Lost and Found

Judul : Lost and Found
Penulis : Dy Lunaly
Penerbit : Grasindo
Tebal Buku : 250 Halaman
Cetakan Pertama, Oktober 2016
ISBN : 9786023757077
Rating : 3 dari 5




Blurb:

Setiap benda akan patah. Termasuk hati. Walau sudah delapan tahun berlalu, hati Illa masih patah dan jiwanya rusak. Sampai detik ini dia masih tidak memiliki kepercayaan diri untuk kembali berurusan dengan cinta. Bukan tanpa alasan, dia takut untuk kembali terluka, mental dan fisik.

Illa menjalani hidupnya dengan membuka sebuah toko bernama My Ex-Boyfriend di sudut jalan Braga. Toko yang menarik perhatian banyak orang karena tokonya khusus menjual barang pemberian dari mantan. My Ex-Boyfriend tidak pernah sepi membuat hidupnya cukup sibuk dan untuk sesaat dia berhasil melupakan sesuatu yang bernama cinta. Hingga seorang pria tidak sengaja hadir dalam hidupnya.

Mungkinkah hati yang tidak hanya sudah patah melainkan berderai mampu kembali utuh? Mungkinkah rasa percaya yang sirna karena pengalaman buruk mampu kembali untuk percaya?

Pada akhirnya, akankah tragedi menghasilkan bahagia?


***

Illa mendiami lantai dua toko uniknya yang bernama My Ex-Boyfriend. Tak kalah unik pula, tokonya memiliki ciri khas dengan menjual barang-barang milik mantan. Illa memberikan sentuhan pada benda-benda itu hingga akhirnya layak jual. Di My Ex-Boyfriend, biasanya orang-orang memberikan begitu saja barang-barang peninggalan mantan mereka. Ada pula, kiriman-kiriman yang disertai dengan surat-surat yang berkisah tentang banyak hal, terutama tentang barang yang mereka kirim untuk "dibuang" dalam kehidupan mereka.


Hai Illa,
Akhir-akhir ini aku dihantui satu pertanyaan, di mana kita menyimpan kenangan?
Tidak mungkin pada barang karena sekalipun kita sudah membuang atau menjualnya, kenangan selalu menemukan cara untuk kembali. Dan tidak juga pada ingatan karena seharuasnya kita belajar untuk melupakannya.
Jadi, di mana kita menyimpan kenangan? ---halaman 7

Illa mendapatkan seorang pengunjung, pria bernama Pandu yang ternyata tempat tinggalnya tidak jauh dari tokonya berada. Namanya Pandu, dan dia memborong album foto untuk didesain ulang menjadi sebuah diorama.

Kehadiran Pandu, tidak sebatas itu saja. Pria itu bahkan sudah mengenal Illa jauh dari sebelum pertemuan pertama mereka berlangsung. Apalagi, setelah bantuan demi bantuan tak terduga yang diberikan Pandu padanya, berhasil membuat ia meyakinkan diri untuk membuka sebuah kisah baru di balik cerita lamanya sebagai seorang penyintas sesuatu di masa lalu. Sosok Danang dalam hidupnya berhasil menorehkan luka lama yang tak kunjung mereda. Belum lagi, cerita-cerita seputar kehilangan orang-orang terdekatnya, membuat Illa begitu takut untuk melangkah ke depan.


"Kamu tahu, mengingat kenangan yang membahagiakan jauh lebih sakit daripada mengingat kenangan buruk. Karena kita tahu kenangan bahagia itu nggak mungkin terulang." ---halaman 138

Apakah Pandu cukup memberikan "arti" dalam kehidupan Illa lebih dari sekadar ia membantunya di kala dibutuhkan, dan ia mengetahui makanan kesukaan Illa yang sering dipesannya di kafe miliknya?


***

Lost and Found adalah buku pertama dari Dy Lunaly yang saya baca, setelah sekian lama mem-follow penulis pada akun media sosialnya. Menurut saya, buku ini cukup bagus. Cara penulis mengemas ceritanya menarik. Apalagi, menemukan tema yang untuk untuk dijadikan bahan baku pembuatan novelnya, sungguh merupakan ide yang brilian. Bagi saya, kisah yang bagus itu yang memiliki kedekatan personal dengan pembacanya. Dan memberikan kisah pada barang-barang pemberian mantan, jelas berhasil memberikan kedekatan itu. Siapa sih yang nggak pernah dikasih barang spesial dari orang yang pernah spesial dalam kehidupan kita? Saya yakin, pembaca (atau minimal saya, deh), langsung terngiang pada benda-benda apa saja yang pernah diberikan mantan pada saya, dan kenangan yang tersimpan pada barang tersebut kembali menguar... dan membuat laper. (Hehehe, saya anti baper.)

Salah satu keunggulan yang dimiliki penulis adalah, berhasil menempatkan deskripsi setting dengan apik. Sudut-sudut Jalan Braga memiliki aura magisnya yang menyenangkan, membuat saya yang bukan orang Bandung merasa berada di sana, menikmati arsitektur bangunan tua yang menawan di sepanjang jalannya. Fix lah, kalau ke Bandung lagi saya harus menikmati sepanjang jalan ini.


Salah Satu Sudut Jalan Braga (Sumber Gambar)

Kisah yang terjalin antara Illa dan Pandu pun, cukup menarik untuk disimak. Bagaimana pertemuan pertama yang memancing pertemuan-pertemuan selanjutnya, tentang Illa yang berusaha keluar dari kungkungan masa lalunya yang berat, juga Pandu yang mulai menceritakan dan menguak cerita kelam masa lalu pria itu. Semuanya, terjalin dengan cukup manis.

Secara umum, Lost and Found berhasil menyuguhkan kisah menarik yang layak untuk dibaca. Meskipun, ada beberapa hal yang menurut saya bisa tersaji lebih bagus lagi. Pertama, saya kesulitan menemukan deskripsi fisik tokoh-tokohnya, terutama Illa. Atau mungkin saya yang kelewat bacanya? Entahlah. Dalam bayangan saya, Illa adalah sosok enterpreneur muda yang memikat dan menarik. Namun ternyata, di tengah menuju akhir, justru saya mendapatkan sebuah fakta tentang adanya kata-kata bahwa Illa ini "jelek, lemah, sama sekali nggak menarik". Wow. Satu kalimat itu berhasil membuyarkan bayangan saya tentang Illa yang sudah dibangun dari awal. 

Yang kedua, barangkali ada hubungannya dengan ulasan saya sebelumnya. Ada beberapa bagian yang menurut saya, penulis masih menggunakan teknik "tell" dalam penyajiannya. Misalnya, ungkapan "jelek" itu tadi. Alih-alih menuliskan jelek, alangkah lebih baiknya diberikan beberapa fakta yang bisa disimpulkan sendiri oleh pembaca tentang itu. Entah mungkin dalam deskripsi fisik, atau dari kesan-kesan tokohnya. Padahal, belum tentu sesungguhnya seperti yang digambarkan dalam satu baris kalimat itu. Sebenarnya, kerasa banget itu saat adegan Illa mendapatkan surat yang menyertai barang-barang yang dikirim ke My Ex Boyfriend. Obrolan tentang isi surat yang dibahs kedua tokoh di sana, menjelaskan bahwa suratnya "sedih banget" sampai ada yang menangis karena membacanya. Saya jadi penasaran, memangnya sesedih apa sih isi suratnya? Karena di awal seolah sudah didikte bahwa pasti bakalan sedih. 


Kesedihan seperti apa yang ditanggung hingga dia tidak mampu menahan air matanya ketika menulis surat ini? ---halaman 16

Ternyata, isi suratnya memang sedih. Hanya saja, menurut saya, sebaiknya tidak ada pernyataan tentang sedih itu duluan. Membiarkan pembaca merasakan sendiri kesedihannya tanpa harus didikte duluan, efeknya bakal lebih personal ketimbang di-"tell" duluan di depan.

Satu lagi, mohon maaf, saya tidak berhenti memikirkan Danang Dangdut Academy Asia saat melihat nama Danang muncul di buku ini (#initidakpenting).

Tentang barang-barang pemberian mantan (entah mengapa saya kepingin bahas ini juga di sini), saya meyakini bahwa setiap benda itu mempunyai cerita. Apalagi, ketika barang itu diberikan oleh orang yang pernah punya cerita dalam kehidupan kita. Saya nggak punya mantan sih, sebenarnya (hahaha, bohong banget!). Saya anggap mereka adalah orang yang pernah dekat secara personal dengan saya, dan memiliki arti dan tempat khusus yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Saya pernah diberi beberapa benda istimewa. Ada jilbab (yang sampai sekarang nggak pernah saya pakai lagi, wkwkw), tapi lebih banyak buku. Saya punya beberapa buku dari orang-orang istimewa. Dan ketika kehidupan saya tidak lagi bersinggungan dan berada pada rel yang sama dengan mereka, saya lebih memilih untuk menyimpan kenangan itu dan tidak tertarik untuk membuang atau mengalihkan kepemilikan ke orang lain. Karena, bukan bendanya yang menjadi masalah, tetapi bagaimana cara kita menata hati yang menjadikan kenangan itu tidak dalam posisi yang destruktif. (Saya memang nggak buang barangnya, tapi block orangnya di media sosial, hahaha #lah) Tapi saya dapat hikmah dari barang pemberian mantan ini. Saya dapat boneka beruang besar warna biru yang aslinya, diberikan oleh mantannya si adik, ke adik saya. Nah, barang pemberian mantan terkadang mempunyai hikmah menyenangkan, bukan?

Tuh kan benar, membuat cerita yang dekat dengan pembaca itu, berhasil menempelkan kesan dalam benak yang tidak mudah untuk hilang.

Oke, itu dia sedikit ulasan saya. Lost and Found adalah perkenalan pertama saya dengan penulis, dan sepertinya, perkenalan ini akan berlanjut ke karya-karya penulis lainnya. 

2 komentar:

  1. Kalau tidak salah ini tuh dulunya cerpen yang kemudian dikembangkan jadi novel bukan? Kayak pernah baca alurnya, heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya kurang tahu. Ini karya pertama penulis yang saya baca.

      Delete

Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)