Judul : Starlight
Penulis : Dya Ragil
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 264 Halaman
ISBN : 9786020327532
Rating : 3 dari 5
“Bakal kusedot semua cahaya dari bintang-bintang yang kelewat dekat. Hati-hati, bisa aja kamu salah satunya.”
Gimana rasanya satu kelompok belajar sama murid-murid berbeda kepribadian? Harusnya sih seru, tapi Wulan merasa kebalikannya. Dia bete mesti sekelompok sama Lintang—saudara kembarnya yang lebih disayang sang ayah, Bagas si genius bermulut besar, Nindi yang galak dan dingin, juga Teguh si biang onar. Hubungan kelimanya makin kacau waktu sekolah mengadakan seleksi perwakilan untuk olimpiade sains.
Di tengah persiapan olimpiade, Wulan harus menghadapi sang ayah yang selalu meragukan dirinya, mantan pacar yang kerap menindas saudaranya, juga mantan gebetan yang terus mengganggu konsentrasinya.
Akankah kehidupan SMA Wulan berjalan mulus? Atau dia gagal membuktikan kemampuannya?
***
"Dulunya alam semesta itu nol, nggak ada apa-apa. Terus ada ledakan besar, kemudian lahir materi-materi pembentuk benda langit, pelan-pelan mengembang sampai jadi alam semesta yang luas banget kayak sekarang. Kamu tahu apa artinya itu?"
"Apa?"
"Artinya, bahkan orang bodoh pun punya potensi. Yang awalnya nol besar pun bisa meledak jadi hebat kalau mau usaha." --- Halaman 10
***
Wulan dan Lintang adalah saudara kembar. Meskipun begitu, Wulan merasa bahwa perlakuan Ayah padanya berbeda seperti saat Ayah--yang seorang dosen fisika dan pemilik bimbingan belajar terkenal di kotanya--memperlakukan Lintang. Lintang adalah seorang anak yang pintar, tidak mustahil baginya bisa menembus olimpiade bahkan memenangkannya. Tapi masalahnya, yang punya passion di bidang astronomi sebenarnya adalah Wulan. Sedihnya, sang ayah maupun orang-orang sekelilingnya menganggap skeptis kemampuan Wulan yang tidak menonjol.
Sementara Lintang, di balik sikapnya yang menunjukkan bahwa dia adalah tipikal seorang pemimpin--Lintang ini ketua kelas, dan sejauh yang bisa ditampilkan sebagai karakternya, dia cukup bisa memimpin kelas yang bisa dibilang..., memiliki keragaman dalam hal kepribadian--Lintang menyimpan masa lalu yang kelam. Kisah di masa lalunya yang kurang menyenangkan hanya diketahui oleh segelintir orang saja. Wulan misalnya, dan guru fisika yang baru saja mengajar di kelas mereka, dan Teguh. Kejadian itulah yang membuat Lintang dan Teguh menjadi sulit untuk akur.
Teguh seorang yang cukup tertutup. Namun, dia terkenal sebagai siswa yang bermasalah karena sering tak acuh terhadap pelajaran. Sikap cueknya ini bukan hanya pada pelajaran saja, melainkan ditujukan pula kepada guru yang mengajar, dan juga orang-orang sekitarnya. Teguh menyimpan permasalahan yang pelik dalam hidupnya yang membuatnya bersikap seperti ini. Dan ternyata, permasalahan itu berhubungan dengan Lintang. Padahal, sebelumnya Teguh dan Lintang adalah dua orang sahabat kental semasa SMP. Bahkan, Teguh adalah mantan pacarnya Wulan.
Di kelas mereka, ada pula sosok menyebalkan sekaligus trouble maker bernama Bagas. Tidak cukup hanya di sini saja, kelakuan Bagas dilengkapi dengan predikatnya sebagai juara kelas dan pemenang beberapa lomba mata pelajaran se-DIY. Bagas adalah sosok yang menyebalkan sekali. Suka meremehkan orang namun..., yeah, meskipun dia mempunyai alasan untuk itu karena kemampuannya memang di atas rata-rata, tapi kemudian tidak menjadi alasan untuk seseorang berlaku sombong, bukan?
Dan ada lagi seorang gadis ambisius dan juga pintar bernama Nindi. Sikap Nindi juga menyebalkan. Meskipun pendiam dan di balik sikap menyebalkannya itu, ia menyimpan sedikit rahasia tentang ambisi dan cita-cita yang ingin diraihnya.
Masalah muncul saat tanpa sengaja kelima orang ini berkumpul dalam kelompok belajar yang sama. Terlebih lagi dengan ambisi Wulan yang ingin membuktikan kepada ayahnya--dan juga Bagas--bahwa dirinya mampu bersaing untuk menempati kursi sebagai perwakilan sekolah pada olimpiade astronomi.
Ini adalah sebuah kisah dari bangku SMA, di mana persahabatan serta impian dan ambisi bercampur jadi satu. Ada bumbu romansanya juga khas anak SMA, lalu ada jalinan cerita yang rumit berjalan seiring dengan kehidupan mereka di sekolah. Jika biasanya sekolah hanya numpang sebagai setting di beberapa cerita teenlit, di novel Starlight ini nuansa sekolahnya begitu terasa. Hubungan guru-murid maupun konflik sesama murid disajikan dengan begitu apik.
Saya suka bagaimana penulis mengelola konflik yang dimiliki oleh masing-masing tokohnya. Pas, tidak berlebihan, namun juga berhasil menjadikan konflik itu sebagai plot utamanya. Jika berbicara tentang konflik Lintang-Teguh, sebenarnya sudah disinggung di awal, hanya saja, bocorannya terlalu lama untuk dieksekusi. Ini membuat pembaca bertanya-tanya sekaligus penasaran apa yang terjadi dengan mereka berdua. Sebenarnya bagus juga memancing rasa penasaran pembacanya untuk mengetahui apa yang terjadi pada mereka. Tapi, menjadi sebuah bumerang kalau ternyata rahasia di balik itu semua tidak worth atau tidak sebanding. Namun menurut saya, alasan mereka cukup worth kok.
Yang membuat saya kesal, tentu saja sosok Bagas yang benar-benar menyebalkan dan Wulan yang terlalu..., naif? Memang, untuk mengetahui sisi lain bulan yang gelap, dibutuhkan teleskop super canggih agar bisa membuatnya terlihat. Tapi, "teleskop super canggih" sayang banget disia-siakan hanya untuk mengamati sisi gelapnya bulan saja. Mungkin Wulan memang terlalu..., ah sudahlah. Yang jelas, tokoh Bagas di sini membuat saya pengin ngeplak kepalanya pakai koran saking menyebalkannya.
Selain interaksi Wulan-Bagas yang menurut saya kurang digali, Teguh-Lintang juga mengalami hal serupa. Padahal, sebab-akibat yang menimpa mereka cukup oke lho. Hanya saja saya kurang begitu merasakan terpacu adrenalinnya ketika konflik mereka muncul dan hendak diselesaikan.
Overall, saya menyukai kisah ini. Untuk orang yang mempunyai cita-cita dan sedang memperjuangkannya, buku ini merupakan penyemangat yang manis dan sayang untuk dilewatkan. Apalagi, dengan pemanis berupa pengetahuan seputar astronomi juga menambah pengetahuan baru bagi pembaca.
Sedikit cerita, saya dapat buku ini hasil dari ikutan giveaway yang diadakan di sini. Senang rasanya bisa merasakan jadi pemenang, hehehe. Dan meskipun review-nya baru tayang, sebenarnya saya sudah tamat membaca buku ini sejak lama sekali.
Sementara Lintang, di balik sikapnya yang menunjukkan bahwa dia adalah tipikal seorang pemimpin--Lintang ini ketua kelas, dan sejauh yang bisa ditampilkan sebagai karakternya, dia cukup bisa memimpin kelas yang bisa dibilang..., memiliki keragaman dalam hal kepribadian--Lintang menyimpan masa lalu yang kelam. Kisah di masa lalunya yang kurang menyenangkan hanya diketahui oleh segelintir orang saja. Wulan misalnya, dan guru fisika yang baru saja mengajar di kelas mereka, dan Teguh. Kejadian itulah yang membuat Lintang dan Teguh menjadi sulit untuk akur.
Teguh seorang yang cukup tertutup. Namun, dia terkenal sebagai siswa yang bermasalah karena sering tak acuh terhadap pelajaran. Sikap cueknya ini bukan hanya pada pelajaran saja, melainkan ditujukan pula kepada guru yang mengajar, dan juga orang-orang sekitarnya. Teguh menyimpan permasalahan yang pelik dalam hidupnya yang membuatnya bersikap seperti ini. Dan ternyata, permasalahan itu berhubungan dengan Lintang. Padahal, sebelumnya Teguh dan Lintang adalah dua orang sahabat kental semasa SMP. Bahkan, Teguh adalah mantan pacarnya Wulan.
Di kelas mereka, ada pula sosok menyebalkan sekaligus trouble maker bernama Bagas. Tidak cukup hanya di sini saja, kelakuan Bagas dilengkapi dengan predikatnya sebagai juara kelas dan pemenang beberapa lomba mata pelajaran se-DIY. Bagas adalah sosok yang menyebalkan sekali. Suka meremehkan orang namun..., yeah, meskipun dia mempunyai alasan untuk itu karena kemampuannya memang di atas rata-rata, tapi kemudian tidak menjadi alasan untuk seseorang berlaku sombong, bukan?
Dan ada lagi seorang gadis ambisius dan juga pintar bernama Nindi. Sikap Nindi juga menyebalkan. Meskipun pendiam dan di balik sikap menyebalkannya itu, ia menyimpan sedikit rahasia tentang ambisi dan cita-cita yang ingin diraihnya.
Masalah muncul saat tanpa sengaja kelima orang ini berkumpul dalam kelompok belajar yang sama. Terlebih lagi dengan ambisi Wulan yang ingin membuktikan kepada ayahnya--dan juga Bagas--bahwa dirinya mampu bersaing untuk menempati kursi sebagai perwakilan sekolah pada olimpiade astronomi.
***
Ini adalah sebuah kisah dari bangku SMA, di mana persahabatan serta impian dan ambisi bercampur jadi satu. Ada bumbu romansanya juga khas anak SMA, lalu ada jalinan cerita yang rumit berjalan seiring dengan kehidupan mereka di sekolah. Jika biasanya sekolah hanya numpang sebagai setting di beberapa cerita teenlit, di novel Starlight ini nuansa sekolahnya begitu terasa. Hubungan guru-murid maupun konflik sesama murid disajikan dengan begitu apik.
Saya suka bagaimana penulis mengelola konflik yang dimiliki oleh masing-masing tokohnya. Pas, tidak berlebihan, namun juga berhasil menjadikan konflik itu sebagai plot utamanya. Jika berbicara tentang konflik Lintang-Teguh, sebenarnya sudah disinggung di awal, hanya saja, bocorannya terlalu lama untuk dieksekusi. Ini membuat pembaca bertanya-tanya sekaligus penasaran apa yang terjadi dengan mereka berdua. Sebenarnya bagus juga memancing rasa penasaran pembacanya untuk mengetahui apa yang terjadi pada mereka. Tapi, menjadi sebuah bumerang kalau ternyata rahasia di balik itu semua tidak worth atau tidak sebanding. Namun menurut saya, alasan mereka cukup worth kok.
Yang membuat saya kesal, tentu saja sosok Bagas yang benar-benar menyebalkan dan Wulan yang terlalu..., naif? Memang, untuk mengetahui sisi lain bulan yang gelap, dibutuhkan teleskop super canggih agar bisa membuatnya terlihat. Tapi, "teleskop super canggih" sayang banget disia-siakan hanya untuk mengamati sisi gelapnya bulan saja. Mungkin Wulan memang terlalu..., ah sudahlah. Yang jelas, tokoh Bagas di sini membuat saya pengin ngeplak kepalanya pakai koran saking menyebalkannya.
Selain interaksi Wulan-Bagas yang menurut saya kurang digali, Teguh-Lintang juga mengalami hal serupa. Padahal, sebab-akibat yang menimpa mereka cukup oke lho. Hanya saja saya kurang begitu merasakan terpacu adrenalinnya ketika konflik mereka muncul dan hendak diselesaikan.
Overall, saya menyukai kisah ini. Untuk orang yang mempunyai cita-cita dan sedang memperjuangkannya, buku ini merupakan penyemangat yang manis dan sayang untuk dilewatkan. Apalagi, dengan pemanis berupa pengetahuan seputar astronomi juga menambah pengetahuan baru bagi pembaca.
Sedikit cerita, saya dapat buku ini hasil dari ikutan giveaway yang diadakan di sini. Senang rasanya bisa merasakan jadi pemenang, hehehe. Dan meskipun review-nya baru tayang, sebenarnya saya sudah tamat membaca buku ini sejak lama sekali.
0 komentar:
Post a Comment