Menanam Padi di Langit

Judul : Menanam Padi di Langit
Penulis : Puthut EA
Penerbit : EA Books
Tebal Buku : 313 Halaman
ISBN : 9789791794305
Rating : 3 dari 5 




Mulanya saya mengira ini adalah sebuah novel..., ternyata bukan. Adalah sebuah petikan hasil wawancara dan riset yang disampaikan dengan gaya penulisan novel. Berkisah tentang tiga orang bernama Bob, Teddy, dan Toni, seniman muda Indonesia, dan bagaimana kiprah mereka dalam menghasilkan karya serta dikenal masyarakat luas.

Ketiga pemuda itu bertemu di ISI, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, dan keputusan untuk berkuliah seni rupa mendapat tantangan dari keluarga mereka. Namun, pada akhirnya mereka pun menimba ilmu di tempat itu, dan berkarib di sana. Perjalanan mereka dalam hal berkesenian tidak hanya dipaparkan melalui sudut pandang mereka saja, namun di buku ini, secara luas dijelaskan tentang kiprah seni lukis di kancah lokal maupun nasional. Tidak hanya membahas dari sudut pandang sejarah seni saja, karena latar yang disajikan adalah era Soeharto, otomatis pengaruh politik kental tersaji di sini. Sudut pandang politis tentu saja memengaruhi kiprah mereka, apalagi saat rezim Soeharto berakhir. Semua kalangan mahasiswa muda berperan dalam penggulingan rezim, dan para seniman mengambil peran melalui seni.

Kehidupan tokoh-tokoh ini pun tak luput dari sorotan penulis, bagaimana kisah mereka mulai dari latar belakang keluarga, tabiat yang menurut orang 'luar' itu 'unik' (karena saya cukup jauh dengan dunia ini, jadi kehidupan seperti mabuk-mabukan, mengonsumsi obat-obat terlarang, kehidupan malam, seks bebas, adalah tabu, dan saya tidak memiliki gambaran sama sekali), dan kehidupan percintaan. Bagaimana mereka bersinggungan, bersisisan, dan bersama-sama menjalani kehidupan yang..., 'wah'.

Sebagai penikmat sejarah, apalagi sejarah di sini disampaikan menurut kacamata yang tidak biasa, yaitu melalui para seniman, saya cukup suka dengan kisah yang disampaikan. Menambah pengetahuan, tentu saja. Selain itu, dengan membaca buku ini juga cukup memperkaya wawasan saya tentang apa yang terjadi di lingkungan yang selama ini jauh dari kehidupan saya pribadi. Apalagi, gaya penulisannya yang dituturkan seperti penulisan novel, membuat sejarah yang berat menjadi cukup ringan, meskipun saya tidak hapal siapa-siapa saja tokoh yang diangkat oleh penulis (selain ketiga orang itu) dalam buku ini.

Dan satu hal lagi, seni berbicara dengan nyaring dan dengan bahasa yang lain saat suara dibungkam. Seni juga mampu memberikan kritik sosial dengan cara yang elegan. Seperti: saat lahan pertanian sudah tidak ada lagi, mungkin itu saatnya kita menanam padi di langit. Bagaimana bisa?

Bleu

Judul : Bleu
Penulis : Deasylawati P.
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal Buku : 188 Halaman
ISBN : 9786020260518
Rating : 3 dari 5 





It was ok.

Saya menghabiskan buku ini dalam waktu yang singkat, secara umum bahasanya enak dan cukup mengalir. Berkisah tentang seorang perempuan bernama Rhys Biru Indriyani, yang bekerja sebagai editor dan penulis di sebuah kantor penerbitan bernama Tazkiya, dan pada mulanya mencintai temannya sendiri bernama Erfan Pratama, seorang pemuda tampan yang dengan kharismanya mampu menundukkan perempuan mana pun yang ia suka.

Sebenarnya, gayung pun bersambut, kedua insan ini saling jatuh cinta, namun entah mengapa justru hubungan yang rumit melanda keduanya. Mungkin karena ego, atau memang takdir tidak mempertemukan keduanya sebagai seorang pasangan. Karena sesuatu yang telah dilakukan Erfan dan itu melukai harga diri Rhys, membuatnya membenci pria itu. Tak lama Rhys menikah dengan orang lain, dan ini memberikan pukulan telak bagi Erfan hingga membuatnya menghilang dan pergi dari kehidupan gadis yang dicintainya.

Sampai pada peristiwa bertemunya kembali mereka enam tahun kemudian, dalam sebuah proyek untuk menggarap film dari novel yang diterbitkan oleh penerbit Tazkia. Keadaan sudah tidak sama lagi karena kondisi Rhys yang telah menjanda ditinggal pergi untuk selamanya oleh suaminya, namun bara kemarahan yang dulu sempat ada belum padam. Pertemuan pertama kembali itu masih menyisakan amarah dalam hati Rhys. Apalagi, Erfan hadir kembali tidak hanya untuk menjelaskan masalah yang belum teruraikan di masa lalu, melainkan dia juga menawarkan sebuah kehidupan baru bagi Rhys.


***


Jujur saja, cerita ini cukup klise, tentang cinta yang tidak menyatu karena takdir memang mengatakan demikian. Seolah mengajarkan manusia bahwa seberapa inginnya kita terhadap sesuatu, tidak selamanya keinginan itu dapat terwujud karena takdir yang sudah disiapkan kepada manusia jauh lebih indah. 

Meskipun tida ada embel-embel 'religi' dalam keterangan novel, saya yakin dengan penyajian covernya yang menggambarkan seorang perempuan berhijab, pembaca novel ini pun akan kesortir dengan sendirinya sehingga, segmentasi pembaca pada novel ini jadi menyempit. Saya tidak mengatakan ini kurang oke, meskipun jadinya (karena saya yakin bahwa ada tujuan syiar dalam penggarapan novelnya) sasaran tuju syiarnya jadi terbatas pada kalangan sendiri. Dan ketika pun saya memosisikan diri sebagai 'pembaca awam' di sini, kesannya saat membaca novel ini seolah seperti saya sedang diceramahi, hehehe. Bukan berarti itu kurang bagus, hanya saja, memberikan informasi berupa 'ini lho yang bener itu gini' menjadi kurang tercerna dengan baik. Saya lebih akan larut dan terhanyut dalam plot cerita ketika saya bisa mengubah persepsi dari 'pembaca luar' atau orang luar yang tidak terlibat dalam cerita, menjadi 'pelaku cerita' atau saya yang terseret arus dan merasa seolah-olah emosi dan persepsi saya larut jadi satu dengan plot cerita. Dan membaca buku ini, persepsi saya masih menjadi sebagai 'orang luar'. Mungkin karena kesan 'eksklusif' dari konten novel ini yang masih terasa sehingga, ketika saya memosisikan diri sebagai orang luar yang membaca, membuat perasaan 'diceramahi' itu cukup kerasa. Tapi sejauh ini, informasi dan pesan hikmah dari buku ini bagus sekali meskipun sampai atau tidaknya pesan itu dikembalikan lagi kepada para pembaca. 

Ceritanya pun hanya berfokus pada Rhys-Erfan. Seandainya penulis menggali tema lain, tentu akan memperkaya novel ini dan juga memberikan bonus pengetahuan bagi pembaca. Misalnya, bisa saja penulis mengayakan materinya dengan menggali seputar latar belakang pekerjaan si tokoh utama, atau menambahkan setting tempat sehingga pembaca tidak terfokus hanya pada kisah cinta si pelakunya saja.

Good luck buat penulisnya, dan tetap terus berkarya.

Aksara Amananunna

Judul : Aksara Amananunna
Penulis : Rio Johan
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal Buku : 240 Halaman
ISBN : 9789799107046
Rating : 2 dari 5 




Aksara Amananunna berisi dua belas cerita dengan latar dan genre yang berbeda-beda, out of the box--harus saya akui, dan menarik. Membaca ini seperti berada dalam roller coaster, ada kalanya naik lalu melesat turun secara mengejutkan, memacu adrenalin, dan menantang. Karena di setiap ceritanya menyimpan plot twist yang baru terbongkar di paragraf-paragraf akhir, maka untuk menuju ke cerita selanjutnya harus ada jeda untuk menormalkan kembali emosi pembacanya, termasuk saya.

Membaca buku ini seperti disajikan satu makanan komplit dengan dua belas kisah yang sangat berbeda. Bagaikan berjalan-jalan melintasi satu genre ke genre yang lain, mengupas hal-hal tabu dari satu tema ke tema lain, dari latar belakang yang tidak normal. Kita akan dibawa berkelana ke cerita distopia, diantar ke masa depan, lalu dihempaskan ke masa lalu, berjalan ke satu benua ke benua yang lainnya menikmati setiap latar yang disajikan dengan berbeda.

Cerita pertama adalah berjudul Undang-undang Antibunuhdiri, berlatar tahun 21xx. Seorang perdana menteri yang kebingungan karena masyarakatnya tengah digandrungi oleh tren bunuh diri. Di kisah ini, mengangkat tema bunuh diri yang membuat populasi rakyatnya menurun secara drastis, sehingga membuat pemerintah harus mengantisipasinya dengan membuat undang-undang tentang hal ini. Dengan cerita ini sebagai pembuka, pada awalnya membuat saya bosan. Namun barangkali ini hanyalah sebuah pemanasan saja karena di kisah kedua, roller coaster-nya baru bergerak menanjak naik.

Cerita kedua adalah Komunitas. Seorang pemuda tampan, mencoba peruntungan di dunia modelling, namun tertolak. Suatu saat ia direkrut oleh seseorang tidak dikenal, mengajaknya untuk bergabung dengan komunitas. Di sana, ia dibayar mahal untuk melakukan suatu hal: memuaskan nafsu para anggota komunitas dalam praktik sadomasokisme. Pemuda itu diberikan kuasa untuk memancing nafsu seksualitas pelanggannya tanpa ada hubungan badan. Ya begitulah ya. Tapi harus diakui, cerita ini cukup menarik dari sisi mengangkat tema yang tidak biasa dan penggambaran sebuah komunitas dengan segala macam keterikatan dan fasilitas yang diberikan.

Chevalier D' Orange mengisahkan seorang ksatria gagah dengan wajah feminin. Tidak ada yang meragukan kekuatan pemuda itu, bahkan dengan kehebatannya itulah ia diangkat sebagai ksatria. Namun, satu permasalahan adalah karena wajah dan sosoknya yang menyerupai perempuan. Publik berspekulasi tentang jenis kelamin sang Chevalier, bertanya-tanya apakah pria tersebut memang seorang lelaki berwajah cantik ataukah seorang perempuan yang menyamar sebagai pria. Hingga membuat, kerajaan harus melakukan musyawarah untuk menentukan jenis kelamin orang tersebut. Yah bodohnya, si orang ini mengapa tidak mau mengakui secara terbuka kepada publik saja sih, malah justru saking setianya dengan raja, dia mengikut apapun perintah raja kepadanya. Ketika hasil musyawarah diputuskan bahwa ia berjenis kelamin perempuan, dengan patuh ia mengubah pakaian serta atributnya menjadi perempuan. Ketika oleh raja ia diminta untuk mencari suami untuk menikah, dia memenuhinya dengan satu persyaratan: dia harus bisa mengalahkan si pemuda itu. Hingga akhirnya ada seorang ksatria yang berhasil mengalahkannya dan menguak identitas si pemuda yang sesungguhnya.

Ginekopolis, kembali dengan setting masa depan, tentang eksistensi laki-laki yang dikalahkan oleh perempuan. Nggak tahu dengan jelas saya ini bagaimana ceritanya.

Ketika Mubi Bermimpi menjadi Tuhan Yang Melayang di Angkasa, menceritakan seseorang bernama Mubi yang bermimpi menjadi Tuhan, lalu di akhir justru malah mengatakan bahwa selama ini si tokoh itulah yang bermimpi menjadi seorang anak lelaki. Aneh, memangnya siapa tokoh itu ya? Masa' iya Tuhan.

Cerita selanjutnya, Pisang Tidak Tumbuh di Atas Salju, saya nggak mengerti.

Riwayat Benjamin, bukan karena saya suka nama Benjamin saya sedikit suka dengan cerita ini, tapi karena settingnya cukup familiar, seperti yang sering saya baca di buku-buku klasik. Tentang perjalanan menggunakan kereta kuda, waktu tempuh yang panjang, para bangsawan tanpa gelar, saya pas saja dengan timeline itu. Dari segi cerita, Benjamin yang sangat tampan, diambil anak oleh seorang bangsawan tanpa gelar, mendapat kehidupan yang lebih baik..., jauh lebih baik ketimbang sepupunya yang hanya hidup dengan menggembala dan tidak bisa membaca. Saat mereka tumbuh remaja, Benjamin meminta kepada sepupunya untuk mengunjunginya dan ini menyingkap sebuah misteri yang membuat sang sepupu sangat terkejut, hingga mengetahui penyebab di balik meninggalnya Benjamin.

Tidak Ada Air untuk Mikhail, sama seperti cerita tentang Pisang, saya juga nggak berhasil menangkap maksudnya apa, selain tidak berhasil menebak setting cerita ini di mana dan zaman apa.

Robbie Jobbie berpola mirip dengan Komunitas, tapi saja jauh terkesan dengan cerita di Komunitas ketimbang ini. Cukup bisa ditebak, si Robbie hanya dijadikan maskot bagi jualannya komoditi kaum homoseksual.

Apa Iya Hitler Kongkalikong dengan Alien? Sebagai makhluk yang suka dengan teori-teori alien dan sebangsanya, saya cukup bisa menebak cerita ini. Tapi sayang sekali, eksekusi ceritanya hanya segitu saja. Tentang menceritakan pengalaman kakeknya bertemu dengan alien, itu saja yang berhasil saya tangkap sih.


Sekarang kita beralih ke... saya menyebutnya masterpiece karena sepertinya cerita ini diletakkan di bagian akhir sebagai pamungkas: Susanna, Susanna! Berbeda dengan yang lain yang hanya menampilkan cerita pendek, Susanna ini cukup panjang, plot dan karakternya bisa dibilang cukup digali oleh penulisnya. Tentang seorang anak perempuan (tebakan saya sih settingnya zaman Renaissance) yang mengubah sosoknya menjadi laki-laki, hanya karena dengan bekerja sebagai laki-laki, ia akan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih besar. Anak perempuan ini menyimpan rapat-rapat kedoknya, karena sudah terlanjur nyaman dengan keadaan ini, tapi lebih dikarenakan takut mendapatkan hukuman sosial dan hukum negara yang mengerikan untuk perilaku sepertinya pada zaman itu. Lalu dia bertemu dengan seseorang yang menyingkap rahasianya..., karena orang itu seperti dirinya. Nama perempuannya Susanna, tapi lebih dikenal dengan Simon. Bedanya dengan si anak perempuan, yang mengubah wujudnya karena motif ekonomi, rupanya Susanna mempunyai motif lain yakni penyimpangan seksual. Bisa ditebak cerita ini ke mana selanjutnya. Dan menurut saya, eksekusinya hingga ke ending lumayan oke meskipun saya berkali-kali cukup (maaf) jijik dengan deskripsi di cerita bagian ini.


Dan sampai pula pada bagian akhirnya, saya hanya bisa memberi dua bintang saja. Satu bintang untuk setting, plot, dan lompatan-lompatan yang berbeda di setiap ceritanya; satu bintang lagi untuk akumulasi dari Komunitas, Aksara Amananunna, Kevalier D'Orange (yang mengingatkan saya pada cowok-cowok cantik Korea), dan Riwayat Benjamin.

Tidak bisa bilang tidak suka sepenuhnya, hanya saja tema LGBT bukan berada dalam jalur saya. Sukses bergidik saat membacanya. 



Cado-Cado Kuadrat

Judul : Cado-Cado Kuadrat
Penulis : Ferdiriva Hamzah
Penerbit : Bukune
Tebal Buku : 188 Halaman
ISBN : 6028066702
Rating : 3 dari 5 





Buku ini masuk ke dalam kategori nonfiksi dan komedi, mungkin masuk ke memoar kali ya, yang bercerita tentang pengalaman penulis selama menjalani masa studinya sebagai ko-ass atau calon dokter magang. Di halaman pembuka sudah dijelaskan--cukup membantu bagi pembaca awam--tentang bagaimana mahasiswa kedokteran bisa berstatus sebagai ko-ass. 

Berisi beberapa part yang dibagi sesuai dengan bagian-bagian spesialisasi rumah sakit, berisi pengalaman penulis saat berada di bagian itu. Tidak hanya itu saja, juga ada banyak hal-hal tak terduga yang disampaikan penulisnya, entah berhubungan atau tidak, dengan tempat magangnya. Misalnya, saat bercerita tentang dokter jadul yang terjebak dalam masa lalu (...). Selain itu, tentu saja cerita yang dijual dalam buku ini menarik untuk dibaca. Tidak hanya itu saja yang disajikan, namun banyak pengalaman hidup yang bisa dipetik darinya.

Ada cerita lucu misalnya saat ko-ass di bagian bedah, atau saat bertemu dengan Bu Tuti--ibu pemilik rumah makan dekat rumah sakit yang masakannya enak--yang mau melahirkan. Atau saat mengerjai temannya sesama ko-ass bernama Gerald yang menyebalkan. Ada yang membuat haru, dan banyak pelajaran terutama untuk tidak memberikan harapan yang tidak bersesuaian dengan kondisi pasien. Dan masih banyak lagi.

Kesan saya saat membaca ini, seru, kocak, meskipun di awal saya jujur susah membedakan mana cerita yang sebenarnya mana yang dilebih-lebihkan (saya biasa menemukan perasaan ini saat membaca buku-buku komedi). Jadi, yang sekiranya memang berlebihan saya anggap itu hiperbola. Ada beberapa juga yang garing sehingga saya hanya bisa 'ha ha ha' sambil mengerutkan dahi. Tapi ini hanya terjadi pada sepersekian halaman awal. Selanjutnya, saya cukup terhibur dengan buku ini.

Setidaknya membuat saya tahu bagaimana situasi di balik layar pekerjaan dokter di rumah sakit. Yah sedikit menurunkan kadar kekakuan yang sempat saya pikirkan tentang dokter, hehehe. Sebagaimana guru saat di luar jam pelajaran di kelasnya, dokter pun ternyata sama.


New York After The Rain

Judul : New York After The Rain
Penulis : Vira Safitri
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 296 Halaman
ISBN : 978602025897
Rating : 4 dari 5 




Blurb:

Tidak ada yang tahu bahwa Julia Milano adalah sosok di balik penulis best seller terbitan BlackInk, tempat Julia bekerja sebagai editor.

Ketika Ethan Hall, sutradara ternama, ingin mengangkat salah satu karya Julia ke layar lebar, mau tidak mau Julia harus membuka topeng yang selama ini ia kenakan dan membuka diri untuk bekerja sama dengan pemuda itu.

Tapi siapa sangka, kedekatan membawa mereka pada skenario yang membuat luka hati dan rahasia-rahasia yang mereka sembunyikan tersibak.

Ketahuilah, seseorang akan melakukan apa pun untuk orang yang dicintainya. Apa pun....

***

Di tempat ia bekerja, terdapat larangan seorang editor menjadi penulis. Oleh karenanya, Julia Milano, seorang editor di penerbitan buku bernama BlackInk merahasiakan jati dirinya sebagai penulis best seller di tempatnya bekerja dengan nama samaran Jane Martin. Ia tidak bisa memutuskan apakah memilih bekerja sebagai editor saja atau hanya menjadi penulis, karena Julia mencintai kedua pekerjaan itu. Hanya Brenda dan pacarnya saja yang mengetahui rahasia ini dan turut serta menyimpannya untuk Julia.

Diam-diam, Julia menyukai rekan kerjanya yang adalah seorang anak pemilik tempat ia bekerja bernama Jacob Petersen. Rasa kagum itu jugalah yang membuat Julia tetap ingin bertahan di BlackInk sebagai editor dan menyembunyikan jati diri sebagai Jane Martin. Julia kerap merasakan kecemburuan saat Jacob dekat dengan wanita lain. Di lain pihak, ia merasa kalau Jacob memperlakukannya secara istimewa meskipun ia sendiri tidak berani memastikan apakah itu sinyal cinta atau bukan.

Segalanya berjalan seperti biasa hingga seorang sutradara terkenal, Ethan Hall, muncul untuk berniat membuat film dari novel yang ditulis oleh Jane Martin. Secara mengejutkan, rupanya Ethan mengetahui identitas Julia yang merupakan Jane Martin. Ia sepakat untuk ikut menyembunyikan identitas Julia, namun ia juga meminta kepada BlackInk untuk mengutus Julia dalam penggarapan film yang tengah ia buat. Julia terlibat dalam film tersebut, membuat intensitas pertemuannya dengan sang sutradara meningkat. Bunga-bunga cinta tumbuh di antara keduanya, namun ternyata segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang dibayangkan. Ada seorang wanita yang ternyata adalah kekasih Ethan, ada masa lalu yang membuat Julia trauma dan belum hilang, ada fakta tentang cinta yang berkembang yang pada akhirnya tidak dapat dipungkiri keberadaannya.

Apakah Julia akan menjalin hubungan dengan Ethan? Atau justru pada Jacob? Bagaimana rahasia-rahasia yang tertutup rapat di antara mereka dapat terbuka hingga akhirnya segala yang pernah terjadi di masa lalu termaafkan semuanya karena cinta? 

Manusia seharusnya percaya, bahwa akan ada hal-hal manis yang datang setelah hujan melanda.


***


Jarang saya suka dengan novel romance yang dibuat oleh penulis dalam negeri. Tapi, buku ini berhasil mencuri perhatian saya dengan gaya penuturannya yang menarik. Saya suka karena tulisannya mengalir, plotnya yang pas, romance-nya dapat. Dan yang membuat novel ini spesial selain gaya penulisan dan plotnya adalah setting luar negeri yang bagus. Biasanya kalau penulis lokal membuat cerita bersetting luar negeri, latarnya hanya sekadar tempelan saja yang hanya mengesankan bahwa..., ooh, luar negeri nih, tapi luar negerinya nggak terasa. Tapi di sini, kesan New York-nya diceritakan dengan apik meskipun, oke, saya memang belum pernah ke sana sih, tapi saya sudah mendapatkan kesan seperti apa situasi di sana. Pas, tidak terlalu berlebihan, karena memang penceritaan setting sesuai dengan porsinya. 

Tidak hanya menyajikan suasana kota New York, novel ini juga membawa para pembaca untuk pergi ke Italia. Meskipun porsi di sana tidak banyak, namun kesan yang didapatkan tidak kalah apiknya dengan setting New York yang tersaji. Manis, romantis, dan menurut saya logis.

Tidak ada alasan untuk tidak menyukai novel ini. Manisnya pas, seperti sedang menikmati cappuccinno di saat hujan datang, sambil menunggu kejutan apa yang akan datang setelah hujan reda.

Not A Perfect Wedding

Judul : Not A Perfect Wedding
Penulis : Asri Tahir
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tebal Buku : 296 Halaman
ISBN : 978602025897
Rating : 3 dari 5 






Raina Winatama
Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi dia pergi untuk selamanya.

Prakarsa Dwi Rahardi
Di hari pernikahanku, aku kehilangan mempelaiku. Bukan karena dia melarikan diri. Tapi aku harus pergi untuk selamanya.

Pramudya Eka Rahardi
Di hari pernikahan adikku, aku harus menjadi mempelai laki-laki. Menjalankan sebuah pernikahan yang harusnya dilakukan oleh adikku, Prakarsa Dwi Rahardi.

***

Sehari sebelum pernikahannya, kakak Raka datang dari luar negeri untuk menghadiri pernikahan Raka dan Raina. Sehari sebelum pernikahannya pula, Raka mengalami kecelakaan yang fatal. Persiapan pesta sudah dilakukan, namun fakta bahwa pengantin prianya tengah sekarat membuat kedua keluarga ini harus mencapai sebuah keputusan besar. Apalagi, keputusan tersebut didasari oleh permintaan terakhir sang calon pengantin kepada kakaknya agar Pram menggantikan posisi dirinya untuk menjaga Raina, sang calon mempelai wanita.

Akhirnya, dengan berlandaskan sebuah kebohongan, pesta pernikahan digelar dengan mengganti mempelai pria dengan kakaknya. Sang pengantin wanita tidak tahu-menahu sampai pada saat semuanya terlambat untuk diakhiri. Suaminya adalah Pram, bukan Raka yang ternyata sudah meninggal dunia semalam. Tentu saja Raina marah atas jebakan ini. Terutama, ia membenci keluarganya sendiri yang dengan tega menutupi kenyataan dan justru malah menyetujui kebohongan. Ia merasa terjebak dengan seseorang yang bahkan tidak pernah dikenali sebelumnya.

Mulanya Raina kasihan dengan Pram yang turut menjadi korban jebakan pernikahan palsu ini. Tapi, ketika dia mengetahui bahwa Pram juga terlibat dan turut menyetujui rencana ini, dia jadi ikut membenci pria itu yang ternyata sepuluh tahun lebih tua darinya. Tiga bulan pernikahan meeka dilalui dengan saling diam, tidak ada penjajakan karena Raina menjaga jarak dan menganggap Pram sebagai orang asing baginya, hanya dua orang yang tinggal dalam satu apartemen tanpa mempunyai ikatan apapun selain cinta. Jangankan menjalani hubungan sebagaimana layaknya suami istri, mereka bahkan lebih seperti kakak adik yang baru saja bertemu dan baru mengenal.

Namun, cinta datang karena terbiasa. Lambat laun mereka saling menyadari kehadiran satu sama lain. Raina mulai membuka diri tentang kehidupannya, juga mencari tahu tentang hidup Pram yang ternyata, dia sama sekali buta tentang pria itu dan masa lalunya. Ketika cinta mulai tumbuh di antara mereka, cerita dari masa lalu mewarnai kehidupan mereka. Mantan kekasih Pram dari luar negeri datang ke Jakarta. Raina cukup terkejut dan memang dia menyadari bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang percintaan pria itu sebelum menikah dengannya. Pun dengan keberadaan Sashi, masa lalu Pram yang bahkan sampai sekarang belum dapat dilupakannya. Sifat Raina yang kekanak-kanakan menambah bumbu sedap dalam prahara rumah tangga mereka.

Bagaimana keluarga kecil ini menjalani kehidupan rumah tangga mereka yang dilandasi dengan sebuah pondasi yang rapuh? Apakah mereka sanggup menghadapi percikan dalam rumah tangga mereka maupun badai besar yang datang melanda?

***

Buku kesepuluh yang saya selesaikan di bulan ini. Well, bintang 3,5 saya berikan untuk novel ini. Kesan saya terhadap buku ini, jujur saja, baru menginjak halaman dua puluhan sampai tiga puluhan, saya merasa kalau buku ini terlalu drama, plotnya seperti sinetron. Sebuah pernikahan jebakan, pergantian peran mempelai pria, kebohongan pada pengantin wanitanya..., itu membuat saya mengernyitkan dahi. Entah apakah memang yang seperti itu pernah ada dalam dunia nyata, tapi plotnya bagi saya terlalu tidak nyata dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Masa' iya ada sekelompok orang yang mau-maunya terlibat persekongkolan seperti itu di tengah suasana duka? Well, kita berbicara pernikahan yang sakral ini ya. Tentu saja tidak ada yang mengamini sebuah dusta dan kebohongan di awal gerbangnya. Tapi..., yah, balik lagi ke judulnya sih ya "Not A Perfect Wedding".

Oke selanjutnya, setengah buku saya merasa ini novel nggak banget karena tokoh perempuannya yang jauh dari sifat dewasa, padahal usianya seperempat abad lho. Tapi, saya pertahankan untuk terus menbaca hingga pada akhirnya baru bisa benar-benar menikmati buku ini setelah melalui setengah bukunya. Setelahnya, apalagi pas sudah muncul benih-benih cinta yang tumbuh dan berkembang di kedua tokohnya, saya mulai suka. Saya pikir, separuh sisa cerita yang belum saya baca akan diisi dengan bagaimana mereka mengembangkan cinta saja, dan ternyata prediksi saya tidak meleset. Namun, ada banyak hal yang membuat saya tidak bosan sebosan bagian-bagian awal cerita ini. Jadi, saya cukup menikmati. Meskipun masih terganggu sampai ikut terbawa emosi dengan karakter perempuannya yang terlalu bocah dan childish.

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari membaca novel ini adalah: jangan terlalu bocah, dewasalah menghadapi takdir dan permasalahan rumah tangga yang menerpa. Oke, mungkin ini hanyalah wacana karena saya toh belum melaluinya, hahahaha, tapi setidaknya dengan membaca buku ini jadi ada pelajaran yang bisa dipetik, kan?

Dan kesimpulan kedua, jangan gampang mengucap kata "cerai", dan kalau ada masalah rumah tangga jangan main kabur ke rumah orangtua. Kalau permintaan cerainya dikabulkan, galau juga kan? Dan kalau perkara rumah tangga yang harusnya bisa diselesaikan dua kepala jadi membuat yang lain bertanya-tanya kan ya? Oke, ini masih sekadar wacana, hahahaha. Semoga saja dalam waktu dekat bisa mengalaminya sendiri gitu =))

Nah itu tadi dari segi cerita. Kalau masalah teknis, saya cukup terganggu dengan penulisan tanda baca di kalimat-kalimatnya. Banyak sekali, yang harusnya diakhiri dengan koma justru malah diberi titik. Jadi dalam kepala saya, saat baca di bagian-bagian itu, seperti ada jeda. Jeda yang kebanyakan. Dan itu cukup mengganggu. Ada beberapa typo juga dan kesalahan pemilihan kata, beberapa tanda baca yang seharusnya ada jadi nggak ada. Tapi so far, saya cukup senang kok membacanya.

Promises

Judul : Promises
Penulis : Kristi Jo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 232 Halaman
ISBN : 9786020320007
Rating : 2,5 dari 5 
(dibulatkan jadi 3)





Blurb:

"Kita tulis apa saja harapan kita dalam waktu lima tahun ke depan."

Joshua, Lana, dan Alex sudah bersahabat sejak kecil dan memutuskan untuk menuliskan pesan berisi harapan yang nantinya akan dikubur di Taman Gembira. Hal itu dilakukan untuk mengenang persahabatan mereka yang sebentar lagi akan terpisah jarak.

Lima tahun kemudian mereka kembali bertemu dan menemukan bahwa persahabatan mereka tidaklah seperti dulu. Tidak mau persahabatan mereka putus, Joshua bertekad mencari tahu mengapa Alex yang kini dikenalnya terasa asing, dan Lana memilih untuk menutup diri.


Ada rentang waktu yang menyimpan rahasia dan membuat jalan mereka bertiga tak bersinggungan. Tapi, mereka berharap bahwa perasaan yang pernah ada itu hadir, membawa kembali persahabatan mereka seperti sedia kala.

***

Persahabatan Lana, Joshua, dan Alex harus terpisah saat mereka beranjak dewasa. Lana melanjutkan sekolahnya di Melbourne, Joshua pindah ke Surabaya, sementara Alex tetap berada di Jakarta. Lana mencetuskan ide untuk membuat permohonan atau pengakuan yang harus diisi oleh teman-temannya, lalu ditimbun di dalam tanah di Taman Gembira yang biasa mereka datangi. Mereka akan bertemu lagi lima tahun kemudian untuk sama-sama membuka permohonan mereka dan dibaca sama-sama.

Setelah lima tahun berselang, apa yang mereka harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Meskipun selang lima tahun itu komunikasi tidak terputus dengan memanfaatkan whatsapp, skype, dll, namun tentu saja mereka mengharapkan adanya sebuah pertemuan setelah sekian lama. Apalagi, rentang lima tahun adalah penanda untuk mereka bertiga membuka lagi surat-suratan yang mereka kubur saat kelas IX dulu. Lana kembali dari Melbourne, Joshua datang dari Surabaya, tapi Alex yang tinggal di Jakarta justru tidak datang ke Taman Gembira. Hal itu menjadi tanda tanya bagi kedua temannya.

Alex menghilang, Jo dan Lana mencarinya hingga akhirnya menemukan fakta yang tidak diceritakan Alex pada dua temannya. Orangtua Alex bercerai, Alex tidak kuliah, sekarang bekerja pada tantenya dan tinggal di kos-kosan. Pencarian tersebut memang menemukan Alex, namun yang ditemukan adalah sosok Alex yang jauh berbeda dengan yang mereka kenal sebelumnya.

Hanya karena mereka pernah bersahabat dekat bukan berarti tidak ada rahasia yang disimpan oleh mereka. Keberadaan Noni sebagai pacar Joshua yang dikenalnya via facebook mengejutkan Lana, yang sebenarnya menyimpan rasa suka pada sahabatnya itu. Selain itu, Lana juga menyimpan rasa trauma yang mendalam terhadap caroussel yang dulu adalah tempat favoritnya saat berada di Taman Gembira. Bahkan Joshua pun juga menyimpan rahasia yang terjadi seputar keluarganya. Namun yang benar-benar drastis perubahannya adalah Alex.

Jo dan Lana tidak ingin persahabatan mereka hancur begitu saja. Segala upaya mereka lakukan untuk mengembalikan Alex menjadi seperti sebelumnya. Kegagalan cinta serta kegagalan rumah tangga orangtuanya memberi andil bagi perubahan yang dialami Alex. Dan atas apa yang sudah dilakukannya, ia harus membayar mahal itu semua. Namun apakah persahabatan tulus yang ditawarkan oleh Jo dan Lana mampu menggugah Alex untuk kembali ke jalan yang semestinya? Apakah persahabatan itu juga mampu mengobati rasa trauma yang dimiliki Lana?


***

Bintang 2,5 yang dibuatkan menjadi 3.

Sebenarnya nggak banyak berharap dari baca novel ini, karena niatnya memang pengen baca novel young adult aja. Pengen cari siapa tahu nemu macam YA khas John Green ala penulis lokal tapi sepertinya belum nemu. Mungkin karena YA memang bukan santapan saya, jadi buku dengan segmentasi ini jarang saya beli dan baca.

Oke bali ke Promise-nya Kristi Jo, berkisah tentang persahabatan, yang dibumbui dengan percintaan. Klise sebenarnya, tapi yah bisa saya katakan lumayan. Meskipun di dua pertiga novelnya, berisi banyak dialog. Jujur, sebagai penikmat deskripsi saya kurang sreg. Tapi kenapa kasih bintang 3 ya? Heheheh. Entahlah.




Maryam

Judul : Maryam
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 280 Halaman
ISBN : 9789792280098
Rating : 2 dari 5




Blurb:
Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan.

Lombok, Januari 2011

Kami hanya ingin pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri. Rumah yang berhasil kami miliki lagi dengan susah payah, setelah dulu pernah diusir dari kampung-kampung kami. Rumah itu masih ada di sana. Sebagian ada yang hancur. Bekas terbakar di mana-mana. Genteng dan tembok yang tak lagi utuh. Tapi tidak apa-apa. Kami mau menerimanya apa adanya. Kami akan memperbaiki sendiri, dengan uang dan tenaga kami sendiri. Kami hanya ingin bisa pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang menyerang. Biarlah yang dulu kami lupakan. Tak ada dendam pada orang-orang yang pernah mengusir dan menyakiti kami. Yang penting bagi kami, hari-hari ke depan kami bisa hidup aman dan tenteram.

Kami mohon keadilan. Sampai kapan lagi kami harus menunggu?


Maryam Hayati


***


Dari awal membaca buku ini, saya sudah berupaya memosisikan diri saya sebagai pembaca netral, yang tidak mengunci pandangan saya pribadi terhadap apa yang dikemukakan penulis dan menjadi tema besar dalam penulisan novelnya: tentang Ahmadiyah. Dengan posisi seperti itu, harapan saya adalah tentu saya akan memiliki paradigma baru atau setidaknya, mampu mencerna sudut pandang lain dari yang semula saya miliki.

Maryam berkisah tentang seorang wanita bernama Maryam, lahir dan besar oleh orangtua pengikut aliran Ahmadiyah. Hidup dalam posisi "berbeda" dengan masyarakat pada umumnya. Pak Khairuddin adalah sesepuh kampung, ikut bergotong-royong bersama, anak-anak mereka pun hidup berdampingan dengan anak-anak lainnya. Selain perkara akidah, mereka adalah bagian dari masyarakat yang sama. Namun, ibu dan bapak Maryam sempat khawatir saat melepas Maryam untuk bersekolah di luar Lombok. Maryam tetap menempuh pendidikannya di Surabaya dan tinggal dengan keluarga Ahmadi kenalan mereka di sana. Tidak ada bedanya kehidupan mereka dengan masyarakat lainnya. 

Akan tetapi dalam urusan jodoh anaknya, muncul besar harapan agar anaknya menikah dengan orang yang sama dengan mereka, sesama Ahmadi. Untungnya selama di Surabaya, Maryam kenal dengan seorang pemuda dari kalangan mereka bernama Gamal. Namun sayang sekali, dalam satu peristiwa Gamal tidak lagi sepaham dengan akidah orangtuanya. Gamal keluar dari komunitas Ahmadiyah, tidak hanya mengecewakan kedua orangtuanya melainkan juga Maryam dan keluarga. Setelah patah hati dengan lelaki itu, saat Maryam bekerja di Jakarta, ia berkenalan dengan Alam. Dengan Alam, ia membuka kembali lembaran kisah cintanya yang sempat karam dengan Gamal. Maryam dibutakan oleh cinta, sehingga lebih memilih untuk menikah dengan Alam dan menjauhi keluarganya. Orangtua Maryam pun kecewa, tidak lagi menganggap Maryam sebagai bagian dari keluarganya. Hubungan Maryam selama beberapa tahun putus sama sekali dengan keluarganya maupun komunitas Ahmadiyahnya.

Setelah menikah beberapa lama, kebahagiaan yang diharapkan Maryam rupanya tidak datang jua. Hidup dengan ibu mertua yang tidak mau menerima ia apa adanya, selalu menempatkan Maryam sebagai seorang pendosa, orang sesat, membuat kehidupan pernikahan itu tidak harmonis. Terlebih lagi mereka belum juga dikaruiniai anak. Akhirnya keputusan perceraian dibuat.

Maryam mencoba untuk kembali pulang, setelah beberapa tahun meninggalkan keluarganya. Namun yang didapatkan saat kembali ke tanah kelahirannya tidaklah sesuai dengan yang diharapkan. Saat kembali, bukannya ia bertemu dengan ayah dan ibunya, namun ia hanya mendapatkan cerita dari penjaga rumahnya bahwa orangtuanya diusir oleh orang kampung hanya karena mereka seorang Ahmadiyah. Pada perjalanan selanjutnya, ia mencoba mencari jejak-jejak keberadaan orangtuanya dan bertanya mengapa mereka diusir dari tanah dan rumah yang mereka bangun sendiri. Mengapa orang-orang itu merampas kenangan masa kecilnya di tanah kelahirannya.

Ehm, itu dia sebagian alur dan cerita dari novel ini. Tema yang diangkat adalah seputar Ahmadiyah, seperti yang sudah saya singgung di paragraf awal. Dari membaca novel ini, saya merasa adanya informasi yang tidak berimbang dan terkesan bahwa penulisnya kurang netral dalam memilih jalan ceritanya. Entah ini pikiran saya saja (padahal saya sudah berupaya senetral mungkin memosisikan diri saat membaca novel ini), atau memang beginilah adanya, bahwa yang dipaparkan dalam novel ini memunculkan stereotip bahwa: tokoh-tokoh Ahmadi-nya tak bercela sementara yang beragama Islamnya digambarkan dengan kurang baik. Saya cukup memaklumi bahwa titik poin dalam novel ini yang mau diangkat adalah tentang sisi kemanusiaan yang ternoda hanya karena kelompok minoritasnya berbeda. Tapi, dalam urusan karakter dan laku, ada ketidakseimbangan di sini. Misalnya, Pak Khairuddin yang seorang Ahmadi, berperilaku santun, sabar, penuh kasih sayang dengan keluarga dan rajin membantu sesamanya. Lalu muncul ibu mertua Maryam yang ikut mencampuri urusan rumah tangga anaknya, suka menyinggung menantunya dengan menyatakan secara tersirat bahwa dulunya dia sesat, dan lain sebagainya. Tokoh Guru Agama Maryam, lalu Pak RT, Pak Haji, Kiyai yang ceramah, dikemas dengan kemasan negatif. Dan mau tidak mau, pembaca juga digiring untuk memberikan statement bahwa pelaku penyerangan (yang notabene adalah Islam) adalah kurang baik. Saya paham bahwa yang diangkat adalah tema yang memang sudah terjadi di masyarakat ini. Tapi, dengan ketidakseimbangan penokohan itu membuat pembaca (terutama saya) agak kurang sepakat dengan penggiringan persepsi tersebut. Saya mahfum, kisah ini akan kurang dramatis jika tidak dikemas sedemikian rupa. Tapi tetap saja, dengan berat sebelah membuatnya tidak lagi objektif. Kenapa ini saya soroti? Karena penokohan tentu akan menguatkan jalan cerita dan itu akan menimbulkan persepsi dalam benak pembaca (meskipun barangkali hanya buku yang benar-benar berkesan yang akan meninggalkan jejak dalam ingatan pembaca). Ketika persepsi yang timbul adalah memberikan pembenaran bahwa orang Islam itu anarkis, mempunyai pandangan negatif (dalam tema ini tentang orang-orang yang dianggap sesat) maka saya sungguh sedih sekali.

Kedua, barangkali ini potongan penting yang--entah dengan sengaja atau tidak--dihilangkan, bahwa penjelasan seputar Ahmadiyah tidak didapat saat pembaca menikmati novel ini. Mungkin penulis hanya berfokus pada masalah "kemanusiaan yang diciderai karena agama" tanpa mau repot-repot masuk pada aspek akidah. Tapi bagi saja ini kurang bijak; seolah-olah seperti melemparkan bola tanpa mau memberi tahu kenapa bola itu dilempar. Dari pandangan orang awam, yang barangkali mau membeli novel ini untuk mengetahui lebih banyak tentang Ahmadiyah selain label bahwa ia sesat, tentu akan kecewa. Penjelasan tentang Ahmadiyah hanya terhenti di deskripsi bahwa di rumah Ahmadi, ada foto besar yang menyatakan bahwa itu adalah Mirza Ghulam Ahmad tanpa dijelaskan dia itu siapa dan mengapa sampai diagung-agungkan sedemikian rupa.

Saya berpendapat, seharusnya dengan mengangkat tema besar tentang orang Ahmadiyah yang terusir, setidaknya penulis memberikan informasi tentang apa itu Ahmadiyah, mengapa ia dikatakan sesat. Kenapa? Karena ini yang menjadi dasar permasalahan yang diangkat. Ahmadiyah difatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (bukan saya yang bilang sesat, hehe) karena menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi, sementara bagi umat Islam, Rasulullah Muhammad saw adalah nabi dan rasul terakhir. Ini adalah perbedaan mendasar yang kemudian hari memicu percikan-percikan. Tapi..., tentu saja, itu tidak menjadi pembenaran dalam hal memerangi siapapun. Orang yang berlaku anarkis tetap tidak bisa dibenarkan, apalagi mengatasnamakan agama untuk melakukannya. 

Terlepas dari apapun motifnya, saya kira saya pun sepaham bahwa kekerasan atas dasar apapun tidak dibenarkan. Dalam Islam perilaku seperti itu tidak dibenarkan pula. Dalam kacamata kemanusiaan apalagi. Kekerasan terhadap minoritas bukan barang baru di dunia ini. Namun amat sangat disayangkan bahwa pemaparannya tidak cukup berimbang. Dari sisi romansa yang dikemas (sehingga buku ini tidak menjadi bosan) memang sukses untuk membuat saya tidak bosan. Dari segi gaya penulisan pun menarik dan mengalir. Hanya saja, atas pemaparan saya yang panjang kali lebar di atas membuat bintang pada novel ini hanya bisa dinyalakan dua.

[Master Post] Read at Your Own Risk




Read at Your Own Risk Challenge 2016 ini dihost oleh Kak Yuska. Saya ikut tantangan ini, karena menarik, setiap bulan diberikan tema yang berbeda-beda, lalu dibuat resensinya. Nah, syarat dari challenge ini adalah:


  1. Membaca buku dan menulis resensi untuk tema yang ditentukan tiap bulan. Resensi boleh ditulis di blog, FB note atau Goodreads.
  2. Meninggalkan link resensi di linky yang ada di blog yang bersangkutan. (link)
  3. Akan ada pemenang bulanan untuk challenge ini berupa buku yang bisa dipilih sendiri senilai IDR 100,000.
  4. Peserta tidak wajib mengikuti challenge tiap bulan, tetapi bagi yang mengikuti dari Januari sampai Desember 2016 akan ada hadiah spesial yang akan diundi akhir tahun, yaitu hadiah buku sebesar IDR 250,000 yang bisa dipilih sendiri di toko buku online.
  5. Tema akan diumumkan setiap awal bulan. Jadi, siap-siap menerima surprise ya :)

Nah, untuk bulan Januari, tantangannya adalah:

"Membaca buku dengan judul Hujan/Rain atau buku dengan cover warna biru."

Yang saya baca bulan Januari:
Bulan Februari: 

[Master Post] Reading Romance Challenge




Oke, saya memutuskan untuk mengikuti tantangan ini, Reading Romance Challenge yang dihost oleh Nina, buka saja linknya untuk menuju ke general post. Genre yang diangkat merupakan genre buku yang saya suka, kebanyakan buku yang saya baca juga romance. Di RRC ini, tidak hanya tantangan jumlah buku saja, tapi ada juga tantangan yang membuatnya lebih menarik..., dan juga pastinya membuat saya tertantang hehehe.

Ada tiga level yang bisa dipilih untuk menyelesaikan challenge, boleh naik tingkat kalau tingkatan sebelumnya sudah terlewati, yaitu:

1. Skeptic Romantic : 1 - 15 buku
2. Romantic Believer : 16 - 30 buku
3. Hopeless Romantic : lebih dari 30 buku

Dan saya pilih: Romantic Believer. Mau realistis saja, hahaha, tapi lihat progress pertengahan tahun, kalau sanggup, saya mau naikkan level. [Edit] Mengingat progress baca saya yang gila-gilaan, saya mau naikkan level jadi Hopeless Romantic, hahahaha. Mudahan progress baca ini konsisten sampai akhir, aamiin...

Ada 15 tema RRC yang menjadi tantangan yang musti dipenuhi, saya realistis saja, menargetkan 5 tema dulu, kalau bisa selesai, saya mau menaikkan level tantangan dan kalau bisa sih, babat habis semuanya.

1. Out of The Century
Bacalah buku dengan setting di luar abad ke-21, dan bukan kontemporer

2. Your Opposite Perspective [DONE]
Jika kamu peserta laki-laki carilah buku yang diceritakan melalui POV cewek. Jika kamu peserta perempuan, carilah buku dengan POV cowok. POV harus merupakan POV orang pertama (menggunakan 'aku'). [Edit] Mengingat beberapa buku punya alternate POV yang diceritakan bergantian, alternate POV diperbolehkan.

3. Books to Movie
Pilih buku-buku yang sudah atau dipastikan akan menjadi film/serial TV (contoh: The Fault in Our Star, The Mortal Instruments, Crossfire)

4. Royal Love
Buku dengan tokoh utama yang berasal dari keluarga kerajaan atau termasuk keluarga tua/bangsawan (noble). Harus tokoh utama, bukan tokoh sampingan/cameo. Banyak buku Historical Romance yang bisa kamu pilih untuk tema ini.

5. Trip to Europe [DONE]
Buku dengan setting tempat di Eropa. Di negara mana saja asal di benua Eropa

6. Enemies Turn Lovers
Buku yang kedua tokoh utama (hero dan heroine) awalnya bermusuhan/berlawanan sisi, kemudian jadi pasangan (contoh: Serial Neighbor from Hell - R.L. Mathewson)

7. Third Installment
Baca buku ketiga dalam sebuah seri

8. Native Language
Buku yang dibaca dalam bahasa aslinya (mis. Inggris, Jepang, Jerman, dsb)

9. Chunkster Books
Memiliki buku dengan tebal lebih dari 450 halaman? Khusus ebook, patokan halaman yang akan aku perhatikan adalah dari format Kindle di Goodreads

10. Darker Part of Romance
Merasa pengen baca buku bergenre Dark Romance? Tokoh utama merupakan tipe tortured hero/heroine? Baca dan masukkan ke tema ini! (contoh: Monsters in the Dark by Pepper Winters, Alpha by Jasinda Wilder)

11. Superheroines
Buku dengan tokoh utama cewek dominan atau super-duper-kickass character (contoh: Kate Daniels, Guild Hunter, etc)

12. Love in the Spotlight
Tokoh utamanya merupakan anggota dari sebuah band, rockstar, penyanyi, atau bintang film. Yah,celebrity love story lah :) :)

13. School's Day [DONE]
Buku yang masuk adalah buku dengan latar belakang di sekolah/kampus, atau tokohnya anak-anak sekolahan.

14. Out of Normal
Pecinta Paranormal Romance atau Fantasy Romance? Sesuatu yang diluar 'normal' kita? Pilih saja tema ini.

15. Men in Uniform
Pria-pria berseragam. Boleh Militer, Polisi, Secret Agent, dll.

***

[Update: 15 Februari 2016]

READ:

TBR:
  1. Good Wives by Louisa Alcott (Out of The Century)
  2. Little Men (Out of The Century)
  3. Jo's Boy (Out of The Century)
  4. Bukan Cinderella by Ifa Avianty
  5. Jika Aku Milikmu by Bernard Batubara
  6. Namaku Merah by Orhan Pamuk
  7. Cala Ibi
  8. Dangerous Love


Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)