The Storied Life of A.J. Fikry

Judul : The Storied Life of A.J. Fikry --- Kisah Hidup A.J. Fikry
Penulis : Gabrielle Zevin 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 280 Halaman
Cetakan Pertama, Oktober 2017
(versi bahasa asli: Desember 2014)
ISBN : 9786020375916
Rating : 4 dari 5





Blurb:

"Manusia tidak bisa hidup sendiri; setiap buku membuka jendela dunia." 

Hidup A.J. Fikry jauh dari yang diharapkannya. Istrinya meninggal, penjualan di toko bukunya merosot tajam, dan hartanya yang paling berharga, koleksi puisi Poe yang langka, baru saja hilang dicuri. Pelan tapi pasti, A.J. menjauhkan diri dari semua orang di Pulau Alice. Bahkan ia tak lagi menemukan kegembiraan dari buku-buku di tokonya. Ia malah menganggap buku-buku itu sekadar penanda bahwa dunia telah berubah begitu cepat. Tetapi kemudian sebuah paket misterius muncul di tokonya. Paket itu kecil, meski bobotnya lumayan. Kemunculannya memberi A.J. kesempatan untuk membuat hidupnya lebih baik dan melihat semua hal dengan perspektif berbeda. Tak butuh waktu lama bagi orang-orang di sekitar A.J. untuk menyadari perubahan dalam dirinya. Ia tak lagi pahit, buku kembali menjadi dunianya, dan semua hal berubah menjadi sesuatu yang tak ia duga akan terjadi dalam hidupnya.

***

Kita membaca untuk mengetahui kita tidak sendirian. Kita membaca karena kita sendirian. Kita membaca dan kita tidak sendirian. Kita tidak sendirian. ---halaman 263

A.J. Fikry adalah pria paruh baya pemilik satu-satunya toko buku di pulau tempatnya tinggal. Sejak peristiwa meninggalnya sang istri setelah mengantarkan penulis selepas acara jumpa penulis di toko bukunya. Setelah itu, kehidupannya berantakan. A.J. menjadi pria sinis yang pernah berlaku tidak sopan kepada seorang wanita dari penerbitan yang membawakan katalog buku milik perusahaannya. A.J. suka meminum minuman keras yang suatu hari akan disesalinya. Ia kehilangan buku langka milik Edgar Allan Poe saat sedang mabuk. Buku itu diperkirakan harganya lebih mahal dari seluruh buku yang dijualnya.

Ada yang datang, ada yang pergi. Setelah peristiwa kehilangan yang menggegerkan tersebut, A.J. kedatangan sesuatu yang misterius di toko bukunya; seorang bayi. Keesokan harinya, kepolisian menemukan jasad seorang wanita muda di mercusuar yang disinyalir adalah ibu dari bayi tersebut. Ia bernama Maya. Dan kehadiran Maya dalam kehidupan A.J., menjadikan hidupnya lebih berwarna, dan lebih baik lagi. Dengan adanya Maya, A.J. yang semula pesimistis dan seorang yang membosankan, menjadi lebih terbuka. A.J. jadi akrab dengan seorang opsir polisi di pulau itu, yang kemudian menjadi teman baiknya. Dan pada akhirnya terhubung dengan wanita yang mengisi lembaran kisah percintaannya.

Yang menarik dari kisah ini, bukan hanya suguhan plotnya yang tidak biasa dan mengejutkan. Namun, mengikuti keseharian hidup A.J. sebagai seorang pencinta buku, dengan toko buku yang dikelolanya, justru menambah kesan terhadap novel ini. Tentang mengapa pada akhirnya ia memutuskan menjadi pengelola toko buku kecil, lalu pandangannya terhadap buku-buku (yang menjadi penanda awal babak dalam buku ini), dan masih banyak lagi. Lalu, ada pula yang menarik, ketika A.J. menilai seseorang berdasarkan buku:

"Jika Jenny itu buku, ia adalah buku paperback yang baru saja dikeluarkan dari kardus--tidak ada halaman yang dilipat sebagai penanda, tidak ada bekas air di halamannya, tidak ada garis tanda pernah dibuka di punggung buku. A.J. lebih menyukai pekerja sosial yang tampak berpengalaman. Ia membayangkan sinopsis di belakang kisah Jenny: saat Jenny yang penuh semangat dari Fairfield, Connecticut, menerima pekerjaan sebagai pekerja sosial di kota besar, dia tidak tahu dunia seperti apa yang dimasukinya" ---halaman 69

Atau, kalimat yang diberikan A.J. saat melamar wanita yang dicintainya:

"Aku bisa menjanjikanmu buku, percakapan, dan hatiku seutuhnya." ---halaman 165

Buku ini menjadi menarik, mungkin karena sebagai pembaca yang mempunyai kesukaan yang sama dengan para tokohnya, saya jadi merasa konek dan sepakat dengan beberapa pernyataan sang tokoh dalam kisah ini. Contohnya, misalnya, saat Amelia Loman berkencan dengan seorang pria, dan ia menanyakan buku apa yang memengaruhi kehidupannya. Pria itu menjawab, "Prinsip-Prinsip Dasar Akuntansi bagian II." Dari sana Amelia bisa menyimpulkan bahwa pria itu tidak menyukai sastra. Bagaimana ia bisa hidup dengan seseorang yang tidak memiliki kesamaan dengannya? Mungkin ini kedengarannya skeptis, tapi saya masih bisa menemukan korelasinya dengan Amelia. Bayangan tentang menghabiskn waktu dengan seseorang yang tak memiliki pandangan yang sama dengan kita itu cukup menggelitik dan mengusik. Lalu, bagaimana jika kita disodorkan pada dua pilihan, yang pertama adalah orang yang sama sekali berbeda, dan memiliki kegemaran yang tidak sama. Lalu, muncul orang kedua yang punya minat sama dan visi yang sama dengan kita, meskipun ia tak sempurna dan bahkan jauh dari kata sempurna. Saya bisa memahami kegalauan si tokoh yang pada akhirnya bisa mengerti jalan yang ia pilih.

Selain kisahnya yang indah, sangat berkorelasi dengan kehidupan para pencinta buku, buku ini juga teman belajar menulis yang baik. Sebagai guru, penulis tidak hanya memberitahu bagaimana cara menulis, tapi juga langsung mempraktikkannya dengan menyuguhkan sebuah kisah yang dapat diambil pelajarannya, baik secara harfiah, maupun pelajaran moral dalam isi ceritanya. Buku ini sangat direkomendasikan karena segala-galanya indah dan menarik.

Menyenangkan sekali membaca kisah yang mana para tokohnya dipersatukan oleh buku. Bahkan, menunjukkan perasaan pada seseorang pun, dengan kalimat yang "buku sekali".

"Sudah bertahun-tahun aku melihatmu di rak. Aku sudah membaca sinopsis dan kutipannya di bagian belakang." ---halaman 291




2 komentar:

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)