[Giveaway] Sharing is Fun



Assalamualaikum, halo selamat malam semuanya...

Saya punya janji kepada diri sendiri, semacam nazar kalau saya berhasil mencapai target pribadi tentang sesuatu, maka saya akan mengadakan giveaway. Dan alhamdulillah, akhir bulan Oktober kemarin target itu tercapai *yeay*

Selain itu, akhir-akhir ini saya senang sekali karena berhasil menemukan novel-novel yang menurut saya keren. Sudah merupakan kewajiban bagi saya untuk men-share dan memberi tahu kepada khalayak ramai bahwa novel-novel yang saya baca itu sangat direkomendasikan. Dan semoga, novel-novel itu cocok juga untuk kalian baca sehingga kalian akan merasakan bagaimana sensasi saya waktu membacanya.

Jadi, tanpa berlama-lama, saya akan membagikan satu buah novel untuk kalian yang mengikuti giveaway ini. Ada beberapa judul novel yang saya pilihkan untuk kalian dan tentunya bisa kalian pilih sendiri. Novel-novel ini saya beri rate 4 sampai 5. Kalau selera buku kita sama, maka saya berani jamin kalau buku-buku ini keren (semoga).

Judul yang bisa kalian pilih adalah:





  • Almost 10 Years Ago by Trini
  • Dash & Lily's Book of Dares by Rachel Cohn & David Levithan
  • Jakarta Sebelum Pagi by Ziggy Z
  • Metafora Padma by Bernard Batubara
  • Purple Eyes by Prisca Primasari
  • Rumah Kertas by Carlos María Domínguez
  • The Secret Life of Bees by Sue Monk Kidd


  • Syaratnya? Mudah sekali, cek ketentuannya di bawah ini ya:

    1. Giveaway ini hanya untuk kalian yang memiliki alamat surat di Indonesia.
    2. Follow blog saya melalui akun Google Friend Connect yang ada di sidebar blog ini.
    3. Follow akun twitter @niesya_bilqis kemudian share giveaway ini di akun twitter kalian dengan hashtag #SharingisFunGA Jangan lupa mention saya di @niesya_bilqis yaaa. (Khusus buat anak NIH, kalian nggak perlu follow akun saya yang ini ya, cukup akun satunya aja, wkwkwk.)
    4. Pilih buku yang kalian inginkan. Caranya? Pergi ke tautan review saya (link-nya ada di atas), silakan meninggalkan jejak di sana (boleh berupa komentar atau sekadar numpang ninggalin jejak, asal bukan spamming ya.) Kalau komentar kalian lebih di satu review-an (atau kalian minat di lebih dari satu judul buku), hadiahnya akan saya pilihkan. 
    5. Karena tajuk giveaway ini adalah "Sharing is Fun", maka saya meminta kalian untuk berbagi. Silakan membagikan satu judul novel rekomendasi kalian untuk saya. Lalu, kalian juga harus memberikan lima trivia yang "kalian banget", jadi saya bisa balik memberikan rekomendasi novel untuk kalian dari trivia itu. Pokoknya bebas saja ya, intinya kan kita saling sharing buku bacaan bagus ^_^ Alhamdulillah kalau ternyata menang giveaway-nya. Kalau nggak, setidaknya kalian dapat bahan rekomendasi novel bagus dari saya atau teman-teman lainnya.
    6. Jawaban nomor lima dituliskan di kolom komentar postingan ini dengan menyertakan: nama, akun twitter, dan domisili (link komentar tidak usah disertakan karena nanti akan saya cek langsung).
    7. Contohnya: "Aku merekomendasikan novel Gadis Jeruk karangan Jostein Gaarder buat Kak Nisa. Trivia aku: Suka baca buku tebal, suka novel romance, suka warna pink, suka bunga-bungaan, ngga suka dikasih harapan palsu (#ups)."
    8. Giveaway ini akan berlangsung selama satu minggu (plus 1 hari karena saya posting-nya hari ini kemalaman) dari tanggal 30 November hingga 7 Desember 2016. Pengumuman pemenang (dipilih pakai random) akan dilaksanakan satu hari setelahnya yaitu 8 Desember 2016.

    Semoga kalian beruntung ya!! ;)


    _________
    Source pict, edited by me

    Pengumuman Giveaway (Never) Looking Back




    Assalamualaikum, halo selamat malam semuanya. 

    Sesuai janji saya untuk mengumumkan pemenang giveaway (Never) Looking Back yang akan saya sampaikan satu hari setelah periode giveaway-nya selesai di blog saya, maka sebentar lagi akan saya umumkan siapa pemenangnya. Penasaran? Eits, nanti dulu. Jangan buru-buru scroll ke bawah ya ;)

    Saya mau mengucapkan terima kasih kepada penulis, Elvira Natali (@elpignutt), yang sudah memercayakan kepada saya untuk menjadi bagian dalam rangkaian blogtour novel keempatnya ini. Saya sangat senang karena bisa terpilih *yeay*. Juga kepada teman-teman dari Gagas Media (@GagasMedia) yang juga sudah merangkai konsep blogtour ini, dan segala kerja samanya hingga rangkaian virtual booktour ini berjalan dengan lancar. Tak lupa pula kepada teman-teman dari Official Elvers (@OfficialElvers) atas bantuan menyebarluaskan giveaway ini dan turut meramaikan promosi karya terbarunya Elvira Natali (dan turut mendukung penulis cantik ini untuk terus berkarya kan ya? ;)). 

    Last but not least, saya haturkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah meramaikan dan berpartisipasi mengikuti giveaway ini. Saya menghargai jawaban dari teman-teman dan benar-benar mendapatkan pelajaran berharga pula dari kisah kalian. Semoga kalian semua yang membacanya pun ikut merasakan pelajaran berharga dari sebuah kesalahan yang pernah dilakukan. Nice sharing guys, i really appreciated. Sekali lagi, terima kasih, xoxo.

    Jadi, setelah membaca jawaban kalian, saya memilih satu di antaranya untuk dijadikan pemenang. Dan yang beruntung adalah...



    *drum roll*






    Selamat kepada:




    Ditunggu konfirmasinya via dm di twitter @niesya_bilqis, sertakan nama, alamat, dan no telepon untuk pengiriman bukunya paling lambat 3 x 24 jam setelah pengumuman ini dibuat.

    Anyway, selamat kepada pemenang. Buat yang belum terpilih, masih ada kesempatan lainnya. Nantikan giveaway lainnya yang diadakan di blog saya. Untuk kalian yang belum beruntung di sini, bisa mengikuti lagi di blog Bintang ya. 

    Terima kasih, selamat malam, dan wassalamualaikum.


    Dash & Lily's Book of Dares

    Judul : Dash & Lily's Book of Dares
    Penulis : Rachel Cohn & David Levithan
    Penerbit : POP
    Tebal Buku : 306 Halaman
    Cetakan Pertama, April 2016
    ISBN : 9786026208002
    Rating : 4 dari 5


    Jurnal ini adalah sebuah alat musik yang aneh—pemainnya tak mengetahui musiknya sampai alat itu dimainkan. ---halaman 112

    Blurb:

    Aku telah meninggalkan beberapa petunjuk untukmu.
    Jika kau mau tahu, balik halaman ini.
    Jika tidak, tolong kembalikan buku ini ke raknya. 

    Liburan kali ini Lily sendirian dan tidak punya teman untuk diajak bersenang-senang. Atas saran kakaknya, Lily meninggalkan sebuah jurnal merah di rak toko buku favoritnya, menanti seseorang untuk memecahkan teka teki di dalamnya.

    Liburan kali ini Dash sendirian dan terlalu masa bodoh untuk diajak bersenang-senang. Namun jurnal merah yang Dash temukan di rak toko buku favoritnya berhasil membuat pemuda itu penasaran akan tantangan-tantangan yang Lily ajukan.


    Liburan kali ini Dash dan Lily saling oper jurnal merah tempat mereka bertukar tantangan, mimpi, dan rahasia masing-masing tanpa pernah bertemu. Lalu apa yang terjadi berikutnya? Akankah permainan mereka berlanjut di dunia nyata? Atau haruskah keduanya menerima kenyataan bahwa jurnal merah telah mempermainkan nasib mereka?

    ***

    Lily, seorang gadis berkacamata yang sejak peristiwa yang berhubungan dengan kematian tragis binatang peliharaannya di masa sekolah dasar, dikenal sebagai Jerilly kependekan dari "Penjerit Lily". Ia mempunyai orangtua yang mengambil libur Natal sebagai perayaan ulang tahun pernikahan dan pergi ke Fiji, kakak bernama Lansgston dan pacarnya Benny yang tidak ingin hari Natal mereka diganggu oleh adik sepertinya, Grandpa yang pergi mengunjungi pacarnya yang bernama Mabel di Florida. Singkat cerita, Natal yang baginya selalu dihiasi dengan perayaan menyenangkan, khusus tahun ini berubah menjadi menyebalkan.

    Dash adalah pemuda yang menyenangi membaca buku dan senang mengunjungi Strand, toko buku yang ada di kotanya. Orangtuanya bercerai sehingga Natal ini ia menjalaninya sendiri. Pada ibunya ia mengatakan akan menghabiskan waktu dengan ayahnya, begitu pula sebaliknya. Ia mempunyai teman bernama Boomer, Priya, dan mantannya yang bernama Sofia. Setelah menemukan jurnal Moleskine misterius di Strand, toko buku favoritnya, ia merasa kalau Natal-nya kali ini akan istimewa.

    Lily meninggalkan jurnal itu di salah satu rak buku dengan berbagai petunjuk yang harus dipecahkan. Sebenarnya ini adalah ide Langston dan Benny, tapi pada akhirnya Lily pun mengikuti arus permainan tersebut. Dash yang tergoda oleh rasa penasaran memecahkan petunjuk di antara buku-buku yang harus dicari dan ditemukan kata-katanya, pada akhirnya mengikuti juga petunjuk lain dan ikut meninggalkan petunjuk yang harus dipecahkan oleh Lily, gadis yang namanya ada di buku itu.

    Keduanya saling meninggalkan jurnal itu sebagai petunjuk selanjutnya, melalui petualangan di tempat-tempat tertentu, saling mengerjai, memberikan jejak-jejak petunjuk yang harus dipecahkan masing-masing, agar jurnal itu tetap bisa teroper dan diisi oleh keduanya. Supaya permainan dapat terus berlanjut dan mereka saling mengenal melalui tulisan dan pemikiran masing-masing yang tertuang di atasnya. Mereka mengunjungi Macy's pusat perbelanjaan yang sangat ramai jelang Natal, ke bioskop untuk menonton film Gramma Got Run Over by a Reindeer, mengunjungi Madam Tussauds, dan tempat-tempat lainnya.

    Keduanya memutuskan untuk saling menyimpan identitas masing-masing, selain nama Lily yang diketahui Dash, namun tidak sebaliknya. Dengan alasan bahwa nama Dash langka, dan kemungkinan mengetahui siapa dirinya begitu besar.

    Kau bisa saja sedang berdiri beberapa kaki jauhnya—pasangan dansa Clara, atau di seberang jalan mengambil foto Rudolf sebelum dia terbang. Aku bisa saja duduk di sebelahmu di subway, atau bersentuhan denganmu sementara kita melewati pintu putar. Tapi bagaimanapun  kau di sini, kau memang ada di sini—karena kata-kata ini untukmu, dan kata-kata ini tak akan ada jika kau tidak di sini. Jurnal ini adalah sebuah alat musik yang aneh—permainnya tak mengetahui musiknya sampai alat itu dimainkan. ---halaman 112

    Sampai pada satu ketika salah seorang dari mereka tidak sempat meninggalkan jurnal dan petunjuk selanjutnya, mereka menyadari bahwa permainan mereka berakhir. Terlebih lagi, kehadiran kembali orang-orang di dunia nyata mereka, yang membuat mereka tersadar bahwa apa yang selama ini keduanya lakukan mungkin hanyalah ilusi. 

    Lalu pada akhirnya, apakah mereka berhasil bertemu dan menyelesaikan permainan yang mereka mainkan?

    ***

    Dua orang remaja kesepian sedang melakukan permainan mereka dalam jurnal yang dioper secara berkala. Lily dan Dash, selain meninggalkan petunjuk tempat meletakkan jurnal selanjutnya, mereka juga menuliskan pemikiran-pemikiran mereka di dalam jurnal tersebut. Sebuah permainan yang seru dan unik. Terlebih lagi, memang keduanya adalah sosok yang tak kalah uniknya. Lily si gadis berkacamata yang suka menjerit tapi mempunyai orang-orang di sekelilingnya yang sayang padanya. Lalu Dash si cowok kutu buku yang dikenal sebagai Penggerutu yang punya kegandrungan dengan kata-kata unik.

    Karakter Dash dan Lily benar-benar kuat, dengan segala dunia remaja yang melekat pada mereka. Saya bisa membayangkan bagaimana sosok Lily si gadis remaja beranjak dewasa yang kurang pergaulan ini--karena mereka telanjur mengenalinya sebagai Jerily dan karena ayahnya adalah wakil kepala sekolah--dalam benak saya. Pun begitu dengan Dash yang keren—cowok remaja kutu buku itu keren pokoknya--meskipun ia seorang yang penggerutu. Dari segi plot dan konflik, benar-benar tidak terduga dan tidak biasa. Bagaimana bisa membuat cerita dari sebuah jurnal dengan teka-tekinya bisa menjadi premis yang menarik? Lalu membuat kedua tokohnya secara tidak sengaja menjadi jatuh cinta dengan sosok imajiner itu? 

    Saya benar-benar merasa relate dengan novel ini. Yang pertama dari segi cara penulisan dengan membuat dua tokohnya dari dua sisi dan dua sudut pandang yang berbeda, mengingatkan saya pada role playing fiction. Itu juga mungkin yang membuat saya tidak merasa kebosanan atau tidak merasa kurang cocok dengan cara penyampaian cerita yang begini karena sudah terbiasa membaca cerita versi RPF. Lalu, merasa jatuh cinta dengan teman dunia maya? Haaa... sudah biasa =)) Maksudnya, saya terbiasa jatuh cinta dengan karakter maya seseorang hingga benar-benar merasa terbuai tipuan Plato seperti yang disampaikan Dash di sini:

    Aku tak mau memberi tahu Lily bahwa aku merasa kami terbuai tipuan Plato dan konsepnya mengenai belahan jiwa.  ---halaman 102

    Itu tadi adalah tanggapan Dash ketika Lily mengungkapkan dalam jurnal Moleskine-nya tentang:

    Aku ingin percaya bahwa ada seseorang di luar sana untukku. Aku ingin percaya bahwa aku ada untuk orang itu. ---halaman 102

    Lalu kehadiran Sofia, dan teman-teman Dash di luar Lily dan aktivitas mereka berdua, seolah merepresentasikan "teman dunia nyata" bagi Dash. Ada banyak momen yang membuat saya suka dengan gadis itu.

    "Seharusnya kau tak boleh menggantungkan harapan pada angan-angan." ---halaman 155

    Jadi, Dash ini karakter yang keren sekali! (Ini kali kedua saya bilang Dash keren, ya?) Pemikirannya, hobi membacanya, dan bagaimana dia menjalani kehidupan sebagai anak broken home tapi tidak membuatnya memiliki sifat yang destruktif.

    Mungkin yang dia inginkan hanyalah kembali ke perpustakaannya dan membaca seratus buku, hanya saja semua orang terus mengganggunya, mengatakan bahwa dia tak bisa selamanya sendirian. ---halaman 228

    Kutipan di atas dalam banget maknanya karena seolah menampar-nampar saya hahaha.

    Nasihat-nasihatnya pada Lily pun benar-benar mengena. Contohnya yang ini:

    Kita meyakini hal-hal yang salah. Itulah yang paling membuatku frustrasi. Bukan keyakinan yang kurang kuat, tapi keyakinan akan hal-hal yang salah. Kau mencari makna? Yah, maknanya ada di luar sana. Hanya saja kita selalu sering salah mengartikannya. ---halaman 101

    Dan satu hal kesamaan saya dengan Dash adalah soal... teh hijau! *toss sama Dash*

    "Kau tahu saat seekor sapi mengunyah rumput? Dan si sapi mengunyah, mengunyah, dan mengunyah? Yah, teh hijau terasa seperti berciuman dengan lidah sapi yang baru selesai mengunyah rumput-rumput itu." ---halaman 177

    Cerita yang manis, seru, menegangkan. Saya banyak belajar bagaimana cara membuat cerita remaja dari novel ini. Jadi penasaran, David Levithan dan Rachel Cohn membuat cerita ini bagaimana ya? Apakah salah satu dari mereka mengambil bagian satu tokoh atau seperti apa ya? Tapi bolehlah saya curiga kalau Cohn mengambil sisi Lily dan Levithan menulis bagian Dash? :D

    Oh ya, saya suka dengan pembatas buku di novel ini. Mulanya sempat mengira kalau itu salah cetak, karena warnanya yang berbeda dan tidak ada bagian yang sama dengan covernya. Eh ternyata, itu tiket film yang ditonton Lily!




    Kutipan penutup bagi ulasan novel ini, terutama untuk teman-teman di luar sana yang berkenalan dengan saya lewat tulisan:

    Perbuatanku jarang sesuai dengan perkataanku. Dan karena kita berkenalan lewat kata-kata, aku bisa mengecewakanmu dalam banyak cara. ---halaman 256

    Satu kutipan lagi yang keren:

    Takdir menyusun rencana dengan cara yang aneh. ---halaman 253

    Oke, ini benar-benar yang terakhir! =))

    Hal-hal berubah sepanjang waktu, seringnya dalam skala kecil. Begitulah hidup berjalan, kurasa. ---halaman 278


    Pengumuman Giveaway Searching My Husband




    Assalamualaikum, selamat pagi, dan selamat hari Kamis. Sebelumnya saya meminta maaf karena pengumuman pemenang giveaway Searching My Husband yang seharusnya diumumkan kemarin, sesuai dengan yang saya tuliskan di jadwal, harus tertunda satu hari dikarenakan ada sesuatu dan lain hal. Dimaafkan ya ^_^

    Sebelum mengumumkan pemenang, saya mau mengucapkan terima kasih kepada penulis, Ocyta Celline yang sudah memberikan kepercayaan pada saya untuk mengulas novelnya. Lalu Kak Asri yang juga mempercayakan saya untuk menggelar giveaway ini di blog saya. Juga Pida yang jadi rekan penyelenggara Fun Giveaway ini. Dan tidak lupa tentunya, teman-teman semua yang telah mengikuti giveaway ini. Tanpa kalian yang meramaikan, apalah artinya saya... hanya butiran debu *lalu bernyanyi dalam hati*.

    Jadi, setelah memilih dari 37 partisipan yang sudah menuliskan komentar dan menyebarkan giveaway ini, saya memutuskan untuk mengambil satu orang pemenang. Mohon maaf ya karena hanya bisa memilih satu saja. Dan pemenangnya adalah:


    *drum roll*



    Selamat kepada:






    Ditunggu konfirmasinya via dm di twitter @niesya_bilqis, sertakan nama, alamat, dan no telepon untuk pengiriman bukunya paling lambat 3 x 24 jam setelah pengumuman ini dibuat.

    Anyway, selamat kepada pemenang. Buat yang belum terpilih, masih ada kesempatan lainnya. Nantikan giveaway lainnya yang diadakan di blog saya. Untuk kalian yang belum beruntung di sini, bisa mengikuti lagi di blog Kak Asri

    Terima kasih, selamat pagi, dan wassalamualaikum.

    [Movie Review] Melbourne Rewind



    Pemain: Morgan Oey, Pamela Bowie, Aurelie Moeremans, Jovial da Lopez
    Sutradara: Danial Rifky
    Penulis: Haqi Ahmad
    Dari Novel Best-seller Karya: Winna Effendi
    Produksi: Rapi Films
    Durasi: 96 menit


    Sinopsis:

    Gagal move on. Itulah yang dihadapi oleh Laura (Pamela Bowie), penyiar radio yang kini tinggal di Melbourne ketika mendapati, Max (Morgan Oey), cinta pertamanya muncul di hadapannya.

    Ingatan masa lalu pun perlahan kembali, membawa setiap rasa cinta, rasa kesal, rasa sakit dan kehilangan. Max bukan hanya sekedar cinta pertama, tapi Max adalah orang yang berhasil membuat Laura pelan-pelan menemukan tujuan hidup.

    Max menyusun setiap passion dan cita-cita Laura seperti puzzle, dan akhirnya menjadikan Laura utuh seperti dirinya sekarang. Namun ego masa muda memisahkan mereka. Max harus ke Amerika untuk mewujudkan mimpinya sebagai Lighting Designer. Dan keduanya pun setuju untuk mewujudkan mimpi di jalan masing-masing.

    Sayangnya, Max muncul kembali ketika Laura sudah siap melupakan dia dan beralih kepada pria lain, Evan (Jovial da Lopez), Dokter hewan yang juga adalah pacar sahabatnya, Cee (Aurelie Mauremans).

    Move on dari cinta pertama lalu jatuh cinta pada pacar sahabat?

    Laura kini harus menyusun sendiri puzzle pilihan hidupnya. Dengan menjawab sebuah pertanyaan besar untuk menuntun hidupnya: “apa yang sebenarnya hatiku mau?”.

    Sebuah kisah tentang penemuan jati diri dan cinta, di sebuah kota yang memungkinkan apa pun terjadi, MELBOURNE.

    ***

    Bagi gue, cahaya adalah hal terindah di dunia. Setiap kali melihat cahaya, gue akan ingat sama lo, Ra.

    Source

    Maximillian Prasetya (Morgan Oey), seorang pemuda yang terobsesi dengan cahaya, bertemu dengan Laura Winardi (Pamela Bowie) pada sebuah momen yang benar-benar tak terduga; Laura kehilangan walkman di kampusnya yang berlokasi di Melbourne, dan karena benda itu adalah barang kesayangan miliknya, Laura mengumumkan ke sepenjuru kampus tentang barangnya yang hilang. Seseorang mengaku barang itu miliknya. Dan setelah dilacak, pemuda itu adalah Max. Laura berhasil mendapatkan fotonya dari Facebook dan mengamati mahasiswa-mahasiswa yang ditemuinya. Akhirnya bertemu juga dirinya dengan Max yang ternyata mengambil walkman tersebut.

    Source

    Laura adalah gadis broken home yang orangtuanya bercerai. Ia pergi ke Melbourne bersama dengan sahabatnya, Cee (Aurelie Moeremans). Mereka tinggal bersama dan menjalani kehidupan seperti mahasiswa perantauan lainnya. Laura memiliki trauma terhadap yang namanya kehilangan. Ia kehilangan keutuhan keluarganya. Terlebih lagi, saat sesuatu menimpa sang ayah. 

    Source

    Hidup Laura berubah saat ia berkenalan lebih jauh dengan Max. Laura yang tidak memiliki tujuan hidup bertemu dengan Max yang sejak awal sudah merencanakan masa depannya dengan meniti karir yang berhubungan dengan impian dan obsesinya terhadap cahaya. 

    Dari sang Ayah, Laura mendapatkan iPod sebagai ganti walkman-nya yang sudah ketinggalan zaman. Di sana, ia membuat folder khusus yang dinamainya dari orang-orang yang ia cintai: Ayah, Cee, dan Max.

    Max mengikuti lomba yang hadiahnya jalan-jalan ke luar negeri dan magang satu tahun di New York. Dan ketika harus menjalani hubungan jarak jauh itulah mereka akhirnya putus. Laura merasa iri sebenarnya dengan pencapaian Max yang sejak awal memang sudah memiliki ambisi dan apa yang ia kejar dan cita-citakan. Sementara, Laura sendiri tidak tahu harus melakukan apa, dan tidak tahu apa yang menjadi ambisi atau apa yang dikejarnya.

    Kehidupan Laura kembali terus berjalan sepeningal Max. Suatu saat, ketika Paris kucingnya sedang sakit, Laura dan Cee bertemu dengan dokter Evan (Jovial da Lopez). Laura merasa bahwa ia memiliki banyak sekali persamaan dengan lelaki tersebut: sama-sama suka kucing, memiliki genre musik yang sama, selera makanan yang sama, dan banyak lagi. Itulah yang membuat Laura merasa dekat dengan Evan, dan jatuh cinta kepadanya. Namun, ternyata Evan justru jadian dengan Cee sahabatnya.

    Source


    Lantas Max kembali datang ke Melbourne dan masuk kembali dalam hidup Laura. Laura merasa bimbang dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia sudah move on tapi ke pacar sahabatnya sendiri, di sisi lain Max hadir menawarkan cintanya yang ternyata masih ada.

    ***



    Oke, saya ingin cerita sedikit. Jadi, bulan November adalah bulannya bermunculan film-film favorit saya dan sahabat saya Dina. Tapi bedanya, film yang kami tunggu berbeda. Saya selaku Potterhead, tentu saja menunggu Fantastic Beasts and Where to Find Them. Sementara Dina, ternyata lebih tertarik dengan Melbourne Rewind. Dan ternyata FB tayang perdana sehari sebelum film ini. Walhasil, saya mengejar-ngejar Dina untuk nonton premiere-nya FB. Setelah pulang kerja, akhirnya kami berhasil nonton FB di hari pertama, yeay.

    Sebagai teman yang baik, saya tentu akan menemani Dina menonton film Melbourne Rewind sebagaimana Dina menemani saya menonton FB. Dan berhubung jadwal padat (dan sayangnya film ini hanya mendapat sedikit jam tayang yang tidak cocok), akhirnya rencana kepingin menonton Kamis harus tertunda jadi Selasa. Pokoknya Selasa ini harus jadi, karena baru enam hari tayang (dihitung dari Kamis) sudah mau tergusur saja :( (sudah ada di studio empat dan cuma ada dua jam tayang). Khawatirnya kami tidak sempat menonton filmnya. Akhirnya si Dina selesai kerja langsung ngebut supaya kita bisa nonton di jam 14.45. Saya sih pas libur hari itu jadi santai-santai saja, syalalala.

    Sudah masuk studio, eh ternyata filmnya belum ditayangkan juga bahkan lewat lima belas menit dari jam tayang yang seharusnya. Akhirnya di dalam kita bercerita seputar film-film Indonesia yang sudah tayang. Terlambatnya hampir setengah jam.

    Dan untungnya pada akhirnya seisi studio nonton juga. Sebenarnya, saya termasuk yang anti menonton film adaptasi sebelum membaca novelnya. Saya sudah coba cari novel ini di toko buku ternyata tidak ada. Ya sudahlah akhirnya menonton juga. Jadinya, saya tidak berekspektasi apa-apa dengan film ini, bahkan membaca sinopsisnya pun tidak. Sama sekali tidak ada gambaran filmnya akan bagaimana atau casting-nya siapa saja (selain Pamie dan Morgan tentunya yang sudah tahu duluan).

    Ini dia review-nya.

    Dua kata tentang film ini... autumn-nya keren! Dari awal sampai akhir saya bisa merasakan beranginnya kota Melbourne dengan guguran daun-daun yang sudah menguning dan kecokelatan di sepanjang taman. Pakaian yang dikenakan Pamie benar-benar keren semua, dan cocok dengan karakter dia yang dingin tetapi manis. Pamie berhasil membuat karakter Laura sebegitu kuatnya, dan ini didukung oleh wardrobe dan pengambilan gambar yang keren.

    Lalu Morgan sebagai Max. Entah sejak kapan saya lupa kalau Morgan itu ganteng (pernyataan macam apa ini), tapi dari awal kemunculannya di film ini, saya berhasil yang ber... "Aduh Morgan kenapa ganteng yaaa.... Lama nggak fangirling-an Koko-Koko ganteng." Oke lupakan. Anggap saja saya norak. Dan tentunya itu tidak saya lafalkan pakai suara (karena pasti norak banget), tapi saya tulis di twitter di sela-sela lagi nonton, hehehe. Teman saya mengomentari Morgan yang wajahnya ada bekas jerawatnya, dan komentar saya, "Nggak apa-apa Din. Justru itu yang bikin dia terlihat manusiawi." Bijak sekali saya bukan? Dan tolong jangan ditanya soal kemampuan akting Morgan. Sudah terbukti dan teruji bahwa dia berhasil membawakan berbagai karakter bukan? Di sini aktingnya oke.

    Satu hal yang kalau boleh disayangkan dari pemilihan aktor dan aktris di film ini adalah... sorry to say, yang jadi dokter Evan kurang ganteng. Maaf sekali harus mengatakan ini, tapi ya, bagaimana ya. Pokoknya begitulah. 

    Secara umum, plotnya cukup kaya dan nggak mainstream. Berhubung saya belum baca bukunya, jadi sama sekali nggak punya gambaran tentang plot cerita. Namun, yang perlu disesalkan, memang sih, ceritanya cukup sederhana, tapi eksekusinya terlalu dibuat dramatis. Seperti misalnya yang Laura mengejar kereta (dan orang yang naik di atasnya sih sebenarnya). Pakai acara mogok dulu lah, mengayuh sepeda lah. Kenapa nggak telepon aja sih?! Kan lebih simpel. Atau telepon G*Jek. Eh nggak ada ojek di sana ya. Oke deh.

    Intinya sih, ceritanya tidak mengecewakan, overall saya suka. Dan saya jadi semakin penasaran untuk membaca novelnya, semoga segera berjodoh ya. Pesan saya, kalau kalian kepingin menonton film yang menyuguhkan keindahan kota Melbourne dan plot yang romantis ini, segera tonton di bioskop ya, karena kemungkinan akan segera turun layar. Persaingan film-film di bioskop akhir-akhir ini agak sedikit kejam.

    Ini dia official trailer-nya:



    Summer in Seoul

    Judul : Summer in Seoul
    Penulis : Ilana Tan
    Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
    Tebal Buku : 280 Halaman
    Cetakan ke-23, September 2014
    ISBN : 9786020310145
    Rating : 3 dari 5





    "Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, kau mau memberitahuku?"
    "Kenapa aku harus memberitahumu?"
    "Supaya aku bisa langsung berlari menemuimu." ---halaman 219


    Blurb:

    Jung Tae-Woo—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah empat tahun menghindari dunia showbiz.

    "Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai pacarku," kata Jung Tae-Woo pada gadis di hadapannya.

    Sandy alias Han Soon-Hee—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Jung Tae-Woo sejak awal, namun sedikit pun tidak terkesan.

    Sandy mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata, "Baiklah, asalkan wajahku tidak terlihat."

    Awalnya Jung Tae-Woo tidak curiga kenapa Sandy langsung menerima tawarannya. Sementara Sandy hanya bisa berharap ia tidak akan menyesali keputusannya terlibat dengan Jung Tae-Woo. Hari-hari musim panas sebagai "kekasih" Jung Tae-Woo dimulai. Perubahan rasa itu pun ada. Namun keduanya tidak menyadari kebenaran kisah empat tahun lalu sedang mengejar mereka.

    ***

    Han Soon-Hee atau Sandy tidak sengaja bersinggungan dengan penyanyi terkenal Korea, Jung Tae-Woo ketika tidak sengaja ponsel mereka tertukar saat membeli sesuatu di toko makanan kecil di pinggir jalan. Saat bertemu dengan si pemilik ponsel untuk menukar kembali ponselnya, baru disadarilah kalau ternyata itu adalah Jung Tae-Woo. Pertemuan perdana mereka bisa dibilang nyaris tanpa kesan. Jung Tae-Woo dan  Park Hyun-Shik manajernya mengantar pulang Sandy sebagai ucapan terima kasih.

    Tae-Woo menyadari bahwa dirinya sedang tersangkut gosip tentang ia yang diisukan gay. Menurut Hyun-Shik, itu tidak baik karena Tae-Woo akan meluncurkan album barunya. Maka mereka membuat skenario tentang pacar pura-pura Tae-Woo untuk meredam gosip tersebut. Namun, sebelum menemukan siapa wanita yang bisa dimintai bantuan sebagai pacar gadungannya, wartawan sudah menangkap kamera ia mengantar pulang seorang wanita, dan wanita itu adalah Sandy. Akhirnya Tae-Woo berinisiatif untuk meminta bantuan Sandy untuk berpura-pura menjadi pacarnya. Tae-Woo dan Paman Hyun Shik--Sandy memanggil pria yang dua tahun lebih tua dari Tae-Woo itu dengan sebutan "paman"--menjanjikan bahwa selama pemotretan itu, mereka tidak akan menunjukkan wajah Sandy terang-terangan, untuk menjaga privasi gadis itu.

    "Karena kau sudah membantuku satu kali, bagaimana kalau kau membantuku lagi?" 
    "Bantu... apa?"
    "Jadi pacarku."
    "A-apa?!" ---halaman 44

    Sandy mempunyai teman yang merupakan fans berat Jung Tae-Woo, yaitu Kang Young-Mi. Karena perjanjiannya dengan Tae-Woo, Sandy merahasiakan hubungan itu bahkan dari temannya. Sandy hadir pada jumpa fans Tae-Woo bersama Young-Mi, bahkan rela dikerjai Tae-Woo saat dirinya disuruh naik ke atas panggung.

    Bisa dibilang, kehadiran Tae-Woo kembali dalam industri hiburan Korea disambut hangat oleh publik setelah dirinya menghilang selama empat tahun akibat satu peristiwa yang berhubungan dengan meninggalnya salah satu penggemar Tae-Woo saat sedang ada jumpa fans. Dengan kehadiran Sandy, ia bisa menepis gosip seputar dirinya yang gay dan melanjutkan kehidupan keartisannya setelah lama tidak muncul ke dalam panggung hiburan.

    Lantas apakah kisah cinta pura-pura itu akan bersemi indah atau kandas di tengah jalan akibat sesuatu dari masa lalu yang menghantui hubungan mereka?

    ***

    Sebelumnya, terima kasih kepada Bintang yang sudah merekomendasikan buku ini untuk saya baca :D Lebih tepatnya sebenarnya, saat terlibat obrolan dan Bintang menceritakan tentang novel ini. Lantas saya membacanya. Surprisingly, ternyata saya suka. Saya tidak menyangka juga akan suka mengingat dua seri novel ini sebelumnya saya biasa saja. Suka sih tapi ya biasa (Winter in Tokyo dan Spring in London yang hanya saya beri bintang tiga).

    "Jung Tae-Woo ssi."
    "Ada apa?"
    "Terima kasih."
    "Terima kasih? Untuk apa?"
    Karena menyukaiku.
    "Untuk segalanya." ---halaman 201

    Namun, Summer in Seoul ini berbeda. Saya merasakan chemistry yang terjalin antara Sandy dan Tae-Woo yang manis. Kisahnya sih biasa saja, tidak menggebu-gebu atau banyak menyajikan konflik. Tapi chemistry-nya yang membuat beda dengan dua judul yang sudah saya baca sebelumnya. Saya suka dengan hubungan antara Sandy dan Tae-Woo yang  lebih dominan menyajikan sisi manusiawinya, bukan dia yang seorang artis. Tapi waktu Sandy dan Young-Mi mengikuti jumpa fans-nya Tae-Woo, yang dilakukan lelaki itu untuk mengerjai Sandy itu so sweet banget. Selebihnya, membuat cerita berjalan dengan ringan, dan ada beberapa momen yang menyajikan keromantisan mereka berdua. Apalagi waktu Tae-Woo menyanyikan Wonderful World buat Sandy.

    I see tress of green, red roses too, 
    I see them bloom for me and you. And I think to myself, what a wonderful world.

    Plot twist yang disajikan membuat saya sedikit terkecoh, tapi cukup oke. Tae-Woo tetap menjadi seorang pria yang romantis dan membuat siapa pun akan meleleh karenanya. 

    Namun, ada catatan yang saya ingin bahas di sini. Pertama, kenapa si Paman Manajer tidak mengetahui kalau Sandy adalah *terkena badan sensor spoiler* ya? Padahal kan dia menyelidiki Sandy dulu sebelum memutuskan kalau bisa diajak bekerja sama. Lalu yang kedua, sewaktu Sandy pulang ke Indonesia dan bertemu dengan sepupunya... menggunakan bahasa gaul ala Jakarta (dengan ber-"Lo-Gue"), membuat saya agak anu... apa ya. Aneh banget, karena sudah terbiasa dengan bahasa Ilana Tan yang seperti sedang membaca karangan penulis luar negeri itu. Dan satu lagi, sayang sekali penulis tidak mengangkat aroma musim panas di dalam novel ini. Padahal, ini kan novel bertajuk "Summer in Seoul", harapan saya tentu akan ada kisah yang berhubungan secara langsung dengan musim panas. Entah itu kaitannya dengan festival atau budaya setempat di musim ini, atau paling tidak ada cerita tentang pantai atau apa pun yang mengaitkan dengan musim panas.

    Namun, di balik kekurangannya, saya tetap menobatkan novel ini sebagai seri terbaik di antara ketiga buku tetralogi musim-nya Ilana Tan (yang artinya saya harus membaca satu judul terakhir untuk menggenapi bukunya). Tiga bintang lebih sedikit....



    [Blogtour + Giveaway] (Never) Looking Back



    Halo teman-teman. Akhirnya sampai juga pada pemberhentian keempat Virtual Blogtour (Never) Looking Back. Sebelum saya mulai pembahasan blogtour-nya, jangan lupa kunjungi review novel ini di sini ya. Dan tinggalkan jejak serta komentar di sana.

    Saya ingin membahas tentang tema "Perfect Mistake" yang sedikit saya singgung di rewiew saya sebelum ini. Jadi, apa itu perfect mistake? Menurut saya, perfect mistake adalah kesalahan yang "sempurna". Kenapa dikatakan sempurna? Karena sempurna kesalahannya. Namun, dibalik kesempurnaan sebuah kesalahan, pasti terkandung banyak sekali hikmah yang bisa diambil. 

    Tengoklah Casta yang membuat sebuah kesalahan yang "sempurna" karena berhasil membuat kehidupannya berantakan. Namun, apakah seharusnya kita berdiam diri dan meratapi nasib atas kesalahan yang kita perbuat? Tentu saja tidak. Kesalahan dalam hidup hadir untuk membuat segalanya menjadi baik. Pembelajaran hidup dari sebuah pengalaman buruk akan membuat kita lebih berhati-hati ke depannya, dan tentu saja akan menjadi sebuah proses yang akan menyempurnakan kita. 

    Atau, coba lihat dari sudut pandang yang berbeda. Dari sebuah kesalahan pula pertemuan Casta dan Philip: tertukarnya kantung belanjaan. Kalau kesalahan itu tidak terjadi, tentu saja perkenalan keduanya tidak akan terjadi, dan benih-benih cinta pun tidak mungkin hadir. Kesalahan membuat kita berkenalan dan bertemu orang-orang tidak terduga, juga memberikan peluang untuk mendapatkan kisah kehidupan yang berbeda.

    Sebuah kesalahan akan menunjukkan jalan yang lebih baik bagi manusia, apabila ia menyadarinya dan menjadikannya sebuah pembelajaran. 

    What is your perfect mistake?

    Ehm... kalau membicarakan tentang apa perfect mistake yang pernah saya lakukan... hahaha. Duh. Banyak sekali. Saya pernah membuat sebuah kesalahan yang membuat saya merasa kehilangan masa depan. Saya pernah membuat kesalahan lain dengan mencintai orang yang salah (#eaaaa). Saya juga pernah melakukan sesuatu yang menurut saya itu... salah, hingga sampai detik ini saya selalu dihantui oleh kesalahan itu.

    Sebagai seorang manusia biasa, menurut saya lumrah kalau seseorang membuat kesalahan dalam hidupnya. Meskipun begitu, tentu ini tidak bisa dijadikan sebuah pembenaran atas kesalahan yang diperbuatnya. Namun, bukankah seseorang belajar dari kesalahannya? Anak kecil perlu jatuh berkali-kali sebelum ia bisa berdiri dan berjalan dengan sempurna. Begitu pula dengan kita. Yakinlah bahwa dengan mengalami kesalahan itu akan ada banyak pembelajaran hidup yang akan membuat kita jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Seperti Casta yang akhirnya bertemu dengan Philip dan memulai cerita baru dalam hidupnya. Atau, bagaimana sebuah kesalahan yang Casta perbuat pada akhirnya membuahkan suatu episode kehidupan baru yang bisa dipetik banyak hikmah dari sana.



    Dari sebuah kesalahan yang pernah saya buat, saya jadi bisa menemukan banyak hal baru yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan menjadi jalan hidup saya selanjutnya.

    Dari kesalahan mencintai seseorang, timbul sebuah harapan bahwa nantinya, akan ada seseorang yang benar-benar tepat diberikan untuk menemani saya mengarungi samudera kehidupan (#tsaaah).

    Dari kesalahan-kesalahan lainnya, saya belajar untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan di masa sekarang dan yang akan datang.

    "Awalnya, aku merasa dunia begitu kejam, tapi lambat laun aku mengerti. Di dunia ini kita tidak bisa menghindari apa pun, termasuk masalah dan duka. Ketika itu terjadi, kita hanya perlu menerima. Karena hal-hal tersebutlah yang akhirnya mendewasakan pribadi setiap manusia. Jadi, tak perlu sedih dan menyesal berlarut-larut. Yang sudah terjadi, biarlah menjadi pelajaran berharga." ---(Never) Looking Back, halaman 97

    Setuju dengan Elvira Natali yang berbicara melalui Casta Abigael dalam kutipan di atas.

    Saya juga ingin membuat sebuah kutipan tentang perfect mistake:

    Akan ada suatu masa kita mengenang kesalahan yang pernah kita perbuat dalam hidup ini. Maka jadikanlah kenangan itu sebagai sebuah cerita manis di mana kita merasa bersyukur pernah dihadapkan dengan kesalahan-kesalahan itu. Karena dengan kesalahan yang pernah kita lakukan di masa lalu, membawa kita menjadi seseorang yang baru, yang lebih memahami kehidupan dan tidak akan pernah terjebak pada kesalahan yang sama lagi setelahnya.

    ***


    It's giveaway time!

    Saya akan memberikan satu buah novel (Never) Looking Back untuk kamu yang beruntung mengikuti giveaway kali ini. Caranya mudah sekali, simak ketentuan di bawah ini ya:

    1. Giveaway ini hanya untuk kalian yang berdomisili atau memiliki alamat pos di Indonesia.
    2. Follow blog saya melalui akun Google Friend Connect yang ada di sidebar blog ini.
    3. Follow akun twitter @elpignutt, @GagasMedia, dan @niesya_bilqis, kemudian share giveaway ini di akun twitter kalian. Jangan lupa mention ketiga akun tersebut dengan tambahan hashtag #NeverLookingBack ya. Jangan lupa kasih link menuju giveaway ini.
    4. Berikan komentar di bawah postingan ini dengan menuliskan nama, alamat twitter, domisili, sertakan pula satu pelajaran berharga yang kalian dapatkan setelah melalui sebuah kesalahan yang pernah kalian lakukan dalam hidup ini.
    5. Jangan lupa tinggalkan komentar di rewiew (Never) Looking Back ya.
    6. Giveaway ini akan berlangsung selama satu minggu dari tanggal 21 hingga 28 November 2016. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan satu hari setelahnya yaitu 29 November 2016. Apabila dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada konfirmasi dari pemenang, akan dipilih pemenang lainnya. 
    7. Kalian juga bisa mengikuti giveaway ini di blog lainnya yang alamatnya tertera di banner blogtour ini.

    Semoga kalian beruntung!! ;)

    Recent Quotes

    "Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

    Setting

    Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

    Authors

    Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)