Judul : A Hellion in Her Bed - Pertaruhan Hati Sang Lord
Penulis : Sabrina Jeffries
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 448 Halaman
ISBN : 9786020317663
Rating : 3 dari 5
***
"Kau sungai dan aku pohon. Pohon tidak akan bisa mengikuti sungai, dan sungai tidak akan bisa tinggal dengan pohon." ---halaman 323
Blurb:
Kesal dengan ultimatum sang nenek yang memaksanya menikah tahun ini atau akan kehilangan warisan, Lord Jarret Sharpe mencoba peruntungannya—serta mempertaruhkan hatinya—di meja judi, melawan seseorang yang diyakininya akan kalah.
Sisi penjudi dalam diri Jarret tak bisa menolak ketika Annabel Lake mengajukan taruhan. Jika wanita itu memenangkan permainan kartu, Jarret harus membantu keluarga Anna menyelamatkan pabrik bir keluarga Lake. Tetapi, jika Jarret yang menang, Anna harus menghabiskan waktu bersamanya.
Hasil taruhan tersebut mengarah pada serangkaian kejadian yang mengancam rencana Jarret semula. Ketika Jarret mengetahui rahasia di balik taruhan itu, ia memaksa Anna mengulang taruhan mereka—dan kali ini Jarret bersumpah tidak akan membiarkan dirinya dikalahkan wanita.
***
Lord Jarret dipercaya untuk menangani Brewery milik keluarga. Mungkin karena Hetty Plumtree melihat bahwa Jarret lebih bisa dipercayanya untuk mengelola pabrik anggur itu ketimbang kakaknya, Oliver. Namun, kondisi pabrik tidak sedang baik. Jarret menggunakan kesempatan ini untuk berunding dengan neneknya. Jika ia berhasil memperbaiki kondisi pabrik, maka kesepakatan pernikahan terhadapnya dan adik-adiknya akan ditangguhkan. Sang nenek memang membuat pernyataan untuk tidak mewariskan sedikit pun harta kekayaan kepada cucu-cucunya kalau mereka tidak berhasil menikah dalam jangka waktu satu tahun.
Jarret, dengan kebiasaannya suka mabuk-mabukan dan berjudi, tidak ingin menikah dan tidak percaya dengan yang namanya cinta. Lalu, pertemuannya dengan Annabel membuat segalanya berjalan dengan tidak semestinya.
Annabel adalah seorang wanita muda pemilik perusahaan anggur yang tidak terlalu dikenal. Karena kesulitan ekonomi yang menimpa perusahaannya, ditambah dengan kakaknya yang tidak bisa diandalkan untuk mengurus pabrik karena kebiasaannya yang suka mabuk-mabukan. Ia harus mengambil kendali atas situasi ini. Dan ia mempunyai rencana untuk mendekati pemilik Brewery yang terkenal di Halstead Hall.
Lalu, Anna dan Jarret bertemu di meja judi. Mereka membuat pertaruhan, jika Anna memenangkan perjudian, Jarret harus memenuhi permintaannya, begitu pula sebaliknya. Dari pertemuan inilah, kisah mereka terjalin. Ada banyak rahasia yang belum terkuak, tentang masa lalu Anna yang suram, tentang kondisi pabriknya yang sebenarnya. Juga, tentang bagaimana Jarret menggunakan Anna untuk mengelabui neneknya, yang berhubungan dengan ultimatum pernikahan itu.
***
Ini buku harlequin dan historical romance pertama yang saya baca *yeay* dan untungnya, berhasil memikat saya dan membuat saya cukup menyukai genre ini. Ceritanya bagus, menantang, manis-manis sedap begitu. Tentang Jarret dan Annabel, dua sosok yang mempunyai karakter kuat dan cukup memukau. Anna, bisa dibilang tidak seperti gadis Renaissance pada umumnya. Ia berani, nekat, dan akan melakukan apa saja untuk sesuatu yang diyakininya.
Plot cerita ini cukup bagus, menantang, dan tidak membosankan. Kisah romantismenya dapat, dan juga, dari empat ratusan halaman, membuat saya ingin terus membacanya sampai habis. Apalagi, ada plot utama yang dibangun dalam seri Halstead Hall ini. Tentang Sharpe bersaudara dan perjuangan mereka menemukan cinta. Juga, tentang masa lalu yang melingkupi kebenaran seputar kematian orangtuanya. Di sini sepertinya lebih menantang dari seri sebelumnya yang menceritakan tentang Oliver (baca: The Truth About Lord Stoneville).
Intinya, saya suka. Dan tidak sabar untuk membaca kelanjutan cerita adik-adik Sharpe lainnya.
Baca seri Hellions of Halstead lainnya di sini.
Baca seri Hellions of Halstead lainnya di sini.
***
"Begitulah kata si sungai. Bukan saja pohon tidak bisa mengikuti sungai, tapi jika dia berendam di dalamnya, pohon akan membusuk mati." ---halaman 323
0 komentar:
Post a Comment