Istana Kedua

Judul : Istana Kedua
Pengarang : Asma Nadia
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9792230459
Tebal : 248 halaman
Rating : 4 dari 5


"Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm... Koreksi. Aku tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi." Mei Rose.
"Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?" Arini.
Mungkin, dongeng seorang perempuan harus mati, agar dongeng perempuan lain mendapatkan kehidupan.
Arini adalah seorang muslimah, cantik, baik hati, lembut, lulusan IPB, seorang penulis. Hidupnya hampir selalu dikaitkan dengan kisah-kisah dongeng, dan ia mengibaratkan dirinya sebagai seorang puteri. Hidup bahagia, dengan suami yang mencintainya dan iapun mencintai suaminya. Hidup dengan anak-anak yang lucu. Ia seorang tipikal ibu rumah tangga yang sejati.
Andika Prasetya seorang bapak yang baik, dosen, dan memiliki kehidupan yang mapan.
Mei Rose, seorang wanita keturunan tionghoa, tidak terlalu cantik, hidupnya penuh dengan penderitaan, tinggal dengan tantenya yang tidak mencintai dia. Hidup yang keras membuat karakternya juga keras, gigih, hingga ia sampai pada kehidupan yang lumayan mapan. Namun keadaan mengubahnya, ketika ada laki-laki yang menipunya dan memaksanya menjadi orang tua tunggal.
Suatu ketika, keadaan memaksa Mei Rose dan Prasetya untuk bertemu, di pinggir jalan, dengan Mei Rose sebagai korban tabrak lari setelah mencoba bunuh diri, dengan baju pengantin yang lengkap dan berbadan besar. Atas dasar kemanusiaan, Pras menolongnya dan membawa ke rumah sakit. Bayinya terpaksa dilahirkan dalam kondisi prematur.
Arini, sebagai seorang istri, ia memiliki kepekaan yang besar, namun ia tidak tahu mengapa. Hanya saja bahwa ia merasa ada sesuatu yang sedang terjadi. Mencurigai suaminya? Ia rasa itu di luar logikanya. Suaminya masih lelaki shaleh yang dikenalnya dulu. Tidak ada yang berubah sedikit pun.
Kecurigaan Arini terjawab ketika bagian keuangan dari kampus tempat suaminya mengajar menanyakan kabar karena ada kuitansi pembayaran obat yang dibayarkan oleh suaminya. Merasa tidak ada anaknya yang sakit selama enam bulan terakhir ini, maka Arini mengecek ke rumah sakit dan mendapatkan nomor telepon yang bukan nomor telepon rumahnya.
Suara itu tegas, jelas, dan riang. Ada celoteh seorang anak di dekatnya ketika perempuan itu menyapa, Hallo, Nyonya Prasetya disini.....
Ketika dia tidak tahu bagaimana harus memilih, hidup memilihkan jalannya sendiri. Arini kaku di tempatnya berdiri. Sosok lelaki yang selama ini menempati sisi hatinya paling dekat, tampak di seberang jalan, menggandeng seorang anak lelaki kecil. Wajahnya terlihat kebapakan ketika menepuk pantat si boca, dan menghalaunya lembut ke dalam mobil.
Seorang perempuan tersenyum cerah, mengamati dari belakang. Si lelaki menoleh, tidak berapa lama keduanya saling menggenggam tangan, detik berikutnya mereka bertatapan dengan kedalaman yang hanya bisa dirasakan keduanya.
Jarak tiga puluhan meter. Dua pasang mata saling memandang. Sepasang mata terluka. Sepasang mata lain seperti mata hewan buruan yang tersudut ke dalam perangkap, nanap dan panik. "Arini...!" Arini menggigit bibirnya, dia telah menunggu terlalu lama. Arini pergi dengan taksi.
Pras ingin berlari. Mengejar sosok Arini yang tergesa pergi membawa lukanya. Searusnya tadi dia berlari memburu Arini, mengejar dan meraih tangan perempuan itu, meminta maaf. Sebaliknya, lelaki itu maa mematung di tengah jalan seperti orang linglung.
Bagaimana laki-laki bisa keilangan syukur atas hadiah terindah yang Allah berikan kepada mereka? Pras tidak tahu bagaimana semua bermula. Dia hanya tahu, ketika sudah terjadi, dia harus masuk dalam aturan main yang ditetapkan Tuhan padanya, agar tak ada maksiat, agar semua sah setidaknya di mata-Nya. Dan semula berawal dari simpati dan keinginan menolong perempuan malang itu....
Jalan Sriwedari nomor 26. Arini memandang ruma itu. Istana kedua Pras.
"Bisa saya bicara?"
Perempuan di depannya tidak mengangguk atau menjawab. Hanya tangannya membukakan pintu lebih lebar. Mereka masih berpandangan. Mengukur kekuatan. Tapi aura peperangan sudah mulai terasa.
"Jika hanya untuk diri sendiri, percayalah saya tidak akan memohon padamu."
"Saya mohon padamu"
"Aku tidak bisa." Jawab Mei Rose.
"Sejak dulu kamu punya segalanya Arini, orang tua, suami yang baik, karir kepenulisan yang bagus. Segalanya."
"Sementara satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku, hanya Pras!"
"Dengan begitu banyak kebahagiaan, tidakka seharusnya kamu bersyukur dan bisa sedikit bermurah hati?"
Pada saat yang bersamaan Pras muncul. Sesaat mata lelaki itu menyala gugup melihat Arini.
Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka. Sebaliknya, seperti busa, tubuh Arini perlahan menghisap anak-anak panah yang menyimpan perih itu semakin dalam, hingga menyatu dalam diri.
Luka.
Tak pernah abadi dalam diriku
Ia selalu seperti taman bunga
dengan bau kasturi
Dan aku bermain-main di dalamnya.

Digital Fortress



Judul : Benteng Digital (Digital Fortress)
Pengarang : Dan Brown
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
ISBN: 9791600910
Tebal : 600 halaman
Rating : 4 dari 5



"Quis custodiet ipsos custodes"
Siapa yang akan mengawasi sang pengawas?




Susan Fletcher adalah seorang wanita muda berusia 38 tahun, seorang kriptografer dan menduduki posisi penting di NSA (National Security Agency), yaitu lembaga paling rahasia dan bernilai miliaran dolar, menangani pemecahan kode-kode untuk melindungi data-data viral dari para hacker dan penyusup atau serangan-serangan virus. Tunangannya, David Becker adalah seorang profesor di Universitas Georgetown, ahli bahasa asing. Awal pertemuan mereka adalah saat NSA meminta bantuannya untuk memecahkan sandi yang diduga berbahasa Mandarin. Keberadaan seorang David Becker yang mampu menguasai berbagai bahasa, membantu pekerjaan Susan dalam memecahkan kode.

Namun itu bukan satu-satunya pekerjaan yang dituntaskan mereka bersama.

Dimulai dengan NSA yang telah menjalankan proyek TRANSLTR yang semula dianggap tidak akan pernah berhasil, namun nyatanya, mesin pemecah kode universal itu telah lahir. Semua kode, rahasia, sandi, bisa terungkap dengan mudah oleh mesin tersebut. Penyadapan, komunikasi militer, rahasia-rahasia perang, kode pelepasa roket, bisa dengan mudah dilacak dengan menggunakan alat ini. Dengan kata lain, tidak ada rahasia di dunia maya. Ensei Tankado, seorang pria Jepang menyatakan ketidaksetujuannya dengan program ini, lantas membuat virus untuk menghentikan TRANSLTR. Tankado menyusupkan virus ke dalam TRANSLTR yang menyebabkan mesin tersebut berhenti beroperasi.

Trevor Strathmore adalah pimpinan Susan, wakil direktur NSA, yang kemudian memanggil Susan pada hari liburnya untuk menyelesaikan masalah ini. Dikatakan bahwa, Ensei Tankado telah menyusupkan virus pada TRANSLTR dan belum dapat dipecahkan. Malang bagi Tankado yang tengah berada di Spanyol, ternyata dia dibunuh oleh seseorang misterius. Tankado meninggalkan kunci sandi pemecah virusnya pada cincin yang dikenakannya dan pada seseorang di mana ia berniat untuk menjualnya. Untuk menghack email tersebutlah keberadaan Susan dibutuhkan saat ini. Sementara, Strathmore tidak mau tinggal diam begitu saja, ia pun mengutus David Becker ke Spanyol sebagai orang sipil yang tidak berhubungan dengan NSA untuk mengambil cincin tersebut pada barang-barang yang ditinggalkan Tankado di Spanyol. Selain itu, karena Becker menguasai banyak bahasa, diharapkan tidak mengalami kesulitan untuk melakuan tugas itu.

Kemudian cerita terbagi menjadi dua, yakni petualangan David Becker mencari cincin itu, juga situasi di NSA yang berlangsung tidak sesuai dengan dugaan dan rencana awal. Cincin tersebut berpindah tangan berkali-kali. Awalnya, cincin itu diberikan kepada seorang lelaki tua yang menolong Tankado, lalu ternyata menurut keterangan orang itu cincinnya tidak ada sama dia, dan yang mengambil adalah seorang pelacur profesional berambut merah yang sedang bersama dengan pelanggannya yang orang Jerman. Tapi lantas diberikan kepada seorang gadis punk. Begitulah.... Becker menelusuri satu per satu. Namun tanpa diduga, keberadaan Becker di Spanyol diawasi oleh orang lain lagi. Dan ternyata, semua orang yang Becker temui dan berkaitan dengan cincin itu langsung dimusnahkan oleh seorang pembunuh bayaran tersebut.

Sementara di NSA, banyak sekali kejadian yang tidak terduga. Keterlibatan orang-orang di dalam sana lainnya juga membumbui kisah ini. Terlebih lagi, ada dua pembunuhan misterius di dalam kantornya. Pelaku sebenarnya belum terungkap (meskipun di tengah cerita saya sih sudah menebaknya :p dan ternyata tebakan saya benar), dan satu per satu kebenaran terurai. Cukup mengejutkan, dan menegangkan. Pembaca dibawa terlarut dalam cerita dan misterinya. Novel setebal 600 halaman benar-benar tidak terasa.


Selain bisa menebak otak di balik kekacauan yang terjadi, saya juga berhasil menebak kata sandinya :D hahaha, seru aja. Padahal kalau biasanya baca novel dan ceritanya tertebak, saya kurang suka. Tapi ini Dan Brown, yang jalan pikirannya tidak biasa diketahui, dan novelnya benar-benar kaya dengan plot twist dengan jalan cerita yang sangat menarik.

Digital Fortress, menambah pengetahuan tentang kode-kode, sandi, (bukan #kode buat ngasih kode ke orang lain yang frekuensinya beda sama kita itu lho,) khas Dan Brown sekali. Dan pengetahuan tentang ini, cukup buat bekal untuk berselancar di dunia maya. Tapi saya cenderung percaya kalau di luar sana, ada yang sedang mengamati komunikasi kita di dunia maya. Yah, tapi toh, mereka juga tidak akan repot-repot menyadap atau kepo sama aktivitas kita ini lah ya. Apa juga isi emailnya, cuma notif facebook sama twitter hihihi. Tapi dengan itu, membuat kita bisa lebih waspada saja, bahwa segala tindak-tanduk kita ada yang mengawasi. Dan jangan lupa, di luar itu, ada teknologi super maha canggih yang ditetapkan Allah SWT untuk mengawasi kita kan yaa.... :)

Bintang 4 rasanya pas untuk diberikan pada novel ini.

Animal Farm



Judul : Animal Farm
Penulis : George Orwell
Penerjemah : Bakdi Soemanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Buku : 140 Halaman
ISBN : 9786022910701
Rating : 4 dari 5



Si tua Major, seekor babi putih-tengah terhormat, bermimpi, sebuah mimpi yang mengandung visi tentang sebuah perubahan besar. Begitu Pak Jones sang pemilik Peternakan Manor terlelap dalam tidurnya, sebuah pertemuan yang sudah disebar sebelumnya digelar. Di salah satu bagian belakang lumbung besar, di atas semacam panggung yang ditinggikan, Major membaringkan dirinya di atas alas jeraminya, di bawah lentera yang tergantung pada sebuah balok kayu.

Tidak lama kemudian semua penghuni berdatangan, siap untuk mendengarkan pidato yang akan disampaikan oleh si tua Major. Sebuah pidato disampaikan, tentang bagaimana kedudukan binatang dan manusia, bagaimana kondisi para penghuni peternakan yang diperbudak oleh manusia. Lalu tentang mimpi pak tua Major tentang kehidupan tanpa manusia, di mana manusia sudah punah. Major juga mengingat kembali sebuah lagu yang pernah dinyanyikan ibunya saat ia kecil, dengan judul "Binatang Inggris". Kemudian, lagu ini dinyatakan sebagai lagu penyemangat mereka. 

Tiga malam kemudian, si tua Major meninggal. Pidato yang pernah disampaikannya menjadi penyemangat dan pemantik revolusi yang akan terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka tidak tahu kapan pemberontakan yang diramalkan si tua Major akan tiba, tapi mereka meyakini bahwa saat itu akan berlangsung tidak lama lagi, dan tugas merekalah yang mempersiapkannya.

Semua pekerjaan mengorganisir dan merencanakan dijatuhkan pada babi, yang secara alamiah adalah sosok binatang yang paling cerdas. Yang unggul di antaranya adalah dua ekor babi bernama Snowball dan Napoleon. Ada pula seekor babi lainnya yang pandai berbicara bernama Squealer.

Ada pula pengikut setia mereka, dua ekor penarik kuda bernama Boxer dan Clover. Boxer adalah kuda dengan kekuatan dan kesetiaan yang besar. Boxer bukan kuda dengan intelegensia tingkat satu, namun karena sifatnya yang teguh dan kerja kerasnya yang luar biasa, Boxer begitu dihormati. Sementara Clover, kuda wanita setengah baya yang kuat. Lalu ada Mollie, anak kuda berwarna putih dan pesolek, yang hobinya berdandan dan mengenakan pita, memakan gula. Dari kaum keledai, ada sosok Benjamin. Benjamin adalah binatang paling tua dan perangainya katanya paling buruh. Selalu tak acuh dan jarang tertawa. Dan sosok Muriel, si kambing putih. 

Nah, lalu, suatu malam, pemberontakan terjadi. Karena Pak Jones terlalu sibuk dengan minumannya, sementara pekerja yang sudah memerah susu dari sapi tanpa repot memberinya makan, akhirnya sapi-sapi tersebut protes karena kelaparan. Pak Jones mencambuk mereka lebih daripada yang pernah dia berikan. Kejadian ini melecutkan pemberontakan dari penghuni Peternakan Manor lainnya. Mereka berhasil memukul keluar semua manusia yang ada di peternakan. Tempat itu kini dikuasai oleh binatang-binatang itu sepenuhnya. Semua yang mengingatkan dan mencirikan apa yang digunakan oleh manusia dibakar habis, pertanda rezim manusia pada binatang telah berakhir.

Keesokan harinya, Snowman dan Napoleon kembali mengumpulkan mereka untuk membahas beberapa hal. Pertama, mereka mengganti plang bertuliskan "PETERNAKAN MANOR" menjadi "PETERNAKAN BINATANG". Lantas mereka membuat beberapa kesepakatan yang dituliskan sebagai:

TUJUH PERINTAH

  1. Apa pun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh.
  2. Apa pun yang berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman.
  3. Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian.
  4. Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang.
  5. Tak seekor binatang pun boleh minum alkohol.
  6. Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain.
  7. Semua binatang setara.
Tujuh perintah itu ditulis dan dibaca oleh setiap bintang.

Mereka bekerja dengan keras sesudahnya, namun pekerjaan itu membuahkan hasil berupa panen yang melimpah tidak seperti biasanya, karena semua hasil peternakan ditujukan dan dikelola untuk mereka, tidak ada lagi pembagian untuk manusia. Snowball memberikan pengajaran dan pendidikan untuk penghuni peternakan. Dia mengajarkan baca tulis, dan mendidik binatang-binatang yang liar supaya lebih baik lagi. Binatang-binatang diajarkan menulis dan membaca, meskipun pada akhirnya kembali pada kemampuan binatang itu sendiri dalam menyerap pelajarannya. Sementara Napoleon, dia justru lebih memilih mendidik generasi muda. Anak-anak anjing yang baru lahir dididiknya melalui pendidikan yang khusus. 


Snowball dan Napoleon mempunyai kedudukan yang sama dalam hal dihormati dan dipatuhi perkataannya, meskipun keduanya lebih sering memiliki perbedaan paham. Tentu ini menjadi sebuah ganjalan, bahwa di manapun, pada hakikatnya, hanyalah ada satu pemimpin. Pada akhirnya, momen ketika tercetus ide pembuatan kincir angin menjadi titik puncak pertentangan mereka. Snowball menganggap bahwa, mereka harus bekerja keras untuk membuat kincir angin supaya di kehidupan mendatang, mereka bisa bekerja hanya tiga hari dalam seminggu, akan mendapatkan pasokan listrik, air hangat, dan beragam keistimewaan lainnya. Tapi untuk itu, mereka harus berkorban dengan melakukan pekerjaan ekstra saat ini. Sementara Napoleon, menganggap bahwa hal tersebut tidak perlu. Mereka hanya perlu menambah pasokan makanan saja sehingga kebutuhan pangan mereka terpenuhi, tidak perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk membuat kincir angin.

Akhirnya, Napoleon dengan kekuasaan mininya, dengan anak-anak anjing yang didiknya itu, berhasil membuat Snowball keluar dari peternakan, menjadikan dirinya sebagai pemimpin tunggal di tempat itu. Menggunakan Squealer sebagai juru bicara, dengan kemampuan babi itu dalam bertutur kata, berhasil membuat Napoleon dipercaya atas setiap keputusan yang dibuatnya.

Napolen membuat kebijakan yang menguntungkan kaumnya sendiri, yakni para babi dan anjing. Rapat umum ditiadakan, hanya menyisakan Dan secara mengejutkan, dia memberikan peraturan bahwa mereka harus membuat kincir angin seperti yang pernah direncanakan oleh Snowball. Selain itu, Napoleon pun membuat isu-isu untuk menjelekkan nama Snowball.

Tanpa disadari, para penguni Peternakan Binatang mengalami penindasan dan perbudakan oleh kaum mereka sendiri. Naun Squealer terus saja menyampaikan kalimat-kalimat manisnya, beragam tipu muslihat yang membuat mereka terus percaya bahwa keadaan lebih baik dari sebelumnya, dan bahwa kebijakan yang ditetapkan adalah untuk kebaikan mereka bersama. Duh. Bego banget sih x"D





Saya menyelesaikan novel ini hanya dalam beberapa jam. Sebenarnya, sudah lama dibuka dan pernah dibaca. Tapi karena sudah lama sekali akhirnya baca ulang dari pertama. Kesan pertama..., satir. Ini novel penuh dengan alegori dan satir yang buat saya banyak berpikir. Nah coba lihat, kalau dianalogikan dengan zaman sekarang, saya, anda, kita, terwakili oleh jenis binatang yang mana ya?

Apakah sebagai Boxer dan Clover yang bekerja keras tiada henti, menyatakan kesetiaan pada pemimpin, yakin bahwa apa yang dilakukan adalah untuk kebaikan bersama, untuk memberikan sumbangsih pada masyarakat lainnya, tapi sebenarnya hanyalah..., alat yang dijadikan penguasa untuk kepentingan pribadinya semata? Yang mana kalau sudah habis masa baktinya, dilempar dan dibuang untuk dijual pada pemotongan kuda seperti yang dialami oleh Boxer? *emot ketawa nangis wasap*

Atau kita adalah Benjamin, si keledai tua, yang mungkin sudah lelah dengan kehidupan, sudah kenyang dengan asam manisnya hidup, memilih diam dan masa bodoh, sebagai penonton malas yang sebenarnya tahu mana yang benar, mana yang salah, tapi ya cuma diam saja? Berteriak lantang hanya di detik-detik terakhir, saat Boxer sudah masuk ke dalam mobil box yang bertuliskan “Alfred Simmonds, Penyembelih Kuda dan Pembuat Lem, Willingdon. Pedagang Kulit Hewan dan Makanan Tulang. Pemasok Rumah Anjing.” Dan menyadari kalau upaya terakhirnya itu sudah sia-sia belaka?

Atau si Mollie, kuda pesolek yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri, merasa bahwa tidak ada hal yang lebih besar, lebih penting, selain penampilannya dengan pita-pita cantik, gula-gula manis, tanpa peduli apakah ada pemberontakan, kekejaman, yang terjadi di sekelilingnya?

Atau Moses, si burung yang percaya bahwa ada kehidupan lebih baik di atas awan sana, (aduh gimana saya menjelaskan yang bagian ini ya,) bahwa kehidupan di atas sanalah yang menjadi tujuannya tanpa memiliki sedikit kepedulian terhadap apa yang terjadi di atas tanah?

Atau kita adalah Squealer, perpanjangan mulut penguasa, yang selalu seiya sekata dengan apa kata penguasa, selagi perutnya dipenuhi dengan kesenangan, maka dia menjadi seorang di garda depan untuk membela, menyiarkan informasi hanya untuk membuat pemimpinnya selalu benar?

Atau jangan-jangan, kita sebenarnya adalah Napoleon, yang...., ah sudahlah.


Semoga, kita adalah orang yang sebaik-baik orang. Bukan sejenis Pak Jones atau Pak Frederick, maupun Pak Piklington. Hm.



To Kill a Mockingbird



Judul : To Kill a Mockingbird
Penulis : Harper Lee
Penerjemah : Femmy Syahrani
Penerbit : Qanita
Tebal Buku : 510 Halaman
Rating : 5 dari 5



“Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya.”



Ini adalah novel kemanusiaan yang disajikan dengan apik melalui sudut pandang seorang gadis kecil berusia tujuh tahun bernama Scout. Mengambil latar tahun 1960an di Maycomb County, Alabama, novel ini bertutur tentang kisah kehidupan seorang gadis cilik, di kediamannya yang aman dan tenteram beserta lingkungan mereka.

Jean Louise Finch atau Scout, adalah seorang anak kecil beusia tujuh tahun, kakaknya bernama Jeremy Finch atau Jem,  berusia empat tahun lebih tua dari Scout. Ayah mereka, Atticus Finch adalah seorang pengacara di Maycomb County. Ibu mereka sudah meninggal saat Scout kecil, sehingga kedua anak Finch ini hanya berada dalam pengasuhan ayahnya. Ini kemudian menjelaskan bagaimana seorang Scout tumbuh dan berkembang, menjadi seorang yang tomboy, dengan rasa ingin tahu yang besar, namun selalu mendapatkan pengetahuan dari ayahnya yang seorang berkedudukan. Meskipun tidak berpendidikan (ayahnya tidak masuk ke sekolah formal), namun karena memiliki pengetahuan hingga berhasil dalam tes advokat, ayahnya bisa diterima sebagai seorang pengacara. Di kediaman mereka, ada pula seseorang yang dipekerjakan di rumah keluarga Finch, Calpurnia, seorang kulit hitam yang pekerjaaannya memasak. Calpurnia tidak seperti kaum kulit hitam lainnya, ia berperan dalam mendidik Scout dan Jem, lebih dari perannya sebagai tukang masak. Terbukti bahwa, Scout belajar menulis darinya.

Suatu hari, seorang teman sebaya datang ke kehidupan mereka, namanya Charles Baker Harris atau biasa dipanggil Dill. Dill adalah keluarga dari Mrs. Rachel, tetangga mereka, yang setiap musim panas menghabiskan liburan di Maycomb County. Bersama Dill, petualangan dan kehidupan mereka berjalan begitu dinamis. Dill menyarankan kedua kakak beradik Finch untuk membuat Arthur 'Boo' Radley, seorang pria misterius, untuk keluar dari rumahnya. Boo Radley adalah seorang tetangga misterius, tidak pernah keluar rumah dan bersosialisasi, tidak pernah terlihat, sehingga, keberadaannya merupakan misteri bagi anak-anak di lingkungannya. Berbagai cara dan upaya dilakukan untuk membuat Boo Radley keluar rumah, namun tidak membuahkan hasil.

Pada suatu hari, pernah ketiganya berupaya memancing Boo Radley keluar dengan berusaha memasuki kediamannya yang misterius. Jem, Scout, dan Dill menyelinap masuk pada suatu malam. Namun hasilnya? Mr. Nathan Radley keluar dengan senapan dan memberikan peringatan dengan menembakkan senapannya ke udara, membuat ketiga bocah ini lari tunggang-langgang. Namun malang, celana Jem tersangkut di kawat yang menyebabkan dia harus melepaskan celananya dan meninggalkannya di sana. Ayahnya curiga, Jem berdalih kalau dia sedang kalah taruhan dari Dill, dan berencana untuk kembali ke rumah itu keesokan harinya untuk mengambil kembali celananya. Alangkah terkejutnya bahwa celana Jem sudah terlipat rapi dan dijahit oleh seorang misterius.

Kemisteriusan Boo Radley kembali terlihat saat Jem dan Scout melewati kawasan rumah mereka, dan menemukan barang-barang aneh di dalam lubang pohon di dekat sana. Pada mulanya, yang ditemukan adalah permen karet, lalu medali kuno, ada pula uang. Dan terakhir, sebelum lubang di pohon itu ditutup dengan semen, yang ditemukan adalah dua buah miniatur serupa Jem dan Scout.

Kehidupan sekolah Scout dimulai saat hari pertamanya bersekolah. Ibu guru yang baru mengajar di sekolahnya, bernama Miss Caroline, berusia dua puluh satu tahun. Miss Caroline mengajar dengan memperkenalkan sistem pengajaran yang baru pada sekolah ini, dan Miss Caroline pun baru saja tinggal di Maycomb County. Kejadian menarik terjadi, saat Miss Caroline mendapati bahwa Scout sudah bisa membaca dan menulis, dan menurut gurunya, ini adalah sebuah berita yang tidak baik. 

Hari pertamanya sekolah juga diwarnai dengan beberapa kejadian, seperti kepada Walter Cunningham yang tidak membawa bekal makanan dan tidak membawa uang. Ibu guru berniat untuk meminjamkannya uang sebesar 25 sen untuk dikembalikan esok hari tetapi Walter menolaknya. Scout ambil bagian untuk menjelaskan bahwa Walter adalah seorang Cunningham, dan seorang Cunningham tidak akan mengambil apapun yang tidak bisa mereka kembalikan. Pernah suatu ketika ayahnya membantu sengketa tanah keluarga Cunningham, mereka membayar kebaikan sang ayah dengan meletakkan hasil bumi mereka ke kediaman Finch. Tidak hanya itu, Miss Caroline juga harus berhadapan dengan Burnis Ewell, yang masuk sekolah hanya pada hari pertamanya saja, sekadar melengkapi daftar absen. Miss Caroline menegurnya agar supaya besok Ewell kembali ke sekolah dengan lebih rapi lagi. Namun, Ewell hanya menghardiknya dan mengatakan bahwa dia tidak akan kembali lagi besok atau lain hari. Burnis Ewell seorang dengan perangai jelek, kata-katanya membuat Miss Caroline menangis.

Ada sebuah petikan yang menarik, 

Sampai aku takut aku akan kehilangan kegiatan ini, aku baru sadar kalau aku belum pernah gemar membaca. Bukankah orang tak pernah gemar bernapas? [Hal. 40]

Scout tidak suka dengan hari pertamanya sekolah dan meminta Atticus untuk berhenti menyekolahkannya saja. Namun dengan bijaknya Atticus berkata bahwa Scout bisa terus membaca, dia mendapat pelajaran berharga hari ini, begitupun dengan Miss Caroline. 

Dan ini belum masuk ke inti konflik cerita..., hahaha. Novel klasik memang jalan ceritanya lambat sekali, tapi di sisi lain, alurnya bisa sedemikian cepat hingga Scout dalam cerita di awal yang baru berusia tujuh tahun, tumbuh dan berkembang menjadi seorang gadis sembilan tahun pada akhir cerita.

Suatu hari, Atticus mendapatkan pekerjaan untuk membela seorang kulit hitam. Hal ini membawa kecaman pada dirinya dan keluarganya. Pada zaman itu, membela orang kulit hitam dinilai sebagai perbuatan yang tidak pantas. Namun, Atticus menyatakan bahwa untuk menegakkan keadilan, tidak peduli latar belakang maupun warna kulitnya.

Tom Robinson adalah seorang nigger, orang kulit hitam yang didakwa melakukan pemerkosaan terhadap orang kulit putih. Ada beberapa alasan yang diyakinin Atticus untuk membela Tom, salah satunya adalah bahwa Atticus meyakini Tom tidak bersalah. Menangani kasus ini, begitu menguras perhatian dan pikiran Atticus, hingga menyebabkan adiknya, Bibi Alexandra memutuskan untuk tinggal di rumah Atticus. Bibi Alexandra juga mempunyai misi untuk mengubah perilaku Scout yang dinilai terlalu tomboy dan tidak pantas bagi seorang anak perempuan.

Di pengadilan, Scout dan Jem, juga Dill, menyaksikan bagaimana ayah mereka membela Tom yang memang pada dasarnya tidak bersalah atas kejahatan yang ditimpakan padanya oleh keluarga Ewell. Sampai di sini saya nggak mau cerita terlalu jauh :) spoilernya terlalu sayang untuk disampaikan di sini. Intinya adalah, banyak plot twist, banyak cerita yang tidak terduga. Peristiwa yang terjadi di sini, menjawab cuplikan kisah yang disampaikan di halaman depan novel ini. 

Ada satu lagi kutipan yang bagus sekali,

Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan kau merampungkannya, apapun yang terjadi. [Hal. 211]



Kesimpulan yang didapat dari buku ini adalah, kisahnya sangat inspiratif, disajikan dari sudut pandang anak kecil yang memiliki rasa ingin tahu amat tinggi, dididik oleh seorang ayah yang arif dan bijaksana. Ini adalah satu kisah sarat akan nilai moral dari berbagai macam buku-buku bermakna dan bagus yang akan saya wariskan kepada anak saya nantinya.

Lima bintang diberikan karena buku ini sangat layak untuk mendapatkannya.

Bulan Nararya


Judul : Bulan Nararya
Penulis : Sinta Yudisia
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tebal Buku : 256 Halaman


ISBN : 9786021614334
Rating : 4 dari 5



Buku apik sarat akan kajian psikologi, membahas tentang kejiwaan, skizofrenia, dan hal-hal yang dekat dengan profesi psikolog.

Awalnya baca buku ini karena tertarik dengan hal-hal berbau psikologi, terus ngintip rating sama review-an di goodreads, eh ternyata beli. Dan ceritanya? Menarik sekali. Gaya penulisan enak, mengalir, twistnya dapat. Terlebih lagi, setelah baca novel ini, jadi memperkaya ilmu tentang dunia psikologi.


Nararya atau Rara, seorang terapis di salah satu tempat terapi kejiwaan di Surabaya. Di tempatnya bekerja, ada tiga orang klien yang cukup dekat dengannya. Yang pertama Yudhistira, penderita skizofrenia. Hidupnya sejak kecil penuh dengan tekanan. Selalu mendapat intervensi dari keluarga besar,

Lalu ada Pak Bulan, seorang klien yang terkesan misterius, namun kata-katanya terkadang menyentuh hati Rara tanpa disengaja.

Ada pula anak kecil, bernama Sania. Kehidupan sebelum diselamatkan begitu mengenaskan, mengalami trauma. Selain itu, anak kecil ini sedang mengalami masa pubertasnya. Bagaimana dia bisa melalui semua itu, juga menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

Selain menangani kliennya, Rara memiliki permasalahan hidup yang bisa dibilang pelik. Berpisah dari suaminya, dan ternyata, suaminya kemudian menikah dengan temannya sendiri. Rara pun mengalami halusinasi yang masih menjadi misteri. Hal-hal berkaitan dengan halusinasinya itu cukup mengganggu pikirannya, seolah dirinya dibenturkan dengan pergulatan batin yang dialami sendiri, sementara dia pun harus menangai pasiennya. Terutama Yudhistira, yang seolah mendapatkan perlakuan spesial darinya, karena Rara bermaksud menyembuhkan pria itu dengan metode yang termasuk baru dan tidak seperti yang diterapkan di kliniknya saat itu.


Recent Quotes

"Suatu ketika, kehidupanmu lebih berkisar soal warisanmu kepada anak-anakmu, dibanding apa pun." ~ Dawai-Dawai Ajaib Frankie Presto

Setting

Indonesia (40) Amerika (17) Inggris (11) Jepang (5) Perancis (4) Norwegia (3) Spanyol (3) Belanda (2) Irlandia (2) Korea (2) Saudi Arabia (2) Yunani (2) Australia (1) Fiji (1) Italia (1) Mesir (1) Persia (1) Swedia (1) Switzerland (1) Uruguay (1) Yugoslavia (1)

Authors

Jostein Gaarder (7) Paulo Coelho (6) Mitch Albom (4) Sabrina Jeffries (4) Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (4) Colleen Hoover (3) Ilana Tan (3) John Green (3) Prisca Primasari (3) Annisa Ihsani (2) Cecelia Ahern (2) John Grisham (2) Miranda Malonka (2) Seplia (2) Sibel Eraslan (2) Suarcani (2) Adara Kirana (1) Adityayoga & Zinnia (1) Ainun Nufus (1) Aiu Ahra (1) Akiyoshi Rikako (1) Alice Clayton (1) Alicia Lidwina (1) Anggun Prameswari (1) Anna Anderson (1) Asri Tahir (1) Astrid Zeng (1) Ayu Utami (1) Charles Dickens (1) Christina Tirta (1) David Levithan (1) Deasylawati (1) Dee Lestari (1) Desi Puspitasari (1) Dewi Kharisma Michellia (1) Dy Lunaly (1) Dya Ragil (1) Elvira Natali (1) Emily Bronte (1) Emma Grace (1) Erlin Natawiria (1) Esi Lahur (1) Fakhrisina Amalia (1) Ferdiriva Hamzah (1) Frances Hodgson Burnett (1) Fredrick Backman (1) G.R.R. Marten (1) Gina Gabrielle (1) Haqi Achmad (1) Harper Lee (1) Hendri F Isnaeni (1) Ifa Avianty (1) Ika Natassa (1) Ika Noorharini (1) Ika Vihara (1) Indah Hanaco (1) JK Rowling (1) James Dashner (1) John Steinbeck (1) Jonathan Stroud (1) Kang Abik (1) Katherine Rundell (1) Korrie Layun Rampan (1) Kristi Jo (1) Kyung Sook Shin (1) Lala Bohang (1) Laura Lee Guhrke (1) Lauren Myracle (1) Maggie Tiojakin (1) Marfuah Panji Astuti (1) Mario F Lawi (1) Mark Twain (1) Maureen Johnson (1) Mayang Aeni (1) Najib Mahfudz (1) Nicholas Sparks (1) Novellina (1) Okky Madasari (1) Orizuka (1) Peer Holm Jørgensen (1) Pelangi Tri Saki (1) Primadonna Angela (1) Puthut EA (1) Rachel Cohn (1) Rainbow Rowell (1) Ratih Kumala (1) Rio Haminoto. Gramata (1) Rio Johan (1) Shinta Yanirma (1) Silvarani (1) Sisimaya (1) Sue Monk Kidd (1) Sylvee Astri (1) Tasaro GK (1) Thomas Meehan (1) Tia Widiana (1) Trini (1) Vira Safitri (1) Voltaire (1) Winna Efendi (1) Yuni Tisna (1)