Love & Misadventure---Cinta & Kesialan-Kesialan

Judul : Love & Misadventure---Cinta & Kesialan-Kesialan
Penulis : Lang Leav 
Alih Bahasa : Aan Mansyur
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 168 Halaman
ISBN : 9786020325644
Rating : 3 dari 5




Saya membeli buku ini untuk adik saya yang menemani belanja buku di toko buku. 

"Kamu kenal Lang Leav, nggak?" tanya saya, karena saya tahu persis bahwa buku ini adalah kumpulan puisi.

Dengan yakin dia menjawab, "Tahu, kok."

"Oke." Dan saya membawanya ke kasir dengan tumpukan buku yang saya beli.

Sesampainya di rumah, adik saya protes. "Kak, kok ini buku kumpulan puisi?" tanyanya.

Lantas saya jawab saja dengan pandangan menyipit, "Lah, tadi kan aku sudah tanya sama kamu sebelum beli," jawab saya.

"Aku kan nggak tahu," ucap dia dengan polosnya. "Tapi aku sudah selesai baca, sih. Bagus juga, kok," imbuhnya.

"Ya, syukurlah."

Demikian obrolan pembuka saya dan adik tentang sejarah pembelian buku ini. Nah, kenapa saya berikan cuplikan itu dalam ulasan kali ini? Sebenarnya bukan hanya sekadar prolog. Saya suka Lang Leav dan beberapa kali membaca beberapa kutipan puisi penulis dalam bahasa Inggris. Dan tentang mengapa saya mengiakan permintaan adik tentang buku ini dan tidak banyak protes (saya suka menginterupsi buku-buku pilihan adik yang dibeli bareng saya, soalnya), karena saya juga penasaran bukunya.

Bagi saya, membaca puisi adalah menikmati bukunya di momen-momen tertentu. Buku puisi bukan tipikal buku yang hanya bisa habis dalam sekali baca. Makanya, saya menghindari membaca buku ini di aplikasi baca buku digital yang berjangka waktu tertentu. Buku puisi, jika saya menginginkan memilikinya, harus dimiliki dalam wujud fisik yang bisa dibaca ulang kapan pun lagi. Interpretasi yang ditimbulkan dalam membacanya di setiap momen tentu saja berbeda. Contohnya, saat membacanya sekarang. Buku ini sebenarnya cocok dibaca bagi yang: 1) Sedang patah hati akut; karena bisa merasakan sensasi kemarahan, pengkhianatan, kekesalan, dan emosi serupa saat membaca bagian tentang itu. 2) Galau masalah percintaan; alasannya serupa dengan sebelumnya, karena perasaan galau-galauan itu pas dengan beberapa judul puisi ini. 3) Sedang jatuh cinta; karena perasaan kuat tentang mencintai seseorang pun bisa diinterpretasikan dengan mudah saat membaca sepertiga akhir buku ini.

Nah, masalahnya, saya tidak sedang merasakan ketiganya dengan intensitas yang kuat. Saya tidak sedang patah hati akut karena perasaan itu sudah hilang sejak bertahun-tahun lalu. Saya tidak galau maupun jatuh cinta (eh, sebenarnya sedikit, sih, hanya saya, saya kan lagi menata hati untuk tidak jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada seseorang, jadi spektrum yang dipancarkan dari larik-larik puisi di buku ini tidak terlalu kentara). Jadi, kesan yang ditimbulkan tidak membuat saya terhanyut begitu dalam. Biasa saja. Hanya berasa seperti deja vu tentang perasaan-perasaan itu karena merasa dulu pernah mengalaminya. Begitu saja. Saya akan kembali ke buku ini deh, kalau nanti merasakan perasaan-perasaan itu dengan kuat. Karena, tentunya akan mengubah feel dan juga rasa tentang buku ini nantinya.

Puisi-puisi di dalam Cinta & Kesialan-Kesialan ini cukup bagus. Terdiri dari tiga bagian; Kesialan-kesialan, Sirkus Duka Cita, dan Cinta. Tiap bagian memainkan peranannya masing-masing. Pada bagian pertama, pembaca disuguhkan bait-bait puisi tentang perasaan yang (katakanlah) tak terbalas, atau cinta yang tidak mendapatkan pembalasan. Lalu, Sirkus Duka Cita memberikan sajian kata-kata penuh kebimbangan. Seperti duka yang ramai di dalam sirkus, kegalauan-kegalauan semakin nyata. Dan buku ini ditutup dengan puisi-puisi manis khas orang kasmaran yang dimabuk oleh cinta.

Kalau dibilang ini adalah karya Lang Leav sepenuhnya, rasanya kurang tepat, karena ada jiwa Aan Mansyur yang tercurah begitu dalam pada buku ini. Menerjemahkan puisi, tentu berbeda dengan menerjemahkan novel atau buku-buku lain. Kau harus bisa memadu-padankan berbagai kata agar rima dan maknanya tetap terjaga. Tentu saja susah, karena selain itu kau juga harus menjaga feel yang diberikan oleh bahasa aslinya. Terlebih lagi, tentu akan ada perbandingan-perbandingan rasa yang dilakukan pembaca untuk melihat mana yang lebih bagus; apakah versi aslinya, atau versi terjemahannya. Bagi saya, pekerjaan Aan Mansyur di sini sangat patut diapresiasi. Saya senang dengan sentuhan beliau pada karya Lang Leav ini. Dan darinya pula, akhirnya saya tahu kalau Tic-Tac-Toe bahasa Indonesianya adalah Catur Jawa! Demi Apa! 

XOX
OXO
XOX

Ada beberapa bagian yang saya suka, akan saya tuliskan di bawah ini:


SESULANG!

Memasuki permulaan-permulaan,
dalam kesangsian dan keyakinan
dan semua warna yang dipendarkan.

Mencintai adalah keberanian,
ketika harapan dan keputusasaan,
ialah pintu yang engselnya bertautan.


***


KETAKUTAN MENCINTAI

Aku pergi berlalu,
dan menutup hatiku--
bagi janji-janji dan cinta
yang menggoda.

Sebab masa lalu mengajarkan
untuk tidak lagi tertangkap,
oleh sesuatu atau apa pun
yang tidak layak dikejar--

Untuk berhenti mengerjakan
hal-hal yang pernah kucoba
dan melulu membawaku
kembali ke sebelumnya.


***


PERTANYAAN

Ada sebaris pertanyaan yang berhari-hari terus kukenakan di bibirku--seperti sweter longgar favorit yang mau tidak mau harus kulepaskan--meskipun kutahu akan menyingkap pula hal-hal lain.

"Apakah kau mencintaiku?" Aku bertanya.

Dalam kebimbanganmu kutemukan jawaban.




1 komentar:

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)