[Blogtour+Giveaway] Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah



Judul : Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah
Penulis : Sisimaya
Penerbit : Diva Press
Tebal Buku : 264 Halaman
ISBN : 9786023910809
Rating : 4 dari 5 

*Ikuti Giveaway di akhir rewiew ini*








Sejak awal kami tahu, ini tidak akan pernah mudah. Bagi Agus, perkenalannya dengan gula jawa begitu mendalam. Ayahnya meninggal saat menyadap nira yang merupakan bahan baku gula jawa. Ibunya juga telah tiada, tepat setelah melahirkan dirinya ke dunia. Kehidupannya penuh dengan perjuangan; untuk hidup, dan bangkit dari kemiskinan yang melilit keluarganya. Jika orang lain yang mengenal gula jawa hanya dari sisi manisnya saja, namun bagi Agus, ia telah mengecap pahitnya juga. Ayahnya mengajarkan banyak hal kepadanya, tentang makna kehidupan. Tapi kini Ayah yang menjadi tumpuan hidup Agus telah tiada.


 "Kalau kamu selalu ingat bahwa asalmu itu hanya dari setetes air, kamu tidak akan pernah merasa sombong." --- halaman 17

Selepas meninggalnya sang Ayah, Agus dingkat anak oleh Pak Lurah. Bersama Bayu dan Ratna--kedua saudara angkatnya--ia menghabiskan sisa masa kanak-kanak mereka hingga beranjak dewasa. Menjadi bagian dari keluarga Pak Lurah lantas tidak membuatnya terlena, Agus tahu persis dirinya siapa dan tidak ingin menjadi beban bagi keluarga yang telah menampungnya.

Agus lantas berjuang dengan keringat sendiri untuk menyelesaikan kuliahnya. Pencapaian posisinya yang sekarang ditempuh dengan jalan menanjak yang sukar. Namun ia sudah berada di puncak. Bahkan sudah dikatakan sejajar dengan kaum urban lainnya. Karir cemerlang, gaji besar, ia juga sudah memiliki seseorang di hatinya bernama Anggi. 

Suatu hari, kehidupannya diuji dengan sebuah permintaan dari Bayu, kakak angkatnya, yang meminta Agus untuk membantunya mewujudkan mimpi untuk memberikan kehidupan yang layak bagi warga desanya. Bayu dan rencana besarnya meminta Agus untuk terlibat bersama mereka. Merancang sebuah pabrik gula jawa, yang apabila berhasil akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Manggar Wangi, desa kelahirannya, lebih baik dari sebelumnya. Segalanya dipertaruhkan di sini. Pertaruhan terjadi dengan kehidupan Agus yang dapat dibilang mapan, juga jalinan kisah cintanya bersama Anggi.

Agus memilih jalan itu, jalan yang ujungnya masih berkabut, tidak tahu akan berakhir ke mana. Perjanjiannya dengan Anggi bahwa ia akan kembali dalam waktu dua tahun selepas membantu mewujudkan impian Mas Bayu, menjadi penanda hubungan jarak jauh Jakarta-Manggar Wangi bagi keduanya. Bersama dengan kakaknya itulah petualangan menapaki mimpi besar dari nol kembali dimuali. 

Agus bertemu kembali dengan adik angkatnya Ratna, seorang gadis yang memiliki ketidaksempurnaan. Gadis itu terkena polio saat kecil yang menyebabkan kakinya mengecil dan harus menggunakan alat bantu untuk berjalan. Namun semangatnya membuat Agus kagum dan takjub, bahkan Ratna memiliki segudang aktivitas yang tidak pernah surut atau terhenti hanya karena kondisi yang ada pada dirinya.

"Yang penting bukan bagaimana orang lain menerima kita, melainkan seberapa besar kita bisa menerima diri kita sendiri dengan segala kekurangannya dan berdamai dengan itu." --- halaman 96

Pemuda ini menyadari, bahkan sejak awal, bahwa segalanya tidak akan pernah mudah. Dibutuhkan lebih dari sekadar kerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang bersemayam di kepala, menyelaraskan rencana besar dengan kebutuhan pribadi. Mengorbankan banyak hal, termasuk menguji ketahanan cinta. Apakah Agus akan menemukan kebahagiaannya sendiri setelah melakukan semua ini?


***


Saya jatuh cinta dengan novel ini sejak dari kalimat pertamanya: tentang bagaimana seorang anak bernama Agus yang harus kehilangan Ibunya; gula jawa menjadi analoginya. Lalu setelah itu, pembaca akan digiring dengan kisah pilu lainnya di mana Agus, tidak hanya kehilangan seorang Ibu namun juga harus melepaskan kepergian ayahnya, satu-satunya orang tersisa yang ia miliki di dunia ini.

Namun perjalanan takdirnya membawa Agus kecil menjadi anak Pak Lurah. Tidak hanya karena alasan kemanusiaan yang menggerakkan hati tokoh desa tersebut melainkan tentang pembayaran balas budi atas kebaikan Ayah Agus semasa hidupnya dulu. Di sini, pembaca tidak hanya mendapat suguhan alur cerita melainkan juga pelajaran hidup. Betapa sebuah kebaikan yang pernah kita lakukan di masa lampau, meskipun kita sendiri sudah melupakannya, namun orang lain mungkin tak akan pernah lupa. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan waktunya, perbuatan itu akan mendapat balasan yang bahkan dapat mengubah jalan hidup seseorang.

Buku ini juga tidak hanya bercerita tentang jalan terjal yang ditempuh Agus hingga titik tertingginya: seorang anak desa yang berhasil menjajal Jakarta dengan kesuksesan karirnya. Namun di sini, ada kisah Bayu yang mengubur kemapanannya untuk mewujudkan sebuah impian yang akan menaikkan taraf hidup warga desanya. Kita juga dikenalkan dengan Ratna, seorang gadis yang tidak berkecil hati atas kekurangan yang ia miliki. 

Salah satu ucapan Ratna yang membekas dalam ingatan saya adalah:

"Sebab tidak ada yang lebih menyedihkan daripada tak tahu apa manfaatnya kita diciptakan, bukan?" --- halaman 108

Selain dapat banyak pelajaran hidup dari membaca novel ini, pembaca juga akan disuguhkan sekelumit informasi tentang gula jawa dan proses pembuatannya. Bagus karena pembaca akan dapat bonus tambahan, tidak hanya sekadar menikmati jalannya cerita yang mengalir dan mudah dipahami maksudnya. Saya tidak butuh lama untuk menyelesaikan novel ini :). Tiga bintang untuk kisahnya, ditambah satu lagi spesial untuk covernya. (Ya, saya pencinta pink dan amat suka warna covernya :p pinkish namun nggak girly sama sekali, sangat bersesuaian dengan jalan cerita.)


***




Hai hai, kalian sudah tiba pada saat yang ditunggu.... Saya akan memberikan satu buah novel Sejak Awal Kami Tahu, Ini Tidak Akan Pernah Mudah kepada satu orang yang terpilih. Caranya? Mudah sekali, yuk simak ketentuan berikut:

  1. Giveaway ini hanya untuk kalian yang berdomisili di Indonesia.
  2. Follow blog saya melalui akun Google Friend Connect yang ada di sidebar blog ini.
  3. Follow akun twitter @divapress01 atau like FB “Penerbit DIVA Press”, kemudian share giveaway ini di akun twitter kalian. Jangan lupa mention twitter @divapress01 dan juga mention saya di @niesya_bilqis yaaa.
  4. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menyertakan: nama, akun twitter, domisili, dan link share. Pertanyaannya: "Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"
  5. Giveaway ini akan berlangsung selama satu minggu dari tanggal 7 hingga 13 Maret 2016. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan satu hari setelahnya yaitu 14 Maret 2016.
  6. Bagi yang sudah mengikuti kuis di blog sebelumnya dan belum berhasil, boleh mengikuti kembali di sini.
Semoga beruntung ya!! :)



24 komentar:

  1. Pernah. Saat saya baru lulus SMA, memilih antara melanjutkan impian saya yang saya pendam sendiri atau mengaminkan permintaan orang tua.
    Saya sedari dulu menyukai segala sesuatu mengenai buku dan ingin melanjutkan studi saya ke jurusan yang banyak berhubungan dengan buku, Bahasa & Sastra. Saya ingin menjadi penulis. Namun, orang tua saya malah termasuk ke golongan orang - orang yang kurang tahu dan terlalu khawatir. Saya saat itu merasa orang tua saya hanya kurang percaya akan kemampuan anaknya sendiri. Dengan melihat hanya beberapa orang lain saja yang merupakan lulusan jurusan yang saya minati yang mereka ketahui belum memiliki pekerjaan & penghasilan tetap mereka khawatir saya akan seperti merekja yang masih kurang beruntung. Kedua orang tua saya seperti tak mengindahkan para orang - orang yang terjun dalam dunia bahasa dan sastra yang sukses.
    Ada kesempatan bagi saya untuk tetap mengejar impian yang telah saya pendam dan saya usahakan sendiri sedari dulu.
    Saya berada di antara pilihan melanjutkan apa yang telah saya usahakan atau melepaskan serta melupakan semuanya dengan ikhlas untuk mengikuti orang tua saya - untuk tidak menjadi 'anak durhaka' katanya, anak yang tidak menuruti apa kata orang tua.

    Pada awalnya cara saya memutuskan adalah dengan jalan diskusi dengan kedua orang tua saya, menjelaskan apa yang saya inginkan. Namun, kami tetap bersikukuh dengan pilihan kami masing - masing. Hingga akhirnya saya kembali mempertimbangkan matang - matang, mempertimbangkan usaha saya dulu. Menerka - nerka dengan membuat rencana masa depan, menimbang tiap kekurangan dan kelebihan tiap pilihan, melihat kedepan apa yang sekiranya akan saya lakukan dan saya dapatkan bila saya memilih salah satu pilihan tersebut, dan akhirnya sebagai makhluk Tuhan saya mengembalikan semuanya kepada Tuhan. Ya! Usaha terakhir saya adalah mempasrahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.

    Sekarang, Tuhan menggariskan saya untuk menjadi Lulusan dari jurusan pilihan orang tua saya. Saya seorang Tenaga Teknis Kefarmasian. Tapi, Tuhan Maha Adil, dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagi tiap hamba nya. "Apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik bagi kita. Apa yang Tuhan berikan, itu pastilah yang terbaik bagi kita." adalah penggalan kalimat yang tepat untuk menggambarkan diri saya.
    Saya kini bekerja sebagai tenaga Teknis Kefarmasian di salah satu Klinik Kesehatan di Kota saya. Saya mendapatkan pekerjaan saya langsung setelah kelulusan saya tanpa menunggu berlama - lama. Namun, Tuhan memberikan saya jalan kembali untuk mengejar impian saya. Walau tak mendapat ilmunya secara formal di bangku kuliahan, saya belajar menulis secara otodidak. Belajar dari para penulis - penulis hebat, internet, dan sekitar saya. Tak hanya belajar, saya juga banyak di beri kesempatan latihan oleh Tuhan. Di tengah kesibukkan pekerjaan saya sebagai Tenaga teknis Kefarmasian Tuhan memberikan saya nikmat kesehatan, kesempatan, dan waktu untuk aktif mengikuti berbagai event/lomba menulis untuk mengukur seberapa tulisan saya bisa benar dikatakan sebagai 'tulisan'. Tuhan untuk kesekian kalinya terus menerus menunjukkan Kuasa-Nya. Hidup saya kini penuh pilihan. Pada setiapnya saya mengajukan yang mana yang akan saya pilih namun Tuhan yang putuskan segala pada akhirnya.

    "Man Purposes-God Disposes"

    Nama : Nur Dini Saridiani
    Twitter : @dinidiani_96
    Domisili : Sumbawa Besar - Nusa Tenggara Barat
    Link share : https://twitter.com/dinidiani_96/status/706754772661985281 dan https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=223051524711449&id=100010198088209&refid=17&_ft_=top_level_post_id.223051524711449%3Atl_objid.223051524711449%3Athid.100010198088209%3A306061129499414%3A2%3A0%3A1459493999%3A-6564817919529663160

    ReplyDelete
  2. Nama: Farikhatun Nisa'
    Twitter: @littlepaper93
    Domisili: Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan
    Link share: https://mobile.twitter.com/Littlepaper93/status/706744172808691712?p=v

    Jawaban: dalam kehidupan selalu ada pilihan tersulit. Dan dalam hidupku, pilihan tersulitnya adalah ketika aku harus memilih melanjutkan kuliah atau kerja. Aku selalu bermimpi bisa menghirup udara universitas negeri impianku. Aku selalu membayangkan duduk di kursi paling depan di salah satu kelas yang berada di fakultas sastra. Tapi semuanya berubah sulit ketika kedua orangtuaku menginginkan aku bekerja. Bukan karena mereka tidak mendukung impianku, tapi karena mereka tahu jika keadaan ekonomi kami belum sanggup mewujudkan impianku. Maka untuk itu, meski indeks prestasiku jauh dari kata mumpuni, aku mencoba untuk mengikuti program bidik misi. Tapi sayang, semuanya hanya tinggal mimpi. Karena dengan terpaksa aku harus memilih bekerja. Ya, pilihan tersulit tetaplah pilihan yang harus dipilih. Aku memilih bekerja, dengan begitu aku masih bisa melanjutkan ke jenjang kuliah meski bukan di universitas negeri. Toh, setiap pilihan yang dipilih akan selalu memberikan sebuah hasil. Hasil apa pun itu, tergantung bagaimana kita memproses pilihan kita. Aku selalu memilih sesuatu dengan menimbang bagaimana kelak aku memprosesnya dan berusaha sebaik mungkin mengikuti alur prosesnya. Masalah hasil, aku tak terlalu mempertimbangkannya. Karena hasil tak pernah mengkhianati usaha

    ReplyDelete
  3. Nama: Arie E. Pradianita
    Twitter: @APradianita
    Domisili: Sukabumi (Jawa Barat)
    Link Share: Take a look at @APradianita's Tweet: https://twitter.com/APradianita/status/706830687723065344?s=01

    Saya PERNAH menghadapi pilihan sulit dalam hidup:

    Saya menginginkan untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri. Cari cari cari, saya diterima di sebuah perguruan tinggi di Belanda, namun masih ada kendala, saya belum mendapatkan beasiswa. Usaha mendapatkan beasiswa ternyata tak mudah, saya hampir menyerah. Sambil terus berusaha mencari beasiswa, saya ternyata diterima untuk bekerja di sebuah perusahaan BUMN. Dilema terjadi, satu pilihan di depan mata, satu pilihan masih belum jelas adanya. Akhirnya logika berlaku, saya memilih untuk mengambil kesempatan di BUMN tersebut. Tak disangka, baru beberapa waktu saya menjalani pilihannya, ujian datang. Ketika sedang menjalani masa pelatihan, datang berita dari sebuah lembaga beasiswa yang menawarkan wawancara untuk beasiswa di Belanda tersebut. Dilema kembali terjadi, antara keinginan dan tanggung jawab. Pilihan harus kembali diputuskan, akhirnya saya memilih menjalani yang di hadapan, tanggung jawab atas keputusan sebelumnya. Sambil masih terus berharap suatu saat keinginannya bisa terwujudkan, In Shaa Allah :)

    Tergelitik oleh kata dilema. Dilema bisa menimpa siapa saja, pada diri saya, diri kamu, diri mereka, diri kita semua. Dilema, ketika hati dan logika berperang untuk mengambil keputusan. Dilema, situasi sulit yang mengharuskan seseorang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang membingungkan. Dalam hidup ini, ada situasi yang mendesak kita seperti buah simalakama, bila dimakan ibu akan mati, bila tidak dimakan, bapak yang akan mati. Membingungkan!

    Sebagai seorang muslim, syariat kita memberi jalan keluar untuk memutuskan masalah simalakama tersebut, ISTIKHARAH. Pernahkah kita shalat istikharah di saat menghadapi dilema?

    ReplyDelete
  4. Nama : Irawati Ramadhani
    Akun twitter : @aq_irra
    Link status : https://twitter.com/Aq_irra/status/706858585494433792

    Pilihan tersulit? Beberapa orang mungkin akan kesulitan memilih tentang apa yang akan dia lakukan seperti kuliah atau kerja, sekolah di sekolah A atau B. Makan di restoran A atau B, memilih pacar ini atau itu. Bagi saya memilih dua hal seperti itu tidaklah begitu sulit. Saya pernah dengar seorang teman saya berkat “ musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri” dan saya selalu kesulitan dengan diri saya sendiri. Ketika sudah saya rancang mimpi saya, saya kesulitan untuk tetap optimis dengan mimpi saya atau pesimis. Saya selalu punya pilihan untuk apa yang saya lakukan, tetapi saya selalu kesulitan untuk memilih memulaianya atau hanya mengimajinasikannya saja. Dalam diri saya bagai ada dua sosok setan dan malaikat yang selalu membisikkan opini mereka. Yang satu selalu mendorong saya dengan semangat dan optimism sedangkan di sisi lainnya tak segan membisikkan rasa khawatir dan pesimisme. Begitu sulitnya menghadapi berbagai macam alter ego dalam diri saya, terkadang saya berhenti sebelum memulai. Seperti saat ini, saat saya ragu dengan mimpi yang sudah hampir saya dapatkan dalam setengah perjalanan saya. Tapi tak jarang saya lolos dengan bisikan bisikan negative dari sisi hitam saya.
    Lalu bagaimana cara mengatasinya?
    Doa dan kekuatan pikran kita memiliki kekuatan yang sangat besar. Ketika keduanya bertemu menjadi sebuah keyakinan, kebimbangan antara optimisme dan pesimisme pun seketika memudar. Terkadang berbekal rencana dan modal nekat untuk memulianya, saya tidak ragu untuk memilih bersemangat dan tetap optimis. Selain selalu berdoa, saya selalu berusaha menjaga agar mood saya selalu baik. Mendengar music, melakukan hal baru atau beraktivitas yang menyenangkan menjadi mood bosteer bagi saya. Perasaan yang baik akan memicu saya selalu berpikir positif. Pikiran positif akan sangat mempengaruhi langkah saya dalam banyak hal.
    Yah itulah pendapat saya. Mungkin agak absurd, tetapi jujur hingga saat inipun tak jarang saya terjebak dalam kedua sisi hitam putih saya.


    ReplyDelete
  5. Maaf ya, coment lagi, yang diatas lupa nggak ngasih domisili

    Nama : Irawati Ramadhani
    Akun twitter : @aq_irra
    Domisili : Karanganyar
    Link status : https://twitter.com/Aq_irra/status/706858585494433792

    Pilihan tersulit? Beberapa orang mungkin akan kesulitan memilih tentang apa yang akan dia lakukan seperti kuliah atau kerja, sekolah di sekolah A atau B. Makan di restoran A atau B, memilih pacar ini atau itu. Bagi saya memilih dua hal seperti itu tidaklah begitu sulit. Saya pernah dengar seorang teman saya berkat “ musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri” dan saya selalu kesulitan dengan diri saya sendiri. Ketika sudah saya rancang mimpi saya, saya kesulitan untuk tetap optimis dengan mimpi saya atau pesimis. Saya selalu punya pilihan untuk apa yang saya lakukan, tetapi saya selalu kesulitan untuk memilih memulaianya atau hanya mengimajinasikannya saja. Dalam diri saya bagai ada dua sosok setan dan malaikat yang selalu membisikkan opini mereka. Yang satu selalu mendorong saya dengan semangat dan optimism sedangkan di sisi lainnya tak segan membisikkan rasa khawatir dan pesimisme. Begitu sulitnya menghadapi berbagai macam alter ego dalam diri saya, terkadang saya berhenti sebelum memulai. Seperti saat ini, saat saya ragu dengan mimpi yang sudah hampir saya dapatkan dalam setengah perjalanan saya. Tapi tak jarang saya lolos dengan bisikan bisikan negative dari sisi hitam saya.
    Lalu bagaimana cara mengatasinya?
    Doa dan kekuatan pikran kita memiliki kekuatan yang sangat besar. Ketika keduanya bertemu menjadi sebuah keyakinan, kebimbangan antara optimisme dan pesimisme pun seketika memudar. Terkadang berbekal rencana dan modal nekat untuk memulianya, saya tidak ragu untuk memilih bersemangat dan tetap optimis. Selain selalu berdoa, saya selalu berusaha menjaga agar mood saya selalu baik. Mendengar music, melakukan hal baru atau beraktivitas yang menyenangkan menjadi mood bosteer bagi saya. Perasaan yang baik akan memicu saya selalu berpikir positif. Pikiran positif akan sangat mempengaruhi langkah saya dalam banyak hal.
    Yah itulah pendapat saya. Mungkin agak absurd, tetapi jujur hingga saat inipun tak jarang saya terjebak dalam kedua sisi hitam putih saya.

    ReplyDelete
  6. Nama: Hapudin
    Akun Twitter: @adindilla
    Domisili: Cirebon
    Link: https://twitter.com/adindilla/status/707218900623044608

    Pilihan sulit yang saya alami mengenai melanjutkan kuliah atau berhenti. Miris. Ketika Bapak & Ibu tahu betul pendidikan itu penting, bangku kuliah saya kandas. Hanya bertahan 3 semester saja. Padahal, saya bukan mahasiswa yang malas kuliah. Namun karena rezeki yang pas-pasan, Bapak angkat tangan soal biaya kampus. Saya hanya memilih, BERHENTI SAJA. Atau mungkin DIHENTIKAN PAKSA.

    Harusnya pilihan ini saya terima dengan lapang dada. Kenyataannya, saya tidak bisa. Saya marah besar dan selama 2 tahun saya memendam rasa benci kepada Bapak/Ibu. 2 tahun saya meradang hingga akhirnya bisa memaafkan karena saya sakit keras.

    Pilihan itu belum bisa saya kembalikan jadi benar. Sampai sekarang, saya hanya memiliki ijazah SMA. Dan saya memaafkan semua pilihan Bapak/Ibu juga yang mengorbankan pendidikan saya.

    Semoga tidak ada yang pernah marah dengan pilihannya. Jika pun harus memilih, bukalah hati dengan lebar-lebar..

    ReplyDelete
  7. Hai kak Nisa, ikutan giveaway-nya yaaa...

    Nama : Hikmawati Cahyaning Tyas
    Twitter : @tyashc
    Domisili : Kota Pekalongan
    Link share : https://twitter.com/tyashc/status/707329810675007488

    "Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"

    Setiap orang dalam hidupnya pasti pernah menghadapi pilihan sulit. Aku pun pernah mengalaminya, salah satunya saat harus memilih jurusan dan kampus untuk kuliah. Setelah lulus SMA tak pernah terpikir untuk langsung bekerja, walaupun saat itu aku sudah bekerja part time. Tapi yang terpikir olehku adalah melanjutkan kuliah. Jurusan dan kampus yang aku inginkan sudah dipilih. Pendaftaran dan segala macamnya sudah dilakukan, waktu itu ikut SNMPTN. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, aku tidak lolos.

    Akhirnya harus memilih (lagi) jurusan dan kampus di dalam kota. Karena ada perjanjian tak tertulis dengan orang tua, kalau tidak lolos SNMPTN aku harus kuliah di dalam kota.

    Di kotaku ada 1 universitas dan 3 sekolah tinggi. Ini pilihan yang sulit karena tidak ada jurusan yang aku inginkan di 4 perguruan tinggi itu. Namun setelah berpikir, berdoa, serta meminta saran pada orang tua dan keluarga. Aku memilih mengikuti kemauan orang tua. Kuliah dijurusan yang mereka inginkan. Karena menurutku, pilihan dan keinginan orang tua adalah hal penting yang harus aku lakukan. Bukankah semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya?

    Wish me luck :)

    ReplyDelete
  8. Nama : Tresna Amanah
    Akun twitter : @tresna_media
    Domisili : Kumai, Kalimantan Tengah
    Link share status : https://twitter.com/tresna_media/status/707373679512924160

    Yang paling sulit dalam hidup saya adalah, saat dimana saya harus menentukan pilihan untuk tetap bersama pacar saya yang sekarang atau berpaling dengan yang lain karena hubungan jarak jauh kami

    Kebetulan pacar saya sedang kuliah di luar kota, jadi saya harus nunggu sampai kuliahnya selesai baru menikah.

    Sedangkan teman teman dekat saya sudah menikah semua, dan mereka sering bertanya dan medesak, ayo nich kapan nikah?

    Kadang membuat saya bingung dan ingin mencari penggantinya saja,

    Tapi setelah saya, Mohon petunjuk kepada ALLAh dengan melakukan istikhoroh dan mendengarkan kata hati, akhirnya saya putuskan untuk tetap bersama dirinya, dan menungunya sampai selesai kuliah

    Karena jodoh takkan pernah pergi kemana-mana dan mengingat hubungan kami yang sudah saling mengerti satu sama lain, yang bisa menguatkan diri saya

    ReplyDelete
  9. Pernah. Waktu mau masuk SMA kemarin dilema ngambil jurusan apa. Jumlah nem-ku lumayan sebenernya, cuma untuk mata pelajaran IPA agak kurang dibandingkan dengan mata pelajaran UN yang lain. Mau ngambil jurusan IPA, kok nilai IPA-nya kurang. Ngambil jurusan IPS, aku nggak kepikiran sebelumnya. Ngambil bahasa, aku pribadi nggak terlalu suka. Akhirnya setelah merenung, memikirkan resiko kedepannya, dan menentukan tujuan, aku ambil IPS. Aku ambil amannya, kalau memaksa ambil IPA takutnya aku nggak bisa mengikuti pelajarannya dan nantinya nilai di rapot nantinya juga jelek mending ambil IPS tapi bisa mengikuti pelajaran, nilai di rapot bagus, dan bisa kuliah lewat jalur undangan. Amin.

    nama: Ninda R
    akun twitter: @ninda_aa
    domisili: Purworejo
    link share:
    1. https://mobile.twitter.com/ninda_aa/status/707714251113127936?p=v
    2. https://mobile.facebook.com/story.php?story_fbid=236984763303512&id=100009759694947&refid=17&_ft_=top_level_post_id.236984763303512%3Atl_objid.236984763303512%3Athid.100009759694947%3A306061129499414%3A2%3A0%3A1459493999%3A3475261384602069828

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. Nama : Asep Nanang
    Akun twitter : @asepnanang59
    Domisili : Sumedang, Jawa Barat
    Link share status : https://twitter.com/asepnanang59/status/707700947263160321

    "Dihadapkan pada suatu pilihan adalah suatu keadaan yang sulit, tapi tidak dapat memutuskan pilihan adalah jalan menuju kehidupan yang sulit."
    Pilihan sulit tidak hanya tentang beratnya masalah yang dihadapi atau tentang resiko yang akan diterima jika salah memilih. Lebih dari semua itu pilihan akan terasa sulit jika kita belum dewasa atau tidak memilih dengan hati yang tenang. Tidak ada satu manusia pun di dunia yang tidak pernah merasa dilema, sama halnya seperti tidak adanya hati yang terbebas dari luka.
    Dilema pernah saya alami ketika berusia 13, saat itu saya hanya seorang anak SMP yang tinggal bersama nenek. Alasannya tentu saja karena orangtua saya telah bercerai. Setelah mereka bercerai ayah saya pergi ke Jambi dan ibu merantau ke Jakarta mengais rezeki menjadi pembantu rumah tangga di ibukota. Kehidupan saya berjalan normal meski jauh dari ayah maupun ibu. Nenek mencurahkan segenap kasih sayangnya untuk saya dan saya pun tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Setahun sekali saya berjumpa dengan ibu, yakni pada saat hari raya Idul Fitri, waktu yang singkat itu selalu saya nantikan. Namun, untuk bertemu dengan ayah saya tidak bisa memastikan kapan saya akan bertemu dengan beliau. Kadang-kadang hanya dalam waktu 6 bulan saya bisa bertemu ayah, di lain waktu butuh 3 tahun untuk bisa bersua dengan ayah. Keadaan saya yang jauh dari ayah maupun ibu ini telah membuat saya menampung sejuta rindu pada kedua orangtua saya.
    Kabar gembira datang dari Jakarta, katanya ibu saya akan segera berhenti bekerja dan mulai merajut cinta yang baru; beliau ingin menikah lagi. Saya merasa gembira karena sebentar lagi saya akan segera memperoleh kasih ibu saya. Kabar gembira dari ibu ternyata datang berbarengan dengan tawaran ayah saya untuk pindah ke Jambi. Beliau memang sudah menikah lagi dan memiliki seorang anak dari ibu tiri saya. Ayah saya berjanji akan memberikan saya pendidikan yang baik. Saya pun tertarik untuk pindah bersama dengan ayah saya, "Jika saya tinggal bersama ayah, ibu tidak perlu banting tulang lagi untuk menyekolahkan saya". Tapi saya akan kehilangan kesempatan untuk tinggal bersama ibu. Jadi mana yang harus saya pilih ibu atau ayah-dilema. Saya sadar bahwa tak pernah ada jawaban untuk pilihan sulit yang saya hadapi, tapi dengan pemikiran bocah yang terlalu rindu pada ayahnya saya putuskan untuk tinggal dengan ayah. Keputusan itu telah membuat saya terpisah sejauh 1.000 kilometer dengan ibu saya. Ternyata Tuhan punya cara lain untuk menyatukan kami, setelah 8 tahun berlalu ayahku memutuskan untuk kembali tinggal di Sumedang dan itu berarti jarakku dengan ayah maupun ibu tidak akan sejauh dulu. Dan setelah saya melewati pilihan antara ibu dan ayah, kini saya dihadapkan pada pilihan pekerjaan yang dekat dengan orangtua atau jauh dari orangtua. Dilema kembali terjadi.

    ReplyDelete
  12. Khoyul
    @Jkhoyul
    Blitar, Jatim
    https://twitter.com/JKhoyul/status/707744657308954624

    Pilihan sulit, aku harus membuat keputusan apa yang harus kulakukan kitika orang tuaku terlibat masalah sedangkan kondisi ekonomi keluarga sedang bobrok. Aku tetap bekerja di tempat sama padahal sudah nyaman walau gaji kecil dengan resiko takut keluar rumah saat dalam rumah, dan takut keluar dari tempat kerja kalau sudah dalam tempat kerja (takut menghadapi pandangan buruk prang terhadapku). Atau pergi kerja yang jauh, dan kemungkinan mendapat pengalaman baru dan gaji lebih besar, serta bisa menenangkan diri sejenak. Aku memilih menjauh, toh dihadapipun itu bukan masalahku, tapi masalah orangtuaku yang membuatku ikut susah juga. Dan tiga tahun lebih setelahnya aku kembali. Bisa memperbaiki perekonomian keluarga, masalah orangtuaku juga sudah reda. Kalaupun ada selentingan lagi, aku sudah tahu cara mengatasinya.

    ReplyDelete
  13. Nama : Nur Apriliyani
    Akun twitter : @AprilCahaya
    Domisili : Pati, Jawa Tengah
    Link Share :https://twitter.com/AprilCahaya/status/707748350934659074

    Setiap orang pasti pernah mengalami hal sulit dalam hidupnya. Pernahkah terbayang gimana sulitnya kerja sambil kuliah? Nah inilah yang saya alami akhir-akhir ini. Jika sudah memutuskan kerja sambil kuliah suatu saat nanti pasti ada benturan diantara keduanya. Dan hal yang paling sulit dan berat dilakukan adalah mengorbankan salah satunya.

    Disaat keduanya sama-sama padat maka disitulah penyakit pusing akan sering datang menghampiri. Yakin deh, hari-hari terasa tak ada ujungnya. Sekedar untuk istirahatpun tak bisa.

    Minggu kemarin saya harus mengikuti stok opname di toko tempat saya bekerja sedangkan hari itu saya ada jadwal kuliah dari pagi sampai sore. Pilihan yang sulit melihat keduanya sama-sama penting bagi saya. Sebenarnya saya ingin memilih kuliah, tapi... pekerjaan juga penting dan boss saya sampai memohon saya untuk ijin absen kuliah saja.

    Sempat ragu dan bimbang, mengingat sekarang saya sudah semester enam. Namun akhirnya saya memilih absen perkuliahan dan mengikuti stok opname. Sangat kacau hingga tugas menumpuk tanpa tersentuh.

    Sehingga minggu berikutnya saya ijin kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Jadi cerita ini saya ijin kuliah untuk pekerjaan dan saya ijin kerja untuk kuliah.

    Woaahh... jadi siapa bilang kerja sambil kuliah keren?? sangat melelahkan dan menghabiskan banyak tenaga dan pikiran.

    Begitulah kesulitan hidup saya beberapa pekan ini. Terimakasih.

    ReplyDelete
  14. Nama : Nur Apriliyani
    Akun twitter : @AprilCahaya
    Domisili : Pati, Jawa Tengah
    Link Share :https://twitter.com/AprilCahaya/status/707748350934659074

    Setiap orang pasti pernah mengalami hal sulit dalam hidupnya. Pernahkah terbayang gimana sulitnya kerja sambil kuliah? Nah inilah yang saya alami akhir-akhir ini. Jika sudah memutuskan kerja sambil kuliah suatu saat nanti pasti ada benturan diantara keduanya. Dan hal yang paling sulit dan berat dilakukan adalah mengorbankan salah satunya.

    Disaat keduanya sama-sama padat maka disitulah penyakit pusing akan sering datang menghampiri. Yakin deh, hari-hari terasa tak ada ujungnya. Sekedar untuk istirahatpun tak bisa.

    Minggu kemarin saya harus mengikuti stok opname di toko tempat saya bekerja sedangkan hari itu saya ada jadwal kuliah dari pagi sampai sore. Pilihan yang sulit melihat keduanya sama-sama penting bagi saya. Sebenarnya saya ingin memilih kuliah, tapi... pekerjaan juga penting dan boss saya sampai memohon saya untuk ijin absen kuliah saja.

    Sempat ragu dan bimbang, mengingat sekarang saya sudah semester enam. Namun akhirnya saya memilih absen perkuliahan dan mengikuti stok opname. Sangat kacau hingga tugas menumpuk tanpa tersentuh.

    Sehingga minggu berikutnya saya ijin kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Jadi cerita ini saya ijin kuliah untuk pekerjaan dan saya ijin kerja untuk kuliah.

    Woaahh... jadi siapa bilang kerja sambil kuliah keren?? sangat melelahkan dan menghabiskan banyak tenaga dan pikiran.

    Begitulah kesulitan hidup saya beberapa pekan ini. Terimakasih.

    ReplyDelete
  15. Nama : Anggun Mawar Sari
    Twitter : @anggunmawar
    Domisili : Lampung
    Link share : https://twitter.com/anggunmawar/status/707761356863221760

    Setiap manusia hidup pasti dihadapkan pada sebuah pilihan, mulai dari pilihan hidup yang mudah atau yang sulit. Untuk menentukan pilihan dalam hidup saya perlu memikirkan dampak-dampak yang akan saya hadapi ketika saya memilih salah satu pilihan.

    Untuk menentukan pilihan yang tepat saya percaya dan mengikuti kata hati. Setelah saya percaya pada kata hati saya, saya melakukan sholat istiqoroh meminta petunjuk kepada Allah SWT, karena saya yakin kata hati dan petunjuk dari Allah SWT merupakan langkah yang tepat untuk menentukan pilihan yang sulit dalam hidup.

    ReplyDelete
  16. Pilihan sulit dalam hidup? Pasti pernah. Karena hidup memang tentang pilihan. Cara mengatasi kesulitan memilih dalam hidup itu dengan meyakinkan pilihan. Bagamana cara meyakinkannya? Pertama sholat istikharoh, dalam memilih awali dengan bismillah, jalani dengan sabar dan Istiqomah, jangan pernah menyesal, anggap pilihan yang kita ambil adalah hal yang terbaik 😊
    Nama :diyah fibriyani
    Domisili:brebes
    Twitter : @diyah_fibriyani
    Link share 👇👇👇
    https://twitter.com/diyah_fibriyani/status/707770188486213632

    ReplyDelete
  17. Nama: Muhamad Septian Wijaya
    Twitter: @WijayArts
    Domisili: Pondok Pucung, Tangerang
    Link share: https://twitter.com/WijayArts/status/707892373192192001

    Pilihan sulit dalam hidup adalah saat tanggal tua, dan uang tinggal 10ribu ada dua pilhan dibelikan mie instan dapet tiga atau beli nasi uduk dapet dua?? its the hardest choices isnt it??

    ReplyDelete
  18. Nama: Cahya
    Twitter: @chynrm
    Domisili: Palembang, SumSel
    Link share: http://twitter.com/chynrm/status/708119809272119296

    Pernah!

    Di usiaku yang saat itu sudah terbilang matang untuk berpikir secara lebih dewasa, aku justru dihadapkan pada kebimbangan keputusan yang harus aku tempuh. Dihadapkan pada persimpangan jalan, aku harus pilih jalan mana yang akan dituju. I can't say it properly what I've been through. Kind of privacy and I want to keep it just for myself. So let's say--analogikan saja--that in this case is just like a fresh graduate from high school who want to go to collage and must be picky which university or prody to choose. It's all about my future. Jika aku ke kanan, aku merasa itu bukan duniaku, aku tidak bisa bayangkan akan bagaimana jadinya aku nanti kalau melewati jalan itu. Jika aku ke kiri, aku akan mengecawakan banyak orang yang sudah percaya padaku.

    Selama kembimbangan itu, aku merasa jati diri serta rasa PD di diriku telah hilang sepenuhnya. Aku yang biasanya berani, teguh, teliti, logic dan berpikir jernih, sekejap menjadi seorang idiot yang nggak punya tujuan hidup. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan esok hari. Aku sudah seperti orang gila yang terisolasi dalam kerangkeng besi. Aku sempat mogok makan berhari-hari dan mengurung diri karena begitu terpukul dengan keadaan yang sedang kualami. Too much drama? Perhaps. But that's the truth.

    Saat itu memang salahku pula karena aku jauh dari Tuhanku. Harusnya di saat genting seperti itu aku meminta pencerahan dari-Nya. Tapi aku bergeming. Aku pasrah pada keadaan yang membawaku ke sudut mati. Aku merasa hidupku tidak tenang karena tidak ada rasa confident dalam diri. Tapi akhirnya ketenangan itu bisa hadir lagi saat aku kembali bersimpuh di hadapan-Nya. Meminta pertolongan-Nya. Sumber sekaligus kunci dari segala kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

    Tanpa pikir 2x aku memilih jalanku sendiri. Aku tidak ingin banyak menimbang karena itu justru makin menambah keraguan. Jalan yang kupilih saat ini mungkin bisa dibilang bukan hasil terbaik seperti yang aku--bahkan orang lain--inginkan. Tapi aku percaya bahwa segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan. Hal itu terjadi karena ingin mengajariku sesuatu dalam hidup. How to deal with it and all depends on my own decision. I have to take responsibility since I'm adult enough. Whatever happens, it just happens. Sejak itu aku harus lebih bisa bersyukur dengan keadaanku apa pun itu.

    ReplyDelete
  19. Nama : Rini
    Twitter: @putpen_
    Domisili: Alabio (kalsel)
    Link share: https://mobile.twitter.com/putpen_/status/708220363939819529?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C2450090026


    Pilihan tersulit dalam hidup saya yaitu saat saya harus memilih apakah saya harus memutuskan hubungan dengan pacar saya atau tidak. Dan pada akhirnya saya memilih untuk memutuskannya. Karena saya tau orang tua saya lebih membutuhkan saya. Saya ingin mewujudkan mimpi mereka. Jika saya terus berhubungan dengan pacar saya, saya rasa semua mimpi saya akan sia-sia.

    ReplyDelete
  20. Nama: Rindang Yuliani
    Akun twitter: @Ryu_keren
    Domisili:Barabai, Kalimantan Selatan
    Link share: https://twitter.com/Ryu_keren/status/708287669445373953

    Pertanyaan: "Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"

    Jawaban: Saya pernah mengalami kebingungan memutuskan pilihan yang sama2 sulit antara melanjutkan S2 atau menikah setelah lulus sarjana. Cara yang saya ambil dalam memutuskan salah satu pilihan tersebut adalah istikharah dan menimbang baik-buruk setiap pilihan. Pada akhirnya dengan memantapkan hati dan dukungan orang tua saya memilih menikah. Meski S2nya tertunda, namun itu tetap menjadi impian yang akan saya wujudkan di masa depan.

    ReplyDelete
  21. Nama : Pida Alandrian
    Email : shafrida.alandrian@gmail.com
    Twitter : @PidaAlandrian92
    Domisili : Aceh
    Link Share : https://twitter.com/PidaAlandrian92/status/708315703535767552

    Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?

    Setiap manusia pasti ada di saat2 tertentu menghadapi pilihan yang sulit dalam hidupnya termasuk aku juga yang pernah mengalaminya.

    Ketika aku di beri pilihan harus memilih antara melanjutkan kuliah S2 ku atau pulang ke kampung untuk membantu orang tuaku yang pada saat itu sangat membutuhkan bantuanku. Pada saat itu aku tidak langsung member jawaban. Aku betul2 bingung, bimbang, sedih akan nasib ku kedepannya akan seperti apa kalau aku memilih salah satunya.

    Akhirnya aku berikhtiyar kepada Tuhan, menyerahkan keputusanku kepada-Nya. Aku harus berpikir matang2 dan mantap, apa yang terjadi pada hidupku kalau aku memilih S2 ku? Yg pasti ilmuku bertambah, masa depanku ada pencerahannya. Tapi apa semua itu berarti tanpa kita memikirkan perasaan orang tua yg pada saat itu sangat membutuhkan kita. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang kampung. Pilihan yang sulit tp aku yakin Tuhan telah menyimpan sesuatu yg besar kepadaku saat itu. Dan terbukti 2 tahun kemudian aku tetap bisa melanjutkan s2 ku dengan tambahan bonus yg ku dapatkan luar biasa Beasiswa. Aku sangat bersyukur. Dari keputusanku tersebut aku bisa mengambil hikmah, bahwa tdk semua keputusan yg kita ambil itu akan membuahkan sesuatu yg buruk tp malah sebaliknya yg kita dapatkan lebih besar dr apa yg kita rencanakan sebelumnya. Walaupun pilihan yg pilih itu hal tersulit dlm hidup kita.

    Karena aku percaya dengan kutipan yg ada di buku ini:
    "Yang penting bukan bagaimana orang lain menerima kita, melainkan seberapa besar kita bisa menerima diri kita sendiri dengan segala kekurangannya dan berdamai dengan itu.

    Sekian..
    Salam Pida Alandrian

    ReplyDelete
  22. Nama : Nova Indah Putri Lubis
    Twitter : @n0v4ip
    Domisili : Medan
    Link Share : https://twitter.com/n0v4ip/status/708532552361873408

    Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?

    Pernah. Waktu itu memilih antara harus mempertahankan diri di tempat kerja yang lama atau pindah ke tempat kerja yang lebih baik. Mungkin sebagian erpikir kenapa itu menjadi pilihan yang sulit? Alsannya karena saya sangat berharap besar pada kemajuan tempat kerja saya yang lama. Saya yakin perusahaan ini bisa maju, bisa diakui meski saat ini namanya belum begitu dikenal di dunia bisnis, tapi saya percaya kami bisa menjadikan perusahaan ini bersinar. Itu sebabnya ini merupakan pilihan yang sangat sulit. Apa saya harus bertahan disini, bersakit-sakit dahulu hanya dengan gaji yang dibawah UMR tapi dengan harapan semoga perusahaan ini bisa menjadi perusahaan sukses atau lebih memilih pindah ke tempat lain yang lebih menjanjikan terutama dari segi gaji. Saya benar-benar bingung saat itu.Karena apapun keputusan saya nantinya akan mempengaruhi masa depan saya.

    Bagaimana cara saya memutuskan jalan yang saya pilih? Tentunya dengan meminta pertolongan pada Sang Pencipta dan meminta petunjuk dari-Nya lalu saya bertukar pikiran baik dengan keluarga, sahabat maupun rekan sejawat dan yang terakhir saya melihat kondisi perusahaan itu sendiri. Waktu itu kondisinya memang sedang genting ditambah lagi atasan saya yang ternyata loyalitasnya malah lebih kurang daripada kami anak buahnya membuat saya berpikir ulang untuk mengabdi pada perusahaan ini. Malah atasan saya yang tidak bersemangat dan seolah lepas tanggung jawab pada perusahaannya sendiri. Mungkin itu jalan yang diberikan Tuhan kepada saya. Disaat saya bimbang, Tuhan menunjukkan jalan yang mempermudah saya mengambil keputusan. Itulah bagaimana cara saya mengambil keputusan... :)

    Terima kasih ^^

    ReplyDelete
  23. Nama : whella Nurlela
    twitter : @whella_nd
    domisili : Nganjuk, jawa timur
    link share : https://twitter.com/whella_ND/status/709019080020209664

    jawaban :
    Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"
    pernah. sekitar bulan juni&juli-15 kemarin. waktu itu aku bimbang mau lanjutin SMA dimana, antar luar kota, pondok, dan didalam kota.
    waktupun berlalu, pilihanku tidak jatuh pada pondok. karena ada beberapa alasan tersendiri.
    dan masih ada 2 pilihan. akhirnya dalam sholat tahajud aku memohon, dan disertai sholat istiqarah. dan ortupun awalnya dukung impianku untuk di luar kota.
    dan hasil pengumumanpun menyatakan : aku diterima di SMA luar kota.
    aku beryukur banget... dan tapi ortuku bilang, gausah dimasukin ya... banyak alasan untuk keluar kota. dan " how sad am i?" sangat terpukul kecewa dan sedih. ncampur aduk
    aku memohon pada Allah, semogaa keputusan ortuku itu juga terbaik bagiku. dan aku ingat "Ridho Allah, berada di ridho orang tuamu" yasudahlah...
    sekarang tetep semangat SMA manapun.. :))

    wish me luck :D

    ReplyDelete
  24. Nama : Khoirur Rohmah
    Akun Twitter : @Rohmahdg
    Domisili : Jember
    Link Share :
    https://mobile.twitter.com/Rohmahdg/status/708518346367479808

    Pertanyaan :
    "Pernahkah kalian menghadapi pilihan sulit dalam hidup? Bagaimana cara kalian untuk memutuskan jalan mana yang akan kalian pilih?"


    Pertanyaan di atas adalah pernyataan yang teramat sangat sulit. Namun, jika ditanya demikian, saya pun pernah mengalaminya. Tepatnya ketika saya baru lulus Aliyah yang saat itu masih belum mendapatkan ijazah.

    Sebagai seorang remaja dan siswi yang aktif di sekolah, saya memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dengan mengambil jurusan TIK untuk pilihan pertama, dan Kesehatan Masyarakat di pilihan kedua di Universitas ternama di kota saya..

    Tapi ternyata, ibu berkeinginan lain supaya saya tak perlu melanjutkan pendidikan lagi. Karena masalah ekonomi yang menghimpit keluarga kami. Hal itu merupakan pilihan yang sangat sulit, jika harus memutuskan keinginan saya dengan pilihan orangtua.

    Untuk memilih jurusan apa dalam SBMPTN saja saya sudah pusing. Malah ini harus memilih sebuah pilihan yang sulit dan dilematis.

    Tak usah melanjutkan pendidikan tinggi, artinya saya harus bekerja untuk melanjutkan kelangsungan hidup. Menyikapi hal itu, saya berusaha beristikhoroh. Memohon petunjuk-Nya. Berharap supaya Tuhan memilihkan jalan yang terbaik.

    Tapi sayangnya, kakak menyuruh saya untuk tak melanjutkan mimpi kuliah tersebut. Karena kuliah tetap bisa dilaksanakan ketika saya sudah menikah. Ujarnya. Kakak pun juga memberikan mandat untuk mengabulkan permintaan ibu, agar saya mencari pekerjaan. Terlebih kakak berpesan agar saya menjaga Ibu. Karena Kakak akan merantau ke pulau seberang.


    Pilihan itu teramat pilu dan sakit ketika di awal2 antara kuliah dan bekerja. Bahkan saya sempat sedih apabila berlangsung ujian SBMPTN tiap tahun. Sepertinya luka saya masih menganga meski tak selebar dahulu. Tapi mau bagaimana lagi, saya mencoba mensyukuri dengan pilihan sulit itu. Dengan bekerja, saya bisa membiayai hidup bersama Ibu, dan membahagiakannya sebisa saya.

    Alhamdulillahh karena pilihan sulit itu, saya mendapatkan pekerjaan dan ilmu sekaligus yang juga searah dengan impian saya ketika bisa berkesempatan kuliah. Yakni TIK. Dan alhamdulillah. Saya sekarang menjadi bagian layouter skaligus desain grafis di sebuah penerbit dekat rumah saya. Dari situ saya belajar mengambil hikmah ketika dihadapkan oleh pilihan sulit tersebut.

    terima kasih ^_^




    ReplyDelete

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)