Judul : Coppelia
Penulis : Novellina A.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 192 Halaman
ISBN : 9786020318103
Rating : 5 dari 5
I am the Queen of Mediocre.
Running away is my best talent and achievement.
Nefertiti melarikan diri ke Santorini, Yunani, selama tiga bulan. Di tengah perekonomian Yunani yang sedang carut marut, ia justru mendapatkan kemurahan hati dari seorang pemilik hostel yang ia tinggali tersebut. Karena izin tinggalnya mau habis dan juga uangnya yang semakin menipis, akhirnya Nefertiti terpaksa harus meninggalkan surga kecilnya yang berisi kenyamanan dan ketenangan untuk kembali pada kehidupannya yang sesungguhnya, beserta masalah yang ia tinggalkan.
Bersama Theos, anak lelaki sang ibu pemilik hostel yang mengalami kekurangan dalam hal berbicara dan bersosialisasi dengan orang lain, Nefertiti ditemani hingga ke Athena. Secara mengejutkan selama perjalanan Theos membuka suara, bertanya tentang hal-hal yang menyentuh pribadi Nefertiti hingga bergulirlah cerita tentang masa lalu gadis itu yang dibaginya kepada Theos sepanjang perjalanan.
Nefertiti, seorang gadis yang terlahir dari keluarga seniman. Ayahnya seorang arsitek terkenal, sementara sang ibu adalah anak pelukis ternama di Indonesia. Sebagaimana kakeknya, ibunya pun mengikuti jejak itu. Lahir dari keluarga yang begitu kental dengan seni, membuat Titi merasa tertekan karena orangtuanya selama ini mengarahkannya untuk mencintai dunia seni, sementara Titi sendiri merasa tidak memiliki kemampuan itu. Ia buta nada sehingga tidak bisa bermain alat musik, juga tidak mempunyai kemampuan untuk melukis. Namun ketika ia merasa mencintai dunia tari, orangtuanya memasukkannya ke sanggar balet ternama di Jakarta. Perlahan-lahan Titi pun menyukai dunianya itu, meskipun dirinya menyadari bahwa ia tidak bisa menonjol dalam hal ini. Ia hanya bisa, namun tidak menjadi bintangnya.
Ketidakmenonjolannya dalam dunia seni inilah yang membuat Nefertiti merasa tidak dicintai oleh kedua orangtuanya terutama sang ibu. Ia merasa telah mengecewakan ibunya karena ia tidak mewarisi kemampuan seni secara menonjol. Titi merasa bahwa ibunya tidak mencintainya sebagaimana seorang ibu lain yang mencurahkan kasih sayangnya pada sang anak. Padahal Nefertiti adalah anak satu-satunya.
"Apa kau pernah coba melarikan diri dari rumah saat kecil?" tanya Nefertiti pada Theos.
Nefertiti pernah mencoba untuk melakukan itu saat usianya tiga belas tahun. Saat itu ada pertunjukan yang digelar sanggarnya dengan tajuk Swan Lake. Untuk menjadi pemeran utama, ia harus mengikuti audisi. Dan sesuai yang sudah diprediksi olehnya, Nefertiti tidak mendapatkan peran utama, melainkan hanya menjadi pemeran ketiga dari empat tokoh utama. Saat ia keluar untuk menampilkan pertunjukannya, yang ingin dilihatnya adalah wajah sang ibu, apakah ibunya akan memberikan apresiasi yang ia harapkan atau justru menampakkan kekecewaan.
Kenyataannya sang ibu mengabaikan dirinya, dan itu menghancurkan kehidupan gadis itu. Ia pergi meninggalkan rumahnya dan menuju ke satu-satunya tempat yang bisa dia tuju, yaitu ke rumah Mia. Mia adalah seorang gadis tuna rungu yang menjadi satu-satunya sahabat Titi, anak kampung di belakang kompleksnya. Bersama gadis itulah ia merasakan bagaimana rasanya dicintai dan dibutuhkan, sesuatu yang tidak pernah dirasakan Titi di rumahnya.
Selang waktu berjalan. gadis ini pun menjalani kehidupannya yang--menurut pendapat orang-orang kebanyakan--suram. Namun ia terus mengembangkan balet dan bersekolah di Berlin, meskipun ia merasa tidak dapat menjadi seorang penari balet yang menonjol yang menjadi bintang utama dalam setiap pertunjukan. Hingga suatu peristiwa yang begitu mengguncang hidupnya, dan membuat gadis ini harus melarikan diri hingga memilih untuk menenangkan diri ke Santorini.
Oliver adalah seorang anak lelaki yang tinggal di depan rumah Nefertiti. Tanpa sepengetahuan gadis itu, Oliver telah memendam perasaan yang begitu dalam bahkan sejak mereka SMA. Menghilangnya Nefertiti dari kehidupan Oliver juga menjadi salah satu sebab Oliver berkuliah di Jerman, berharap dapat menemukan gadis itu di sana. Namun bukannya bertemu dengan Nefertiti, pemuda ini justru begitu akrab dengan ibunya yang juga berada di kota yang sama. Dari cerita ibunya itu, ternyata baru diketahui bahwa selama mereka berada di negara yang sama, keduanya tidak pernah bertemu sama sekali.
Apakah pada akhirnya mereka akan bertemu dan menguak cerita lain yang selama ini tidak pernah tersampaikan? Dan tokoh Brian yang hadir di antara mereka juga menambah sendu kisah mereka. Ini bukan hanya cerita cinta dua insan yang berbeda karakter dan kehidupan, melainkan juga kisah seorang ibu dan anak yang kompleks dan rumit. Tentang cinta yang tidak tersampaikan bahkan tidak mampu ditunjukkan. Juga persahabatan dalam ketidaksempurnaan, yang membuat mereka menyatu dalam sebuah kisah cinta yang manis dan universal.
***
Bintang lima. Saya cukup selektif dalam membaca novel apalagi karya penulis dalam negeri karena saya jarang menyukai--yang benar-benar menyukai--novel-novel dari penulis lokal. Namun di buku ini, saya bahkan sudah jatuh cinta pada halaman-halaman awal. Ada beberapa hal yang membuat saya senang membaca cerita ini, yaitu:
Pertama, karakter. Novel ini mempunyai dua sudut pandang yang berbeda, disajikan dalam versi Nefertiti dan Oliver. Saya bisa membedakan kedua karakter tersebut dan menyatu ke dalam deskripsi penulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian keduanya yang bertolak belakang. Nevertiti yang intovert, pemurung, kelam, dan Oliver yang optimis dan tumbuh dari keluarga yang bahagia. Dalam imajinasi saya, saya bisa membayangkan bagaimana seorang Nefertiti tumbuh, merasakan perasaan-perasaannya dalam momen tertentu yang membuat saya terenyuh.
Kedua, jalan cerita. Saya suka cara penulis menyampaikan kisahnya di bab pertama. Tentang kisah flashback yang disajikan dalam selipan kisah beralur masa kini. Pada poin-poin tertentu saat cerita itu disuguhkan, menjadi kunci untuk membuka lembaran masa lalu si tokoh, sehingga membuat pembaca mengenal bagaimana seorang Nefertiti tumbuh dan berkembang beserta kisahnya yang membuat pilu. Begitu pula saat sudut pandang berubah menjadi Oliver, jalan cerita yang berganti lini masa membuat satu per satu kisah yang tersembunyi menjadi muncul ke permukaan.
Ketiga, setting. Saya harus mengakui, penulis memiliki kemampuan deskripsi setting yang mengagumkan. Cerita dengan latar luar negeri (dalam hal ini Santorini serta beberapa kota di Jerman) disajikan dengan begitu apik, deskripsinya detail, namun sama sekali tidak mengganggu cerita atau emosi sang tokoh yang tengah bercerita. Saya bahkan bisa merasa kalau tengah bersama dengan Titi saat menikmati deburan ombak di Santorini, atau ketika ia belajar naik sepeda di taman.
Selain itu, kehadiran tokoh-tokoh pendamping dalam cerita ini, membuat kisahnya kaya dan tidak hanya linier atau berfokus pada seputar penjabaran para tokoh-tokoh utama. Dan istimewanya, pada tokoh sampingan itu memiliki karakter yang kuat, tidak kalah dengan tokoh utama yang memiliki porsi plot dalam novel ini. Kehadiran mereka juga tidak mengganggu jalannya plot utama, justru menjadi pemanis dan pelengkap yang membuat ceritanya tidak monoton.
Satu lagi, sebuah cerita yang bagus selain mampu menggugah perasaan pembacanya hingga larut ke dalam universe yang dibangun oleh penulisnya, juga mampu membuat pembaca konsisten untuk menikmati setiap lembar demi lembar bukunya. Saya merasa kalau saya akan rugi jika membaca novel ini dengan skimming, karena ada banyak hal--terutama keindahan setting tempat--yang akan saya lewati.
Sebagaimana sebuah buku pasti memiliki kekurangan, novel ini pun tak luput dari itu. Ada beberapa hal yang rasanya bisa untuk digali lebih lanjut oleh penulis seperti tentang cerita Coppelina, atau kisah sang ibu semasa masih muda, atau tentang kepribadian INTJ, mengingat salah satu tokoh utamanya memiliki latar belakang psikologi. Pada cover belakang pun, yang dituliskan ternyata menyembunyikan poin utama dala kisahnya. Tapi tidak masalah, saya justru senang karena 'terjebak' oleh cerita perjuangan Oliver mencari kisah cintanya yang dipaparkan di covernya. Selain itu, kesalahan penulisan juga masih ada beberapa, meskipun tidak melebihi hitungan jari. Semoga novel ini banyak diminati dan banyak dicetak ulang sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki.
Oleh karena kisah Nefertiti-Ibu, Nefertiti-Mia, dan Nefertiti-Oliver yang berhasil mengaduk-aduk perasaan saya, bintang lima bersinar terang untuk novelnya.
Akan sangat cantik jika novel ini di film kan juga 💞
ReplyDeleteAmazing story ...
ReplyDelete