rezim Ramses, kemudian tanpa sengaja membunuh orang Mesir, melarikan diri ke negeri Madyan, bertemu dengan Zipora yang kemudian diperistrinya. Moses menggembalakan ternaknya selama sepuluh tahun demi melunasi mahar atas perkawinannya. Setelah selesai melunasinya, Nabi Musa As kembali ke perkampungan Bani Israil untuk kembali ke rumah ibundanya. Namun saat kembali, didapati bahwa ibunya, Yokhebed, sudah meninggal dunia. Dalam perjalanan pulang itulah Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk memberikan risalah kepada kaumnya, Bani Israil, untuk kembali ke ajaran tauhid. Bagaimana beliau bertemu dengan Harun saudaranya, dan kemudian berdua mengemban risalah kenabian. (Uh, panjang ya saudara-saudara, kelanjutan cerita silakan dibaca sendiri, dan pastinya sudah tahu dong bagaimana cerita Nabi Musa, hehe.)
Nah, yang mau saya kemukakan di sini, bagaimana saya dibuat larut dalam beberapa penggal (sebenarnya banyak) cerita tentang kisah Moses. Pertama, bagaimana seorang Yokhebed (dalam Islam dikenal nama Yukabad) adalah sosok seorang istri panutan. Bagaimana dia menenangkan suaminya dan mempertahankan keyakinan yang dianutnya di tengah kekejaman rezim Ramses yang memerintahkan untuk menyembah berhala. Kemudian bagaimana dia berjuang untuk pergi ke rumah Miriam, adiknya, demi bisa melahirkan anak--karena pada zaman itu diberlakukan kebijakan untuk membunuh setiap anak laki-laki.
Kedua, saya merasa JATUH CINTA BERKALI-KALI DENGAN MOSES. Sosok Nabi Musa benar-benar sosok nabi yang manusiawi sekali. Beliau memiliki pendirian yang keras dan teguh, namun juga memiliki kelemahan dan dosa kemudian bertaubat kembali. AH POKOKNYA SAYA JATUH CINTA. Nabi musa sosok yang tegas, karena itu beliau kurang bisa lembut dan berpikir jernih sehingga Allah mengutus Harun untuk melengkapi. Nabiyullah Harun As, adalah sosok yang lembut dan pandai mengatur kata, sehingga keduanya dapat bersinergi ketika berhadapan dengan Ramses. Ketika Nabi Musa dirasa sombong oleh Allah, Allah pun langsung menegurnya dengan diminta mencari seorang yang lebih bijak untuk dapat berguru padanya, yakni Nabi Khidir.
Ketiga, saya kesal--pake banget--sewaktu diberikan gambaran bagaimana perilaku kaum Bani Israil. Kesel banget sampai gondok. Bayangkan saja, mereka sudah diselamatkan daricengkraman raja yang lalim, sudah dberikan makanan gratis berupa manna dan salwa, lha disuruh beriman saja masih ada yang ingkar. Kurang baik apa Allah memberi mereka nikmat lantas masih saja dikufuri. Oke, kalem, hehe.
Panjang yah. Tapi masih mau membahas banyak lagi. Kalau selama ini saya mendapati cerita Nabi Musa atau tentang Firaun itu sepotng-sepotong, maka di sini semuanya disatukan. Ada cerita Masyitah, Qorah (Karun), Siti Asiyah (Isinofre), Yehezkiel (ini termasuk yang baru saya dengar), juga tentang Nabi Khidir.
Intinya, keren. Terlepas dari banyaknya typo (yang anehnya, itu ngga mempengaruhi saya untuk mengurangi bintang), saya senang baca novel ini, yang membuat saya JATUH CINTA LAGI DENGAN NABI MUSA. CINTA LAGI, DAN LAGI...
Penulis menceritakan tentang riwayat Nabi Musa As dengan lengkap dan mendetail. Cerita sejarah yang disajikan dalam bentuk novel ini berhasil membuat pembacanya larut dalam ceritanya. Jarang-jarang saya bisa merasakan emosi yang coba disuguhkan pembaca tentang isi cerita dan di novel ini, saya dapatkan semuanya. Kesatuan cerita yang utuh, dari sejarah Firaun sebelum Ramses, sampai ke zaman Ramses (Firaun yang kita kenal tenggelam di Laut Merah) dan cerita tentang Nabi Musa yang biasanya diceritakan sepotong-sepotong.
Oh iya, review saya mengandung spoiler (tapi ya, pasti sudah pada tahu kan bagaimana cerita Nabi Musa, hehehe). Diceritakan tentang Nabi Musa As dari dalam kandungan, kemudian lahir, dilarutkan ke sungai Nil, dijadikan anak dan berada dalam pengasuhan Isinofre (Siti Asiyah), kemudian besar dan keluar dari istana. Belum selesai sampai di situ, Moses kembali ke pangkuan ibundanya, bekerja di bawah rezim Ramses, kemudian tanpa sengaja membunuh orang Mesir, melarikan diri ke negeri Madyan, bertemu dengan Zipora yang kemudian diperistrinya. Moses menggembalakan ternaknya selama sepuluh tahun demi melunasi mahar atas perkawinannya. Setelah selesai melunasinya, Nabi Musa As kembali ke perkampungan Bani Israil untuk kembali ke rumah ibundanya. Namun saat kembali, didapati bahwa ibunya, Yokhebed, sudah meninggal dunia. Dalam perjalanan pulang itulah Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk memberikan risalah kepada kaumnya, Bani Israil, untuk kembali ke ajaran tauhid. Bagaimana beliau bertemu dengan Harun saudaranya, dan kemudian berdua mengemban risalah kenabian. (Uh, panjang ya saudara-saudara, kelanjutan cerita silakan dibaca sendiri, dan pastinya sudah tahu dong bagaimana cerita Nabi Musa, hehe.)
Nah, yang mau saya kemukakan di sini, bagaimana saya dibuat larut dalam beberapa penggal (sebenarnya banyak) cerita tentang kisah Moses. Pertama, bagaimana seorang Yokhebed (dalam Islam dikenal nama Yukabad) adalah sosok seorang istri panutan. Bagaimana dia menenangkan suaminya dan mempertahankan keyakinan yang dianutnya di tengah kekejaman rezim Ramses yang memerintahkan untuk menyembah berhala. Kemudian bagaimana dia berjuang untuk pergi ke rumah Miriam, adiknya, demi bisa melahirkan anak--karena pada zaman itu diberlakukan kebijakan untuk membunuh setiap anak laki-laki.
Kedua, saya merasa JATUH CINTA BERKALI-KALI DENGAN MOSES. Sosok Nabi Musa benar-benar sosok nabi yang manusiawi sekali. Beliau memiliki pendirian yang keras dan teguh, namun juga memiliki kelemahan dan dosa kemudian bertaubat kembali. AH POKOKNYA SAYA JATUH CINTA. Nabi musa sosok yang tegas, karena itu beliau kurang bisa lembut dan berpikir jernih sehingga Allah mengutus Harun untuk melengkapi. Nabiyullah Harun As, adalah sosok yang lembut dan pandai mengatur kata, sehingga keduanya dapat bersinergi ketika berhadapan dengan Ramses. Ketika Nabi Musa dirasa sombong oleh Allah, Allah pun langsung menegurnya dengan diminta mencari seorang yang lebih bijak untuk dapat berguru padanya, yakni Nabi Khidir.
Ketiga, saya kesal--pake banget--sewaktu diberikan gambaran bagaimana perilaku kaum Bani Israil. Kesel banget sampai gondok. Bayangkan saja, mereka sudah diselamatkan daricengkraman raja yang lalim, sudah dberikan makanan gratis berupa manna dan salwa, lha disuruh beriman saja masih ada yang ingkar. Kurang baik apa Allah memberi mereka nikmat lantas masih saja dikufuri. Oke, kalem, hehe.
Panjang yah. Tapi masih mau membahas banyak lagi. Kalau selama ini saya mendapati cerita Nabi Musa atau tentang Firaun itu sepotng-sepotong, maka di sini semuanya disatukan. Ada cerita Masyitah, Qorah (Karun), Siti Asiyah (Isinofre), Yehezkiel (ini termasuk yang baru saya dengar), juga tentang Nabi Khidir.
Intinya, keren. Terlepas dari banyaknya typo (yang anehnya, itu ngga mempengaruhi saya untuk mengurangi bintang), saya senang baca novel ini, yang membuat saya JATUH CINTA LAGI DENGAN NABI MUSA. CINTA LAGI, DAN LAGI...
0 komentar:
Post a Comment